Yang diajarkan di Gereja Paskah itu adalah pesta penyelamatan dunia dari dosa, dunia diselamatkan dan dosa kita sudah dilumatkan dikayu salib. Pertanyaannya apakah kita benar-benar merasa suci setelah kita mengikuti perayaan trihari suci? Mengapa kita tidak merasakan Rahmat itu melalui perasaan bahwa kita lebih baik? Mengapa perasaan itu tidak terlalu nyata setiap kali kita selesai merayakan Paskah? Padahal sebelumnya sudah didahului dengan 40 hari berpuasa dan berapa kali hari jum'at mengikuti jalan salib selama masa Prapaskah. Pernahkah kita bertanya selama ini, mengapa tidak ada satu perubahan signifikan yang sangat berarti yang bisa kita rasakan? bahwa kita sudah lebih baik dari sebelumnya, karena dosa kita sudah diampuni dan beban kita sudah diambil? Kita tidak terlalu merasakan perubahan itu karena kita dominan berharap hanya pada Rahmat itu. Sebenarnya Rahmat Paskah akan kita rasakan setiap saat dimanapun kita berada dalam bentuk kepuasaan hidup, dan yang paling banyak kita rasakan adalah setelah kita berkarya, baru kita rasakan kepuasan hidup. Sebenarnya rahmat itu terus mengalir tetapi tidak bisa dirasakan sebagai Rahmat apabila kita tidak ikut berpartisipasi dalam rahmat itu sendiri. Rahmat paskah bukan hanya karena trihari suci yang kita rasakan, sebenarnya Rahmat itu sudah lama, tetapi ditegaskan lagi pada pesta Paskah supaya kita tetap ingat bahwa rahmat itu tidak pernah hilang tidak pernah berhenti mengalir dan terus mengepung kita. Supaya kita merasakan rahmat itu, Kita berpartisipasi dalam Rahmat itu. Contoh sederhananya begini, kita berusaha menghindari racun selama ini dan kita puas dalam hidup, lalu kita bekerja apapun dan hasil dari kerja itu membuat kita puas, lalu kita sekarang coba menjalankan autophagi dan ada kepuasan, karena Rahmat itu sudah ada, tinggal kita berpartisipasi dengan terlibat di dalam tindakan berahmat itu. Bermacam-macam tindakan berahmat itu, Misalnya kita Menyambut saudara yang baru bergabung di SKK dengan sukacita sehinga mereka tidak merasa asing dan merasa menjadi saudara. Jadi Berpartisipasilah dan untuk itulah kalau kita mau mengalami Rahmat persaudaraan berpartisipasilah sesuai dengan kebutuhan hidup sebagai saudara. Kalau ada yang sakit hati dengan saya (Opa AP) mungkin saya berbuat sesuatu yang menyakitkan hatinya, tetapi saya belum pernah berusaha menyakiti atau menyakitkan orang lain. Berpartisipasilah supaya Rahmat Paskah ini kita dapatkan setiap saat bukan hanya pada Triharisuci yang kita rayakan. Marilah kita menimba Rahmat ini dengan berpartisipasi dalam kebaikan. Kebaikan itu macam-macam, rajin menanam kita memanen, rajin tersenyum paling tidak kita memetik persaudaraan, rajin membaca kita cerdas. Apa yang kita tanam itullah yang kita petik, itu yg pertama.
Yang kedua, sekarang ini Rahmat itu mengalir deras lalu saking derasnya Rahmat, ketika kita tidak berpartisipasi di dalam Rahmat, maka kita merasa hampa, tidak pernah puas dalam hidup, main kurang terus, karena tidak mengikuti Rahmat itu dengan berkarya yang lebih baik dari sebelumnya. Mengapa tidak pernah puas? makan tidak puas, liat apa-apa juga tidak puas, kenapa, apa yang kita cari? Karena ketika kita mencarinya dalam bentuk kepuasan tubuh maka semakin hampa, karena ketidakpuasan itu mengajak kita mencari kepuasan dalam kebaikan untuk jiwa. Karena itu orang yang punya kepuasan untuk jiwa, hidupnya cukup, karena sibuk berbuat baik dan hidupnya cukup. Seperti kita disini makan sekali cukup, makan apa saja yang ada cukup, tidak punya uang juga biasa saja, kita juga tidak merasa bahwa kita butuh dihormati orang lain, kita biasa-biasa saja. Lalu kita sebenarnya selalu ada gerakan untuk berbagi Rahmat ini tetapi kenapa kita enggan berbagi, karena disana menolak, ada penolakan, karena relasi antar jiwa tidak terjadi. Kita mau ajak mereka masuk ke jalan kita, tetapi mereka tetap membelakangi kita untuk mencari jalan yang lain, sehingga tidak ada keinginan kita juga untuk mengatakannya. Jadi Rahmat ini banyak dan besar, tetapi dunia makin hampa karena orang mencari kemakmuran terus menerus, orang mencari keadilan terus-menerus, mencari kebenaran terus-menerus, karena itu jiwanya menjadi hampa, tetapi apabila kita beri makanan pada Jiwa, maka ada kepenuhan dalam hidup dan hidup kita cukup. Bahwa kita bekerja lebih keras tetapi bukan untuk dihabiskan, sehingga kita tidak berkekurangan. Sekedar Contoh orang tua yang baik selalu bermimpi untuk memberikan yang terbaik kepada tamu yang datang berkunjung kerumahnya, orang yang peduli pada orang lain itulah orang-orang yang sukses, orang yang selalu berusaha memberikan makanan kepada siapapun, makanannya pun juga tidak pernah habis. Paskah ini jelas berahmat tetapi rahmatnya bukan karena cuma tiga hari saat triharisuci itu, Rahmat tetap ada tetapi kita diminta untuk berpartisipasi. Sudah lama kita diajak berpartisipasi tetapi yang kita cari itu lebih banyak ke tubuh. Punya rumah besar gunakanlah untuk menampung sebanyak mungkin orang supaya orang yang datang ke rumah kita merasa nyaman. Mudah-mudahan Rahmat yang terus mengepung kita semakin menjadi nyata dalam hidup dan tentunya kita yang sudah lama bergabung sudah merasakannya. Selamat Paskah 2022🙏🏻😇
Oleh Antonius Porat
Comments
Post a Comment