Menurut Kamus, musuh manusia adalah sesama manusia yang tidak bersahabat, alam yang tidak bersahabat seperti virus atau bakteri. Selain manusia adalah setan yang jelas juga tidak bersahabat. Bila mengikuti kamus, maka perintah Yesus mengasihi musuh itu dapat diterjemahkan sebagai mengasihi manusia yang tidak bersahabat, mengasih alam seperti virus yang tidak bersahabat bahkan mengasihi setan yang jelas menjerumuskan manusia ke dalam penderitaan.
Itu adalah konsep musuh dalam konsep manusia umumnya atau minimal konsep penyusun kamus, yang mana bukanlah konsep musuh dalam pandangan Allah. Perintah Yesus untuk mengasihi musuh itu adalah perintah untuk mengasihi orang karena pada setiap orang terdapat rupa surgawi tetapi belum atau tidak bertindak bersahabat selaras dengan ciri rupa surgawi nya.
Dari ketiga bacaan itu hendak dikatakan bahwa musuh manusia bukanlah manusia atau orang. Musuh manusia adalah ciri atau tindakan ragawi alamiah yang cenderung tidak bersahabat. Ciri itu melekat pada manusia. Ciri atau tindakan itu bersifat temporal atau sementara. Tindakan kasih tidak berhenti hanya karena yang sifatnya sementara, melainkan difokuskan pada yang permanen yaitu orangnya, yang mana di atas raga alamiahnya melekat juga raga surgawi nya.
Mengasihi musuh dengan benar tidak hanya untuk sukacita kelak dan kini dan disini. Orang yang tidak mempunyai musuh akan hidup sukacita , karena setiap manusia yang dijumpai adalah sahabat yang dikasihinya dan sahabat yang mengasihinya pula. Jika ada tindakan yang tidak bersahabat dari seseorang, tidak menyebabkan sakit hati karena orangnya tetap sahabatnya sendiri. Itulah sukacita buah mengasihi musuh sesuai Kitab Suci. Lakukanlah , supaya sukacita itu nyata di sini dan mulai dari sini.
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan, karya Porat Antonius
Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi C, Buku Jilid 2
_edian_
Comments
Post a Comment