Dalam ketiga bacaan minggu ini disampaikan bahwa masa lalu itu membuat manusia mati kutu. Sebagai contoh kalau masa lalunya mempunyai pengalaman cemerlang, maka orang beriman cenderung berpuas diri atau lupa menciptakan kecemerlangan baru. Kalau masa lalunya menderita maka masa sekarang diisi dengan -berkeluh-kesah tentang masa lalu juga. Berkeluh kesah tentang kesulitan yang dihadapi sekarang ini. Akhirnya orang mati kutu. Sementara peluang berkarya dan peluang hidup masih luas terbentang di hadapannya.
Sama persis situasinya dalam hubungan dengan memaafkan diri dan orang lain. Hubungan selalu tidak enak antara satu dengan yang lain karena mengingat-ingat perbuatan jelek masa lalunya. Yang lalu dibawa-bawa untuk menghakimi masa sekarang dan masa depan. Saat anda ingin menyapa dan berbuat baik tetapi .....eh masih sakit hati. Akhirnya sumbu kebaikan tidak menyala dan yang terjadi berkubang dalam kedengkian yang ujung-ujungnya kehilangan kasih.
Jadi bertobat itu itu sesuai bacaan di atas berarti melupakan, dan itulah jalan kasih. Ketika tidak melupakan yang hadir di depan hanyalah masa lalu. Jadi ibarat berjalan ke belakang. Yang benar adalah harus berjalan ke depan bukan membelakangi. Di depan itu adalah jalan kasih sehingga jika tidak melupakan masa lalu akhirnya orang gagal membina kasih kini dan kedepan. Bertobatlah! Lupakanlah!
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan, karya Porat Antonius
Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi C, Buku Jilid 2
_edian_
Comments
Post a Comment