Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.
DAMAI DALAM RITUS HIDUP.
Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.
RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR.
Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tidak hadir di sana. Kalau engkau takut maka damai itu menyembunyikan diri. Jika marah dalam pikiranmu maka damai menyingkir keluar. Damai akan tetap Bersama pikiran dan dirimu apabila engkau hidup dalam ukuran damai. Tidak berpikir negative tentang diri kita sendiri dan orang lain. Tidak berpikir negative tentang situasi kita, tentang penyakit kita, tentang dunia di sekitar kita. Kenakanlah selalu kaca mata positif supaya ketika memandang ke dalam yang kelihatan hanyalah yang positif. Ketika memandang keluar secara positif maka energi positif pun akan kita dapatkan dari luar diri. Kalau kita memikir negative tentang apa saja maka, damai akan menyingkir, syukur jika menyingkir sebentar saja. Semakin kita takut, cemas, cemburu, kecewa, semakin merasa diri bodoh, semakin merasa diri sakit, maka kedamaian itu menyingkir. Apa yang harus kita lakukan jika yang ada dalam diri hanya ketakutan dan kecemasan? Tulislah surat keluhan kepada Tuhan. Ungkapkan seluruh ketakutanmu, lalu nyalakan lilin kemudian bakarlah teks itu dan berdoalah, Tuhan, tukarkan kegelapan dan ketakutanku dengan cahayaMu.
RITUS DAMAI DALAM BERKATA.
Ketika berbicara dengan orang lain, kedamaian itu bisa sirna. Karena itu bicaralah dalam Bahasa Cinta. Bahasa Cinta sudah seharusnya menjadi agenda hidup. Berbicara kepada orang untuk berkomunikasi, artinya kita satu di dalam kasih bukan untuk menyingkirkan orang. Komunikasi bukan untuk menyudutkan orang, bukan untuk merendahkan orang, juga bukan untuk meninggikan orang dalam kepalsuan. Berbicaralah supaya kedamaian itu mengalir di antara kita.
RITUS DAMAI DALAM BEKERJA.
Ketika bekerja dan menerima pekerjaan sebagai beban maka damai itu lenyap. Bekerjalah dengan cinta. Ketika sulit dalam pekerjaan, tekunlah melakukannya, dan tekunlah mengundang Roh untuk membantu kita menyelesaikannya.
DAMAI ITU DAM - AI.
Kalau kita mengukur diri kita dalam tiga model ritual kehidupan sehari-hari, pertanyaanya….apa benar kita damai? Paling tidak timbul tenggelam dan memunculkan pertanyaan lanjutan apa sesungguhnya misi SKK dalam keDAMAIan? Opa menawarkan sesuatu yang agak tidak biasa dengan mengartikan DAMAI sebagai DAM – AI…I – DAM. Sebagaimana kita ketahui Dam adalah tempat penampungan air. Air dari tempat lebih tinggi dari berbagai sumber ditampung di DAM itu. Tugas SKK harus menjadi DAM..I (ai) menjadi DAM.
Menahan aliran yang tidak beraturan itu ke tempat penampungan DAM. Demikian juga, dasarnya manusia itu secara fisiologis dan psikologis itu sama tidak teraturnya seperti binatang yang sempat dijelaskan oleh Opa Sus, naluri untuk makan, kawin, marah, ingin menguasai yang lain, dsb. Yang membedakan adalah otak kita. Karena itu otak kita adalah katedral atau tahta yang mengatur hidup kita. Kalau di sana di pineal gland itu sama dengan kathedra tempat terjadinya komunikasi antara Roh dan Jiwa. Jika kepalamu sibuk dalam komunikasi antara jiwa dan Roh Kudus maka kepala itu akan menjadi mahkota. Maka dia menjadi penguasa atas animal libido kita. Di situlah DAM. Komunitas SKK diharapkan membuat DAM itu. DAM yang menampung ketidakterarahan sumber-sumber itu untuk dialirkan secara baik dan teratur sesuai ukuran DAMAI. Sebagai penampung yang harus dikuatkan adalah bentengnya supaya tidak jebol. Makin lama DAM itu makin kuat dan air itu mengalir terarah maka terjadilah keadilan dalam keDAMAIan. Karena itu kita buka telinga menahan seluruh yang mengalir dalam diri kita, dan waktu kita bicara kita atur alirannya, jangan sampai membanjiri sawah. Jangan sampai merusak benih padi yang sedang bertumbuh di ladang anak-anak kita, atau menghanyutkan padi yang siap panen di hati Ibu kita. Kita atur alirannya supaya aliran air itu menghidupkan benih yang sedang bertumbuh dan yang siap panen terus menguning hingga saaatnya kita menikmatinya. DAM tampungan kita tentu saja terbatas maka kita siapkan juga alat angkut untuk mengirim sampahnya ke Surga yang tempatnya tidak terbatas termasuk tempat pengolahan sampah. Allah sang ahli dari segala ahli akan mendaur ulang sampah kiriman kita menjadi pupuk yang dititipkan Kembali di DAM kita masing-masing. Pupuk itu akan kita alirkan kembali ke lahan-lahan kehidupan sesama. Mari terus berjuang menjadi DAM-AI bagi komunitas kita SKK dan bagi kehidupan sesama kita.
Porat Antonius
NB:
Baca dan Hayati pesan Opa Anton ini dengan Segenap hati utk dijalankan dalam hidup keseharian agar benar2 sehat jiwa dan badan.
TEAMBHSKOCARKACIRSKK.👍❤😀
Niko Boleng
Comments
Post a Comment