Skip to main content

Untuk Apa Aku Di Sini? - Eksegese Minggu ke 4 Tahun C

Pertanyaan ini adalah pertanyaan untuk semua orang : untuk apa aku di sini? Jawabannya bermacam-macam : saya di sini untuk menjadi dokter, guru, Pastur, petani, tukang. Namun untuk orang beriman jawabannya cuma satu yakni : "untuk menunjukkan perutusan ku."

Ketiga bacaan hari ini menegaskan perutusan setiap orang. Pertama ditegaskan bahwa sebelum manusia ada, tugas perutusannya sudah ditetapkan Allah. Manusia tidak menentukan sendiri perutusannya, manusia juga tidak berhak menolak perutusan dari Allah itu dan menetapkan tugas perutusannya sendiri. Tugas manusia hanya menerima dan menjalankannya. Yang kedua ditegaskan bahwa dalam melakukan tugas perutusan, manusia tidak perlu gentar dan takut. Tugas itu adalah tugas Allah. "Sebab Aku menyertai engkau". Yang ketiga ditegaskan bahwa setiap orang menjadi -seseorang dengan tugas khusus-. Yang umum dan sama sebagai perutusan semua orang adalah : mengasihi.

Ketika manusia beriman berhadapan dengan situasi yang membingungkan tentang perutusannya - dengan bertanya untuk apa aku disini ; untuk apa saya menjadi ini - itu , cepat atau lambat Allah akan menjawabnya, namun bagi manusia beriman : lakukan saja. Semua tugas perutusan itu jika dilakukan dengan kasih maka setiap manusia beriman akan menikmatinya. Jadikanlah kasih sebagai mahkota setiap profesi. Yang berbahagia bukan hanya yang mengasihi namun juga yang mengalami kasih itu.

Dalam kehidupan rumah tangga banyak orang tua yang tidak - atau lupa bertanya tentang perutusan anak-anaknya. Pun tidak bertanya tentang perutusannya sebagai orang tua. Yang jelas ketika masih kecil seseorang anak diutus ke tengah keluarga untuk dicintai. Disini terhadap anak sekecil ini tugas perutusan orang tua adalah mencintai. Orang tua juga diutus memberikan contoh mencintai. Orang tua mencintai anak apa adanya. Banyak orangtua yang gagal mencintai dan memberi contoh mencintai dan berkilah : "jangan memanjakan anak"  Yang terjadi sesungguhnya orang tua seperti ini tidak ingin berkorban untuk mencintai anaknya secara total. Anaknya yang dikorbankan demi gengsi atau kesombongan orang tua.

Ketika semakin dewasa orang tua sambil terus mencintai harus bertanya pada Allah Untuk apa anak-anak ku di sini. Pertanyaan ini terus ditanya kan supaya sedini mungkin orang tua mengenal perutusan khusus anaknya. Ketika telah diketahui, tugas orang tua selebihnya adalah mendukung perutusan anaknya tanpa memaksakan konsep umum. Konsep umum  perutusan orang lebih cenderung terjadi karena pertimbangan gengsi sosial dan ekonomis, bukan malah mendukung perutusan anak.

Untuk apa Aku di sini? --- Saya ini untuk menunjukkan kepada dunia Tugas perutusan ku untuk menebar kasih agar dunia ini menjadi dunia kasih.


 Cuplikan dari Buku  Eksegese Orang Jalanan,  karya Porat Antonius 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi C, Buku Jilid 2

 

_edian_

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...