Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.
TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.
Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. Kita bahkan tidak pernah mendengar Spatium gratia est. Kalau mau mengalami Rahmat, isilah waktu dan aturlah dirimu sesuai dengan waktu itu. Karena setiap waktu dengan rahmatnya masiing-masing. Karena itu sikap hidup yang benar bukan mengatur waktu. Karena waktu terus mengalir dengan Rahmat yang berbeda-beda. Aturlah hidupmu sesuai waktu itu. Kita tidak tahu kapan datangnya ilham, kapan datangnya ngantuk, kapan bangun, maka begitu ilham datang misalnya ikutilah itu. Karena demikianlah waktunya, ikutilah bahkan Opa menegaskan menghambalah padanya karena memang semua waktu sudah dengan rahmatnya masing-masing. Begitu ngantuk datang, maka tidurlah. Ketika sadar datang tinggalkan tidur. Kita seyogyanya mengikuti alur Rahmat ini, bukan mengaturnya. Ketika kita sudah menjadi hamba waktu kita sudah menjadi hamba Rahmat. Menjadi hamba Rahmat sama maknanya menjadi hamba Allah yang terus melipatgandakan Rahmat itu sendiri.
TUBUH ADALAH JUGA SPATIUM.
Tubuh adalah space. Berbicara tubuh berarti kita masih berkonsentrasi pada space. Kita belum berkonsentrasi pada tempus. Jiwalah yang mengisi tubuh sebagai space dengan adil. Cuma jiwa yang mengatur space secara adil.
Jiwa itu di dalam tubuh, mengisi semua sel berapapun jumlah sel tubuh secara merata. Dia mengatur lalu lintas semua aliran darah ke semua sel sesuai peruntukannya karena jiwa adalah bagian dari tempus. Jiwa tidak terikat space karena dia hidup bersama waktu. Kita berhasil mengatur space makanan tetapi ketika kita sedikit saja dengan kesungguhan mengatur makanan itu maka hasilnya sebagaimana yang didapatkan sekarang. Kita belum sampai pada totalitas, karena totalitas adalah sisi lain dari space yaitu waktu untuk memenuhi panggilan spirit. Panggilan spirit itu adalah panggilan untuk berkonsentrasi pada yang baik. Dia akan bekerja melalui tubuh. Opa sempat berbicara soal panggilan karena pancingan dari Ibu Oeke yang menunjuk ke Opa kata *Faith dan ketika Opa bertanya apa itu Faith, Ibu Uke menjawab Destiny. Destini itu sesungguhnya space dan karenanya bisa ada orang di ruang itu, bisa juga tidak. Oleh karenanya yang ditemukan cuma space tubuh untuk mengunjungi suatu tempat. Berbeda kalau kita melihat Faith sebagai panggilan. Faith sebagai panggilan bisa saja dia mengambil dari kita tetapi tidak untuk membuat kita kosong. Dia mengambil dari kita untuk diganti dengan yang berkualitas. Dalam hidup sehari-hari, misalnya atasan memanggil kita, kita hadir. Ketika kita hadir memenuhi panggilan itu sebagai beban maka kita tidak menyerahkan yang buruk pada kita untuk diganti dengan yang lain. Ini terjadi karena orang memandang itu sebagai tugas bukan kepercayaan dari pimpinan. Menukar yang buruk misalnya tidak dipercayai orang dengan kepercayaan untuk meningkatkan derajat saya bukan pimpinan maka kita akan dengan suka cita menjalaninya dan yang terjadi adalah kita naik kelas. Kita terus bertumbuh menjadi orang kepercayaan. Demikian juga Allah memanggil kita untuk menguduskan hari Tuhan bukan supaya Tuhan kudus tetapi supaya Tuhan mengangkat kita menjadi Kudus. Kasihilah sesamamu manusia bukan untuk kebaikan orang tetapi kebaikan diri sendiri, paling tidak di antara kita, karena kalau kasih di antara kita besar maka itu menjadi space yang lebih luas bagi kasih Allah yang terus mengalir bersama waktu. Kalau kita hanya mengasihi diri sendiri maka spacenya kecil. Begitu kita mengasihi semakin banyak orang maka spacenya semakin meluas dan besar sehingga ruang bagi kasih Allah yang berlimpah ruah selalu bisa mendapat tempat di antara kita. Mari terus bersama melipatgandakan Rahmat, dari Allah dalam komunitas SKK dan komunitas lainnya.
Porat Antonius
NB:
Baca dan Hayati pesan Opa Anton ini dengan Segenap hati utk dijalankan dalam hidup keseharian agar benar2 sehat jiwa dan badan.
TEAMBHSKOCARKACIR. 👍❤😀
Niko Boleng
Comments
Post a Comment