Bacaan-bacaan hari ini menggambarkan tentang jaminan atau modal dasar untuk memperoleh karunia sebagai penjala manusia. Yang pertama adalah merasa berdosa. Yang kedua mengakui dosa dengan tulus ke hadapan Allah. Yang ketiga : setelah berhasil pada yang pertama dan yang kedua baru yang berikutnya adalah menerima kasih Allah yang mengampuni dosa. Modal utamanya adalah : kasih Allah. Kasih Allah itu diperoleh lewat sekolah yakni Sekolah - Menengah - Kesadaran - Berdosa dan Sekolah - Tinggi - Pertobatan.
Menjala manusia sesungguhnya adalah memasukkan manusia ke dalam lingkup kehidupan kasih Allah. Kasih Allah yang suci tidak berdaya guna pada yang tidak bertobat. Pewartaan kasih Allah itu tidak lebih dari memberitahukan kepada manusia bahwa di dunia ini banyak jalan Keselamatan yang datang dari Allah dengan tujuan untuk mengajak manusia masuk dan menikmati keselamatan yang ditawarkan Allah.
Tugas menjala manusia ini menjadi tugas semua orang beriman dalam kehidupan sehari-hari. Model dasarnya adalah ijazah Sekolah Tinggi Pertobatan. Hanya yang berhasil menunjukkan nilai pertobatan dalam hidup yang akan berhasil menjala manusia masuk dalam keselamatan dari Allah. Yang tidak berhenti marah-marah - sama artinya belum bertobat dari dosa marah. Yang seperti ini tidak hanya gagal menarik orang untuk mendekat atau menikmati Kasih , malah menjauhkan orang lain dari jalan keselamatan. Banyak rumah tangga yang seperti ini hingga bercerai atau salah satu dari anggotanya terlepas dari jalan rumah tangga. Yang tidak bertobat dari kemalasan , tidak mungkin memperoleh kekuatan apalagi berhasil mengajak orang masuk ke dalam jala rajin karena jala kemalasan yang terlihat adalah kemiskinan. Yang gagal bertobat dari ketidakjujuran tidak mungkin memperoleh kekuatan apalagi berhasil mengajak atau menarik orang masuk dan menikmati indahnya hidup dalam jala bersama orang jujur.
Yang pokok dalam pewartaan di atas adalah bertobatlah. Dengan bertobat, rahmat pengampunan bahkan kepercayaan untuk menjadi pewarta atau penjala manusia akan datang dengan sendirinya. Dengan kata lain jala pada pewarta harus bersih dan kuat supaya dapat menjadi jala tempat orang menemukan keselamatan dan mengalami Keselamatan yang datang dari Allah. Setelah setiap orang berada dalam jala maka makanan yang dimakan adalah kasih. Tanpa kasih, ikan yang ada dalam jala yang tadi yang mendekat akan lari menjauh.
Ini yang penting. Menyadari diri sebagai orang berdosa seperti menyadari diri sebagai pemarah, orang tidak jujur, pemalas, pemabuk. Kesadaran itu tidak cukup. Kesadaran harus diikuti tindakan mengakui diri sebagai orang berdosa dihadapan Allah dan bertobat. Percayalah Allah akan memilihnya sebagai penjala manusia, minimal di lingkungan kecil seperti di rumah sendiri atau di dalam keluarga.
Yang sering terjadi dalam hidup adalah banyak anggota keluarga yang lari meninggalkan jala keluarga. Alasannya sesuai bacaan diatas adalah ketiadaan kasih. Kasih hanya hidup dalam dan diantara yang bertobat, ketika yang terjadi sebaliknya, anggota keluarga lari meninggalkan jala keluarga. Setiap anggota keluarga diajak untuk bertobat . Setelah bertobat, kasih karunia Allah akan hadir dengan sendirinya. Tidak hanya ikan sendiri yang bertahan (dalam jala), ikan asing pun akan menjinak dan hidup dalam dalam keluarga kita, terutama keluarga orang beriman.
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan, karya Porat Antonius
Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi C, Buku Jilid 2
_edian_
Comments
Post a Comment