Ada ungkapan Bahasa Inggris yang dihafal di seluruh dunia terutama oleh mereka yang paham, life long learning. Manusia harus belajar seumur hidup. Yang tidak belajar sama dengan tidak hidup. Bukti bahwa kita hidup adalah ketika kita terus belajar. Misalnya, petani terus belajar dari apa yang dialaminya di ladang. Dokter belajar dari apa yang dialaminya ketika berhadapan dengan pasien, maupun belajar dengan membaca dari dokter lain, baik masa lalu maupun masa kini. Polisi juga begitu belajar dari pengalamannya berhadapan dengan kejahatan.
Mengapa harus belajar, karena kita sendiri berubah. Dunia juga berubah. Kalau kita tidak belajar, derajat kita akan diturunkan seperti binatang. Banyak orang di dunia ini yang mengajarkan sesuatu kepada monyet. Tetapi monyet tidak bisa berubah seperti manusia. Jadi belajar adalah bagian dari hakikat menjadi manusia. Belajar pun membutuhkan proses. Misalnya meskipun sudah jadi dokter, jangan pernah tinggalkan baca. Untuk bisa membaca, belajar sejak SD. Tetapi setelah pintar membaca, tamat juga membacanya. Kita wajib belajar karena kita tidak pernah selesai diciptakan. Proses penciptaan kita masih terus berlangsung. Karena itu, kita juga harus berubah untuk terus lebih baik. Lebih tekun, lebih rajin, lebih suci.
Orang katolik atau kristen pada umumnya diminta belajar untuk dekat pada apa yg dikehendaki Tuhan. Kita makin belajar, makin bertumbuh dalam kebaikan. Makin tua, makin besar kita dalam perbuatan baik. Misalnya, pada usia tertentu sudah tidak lagi minta maaf, tapi memberi maaf. Kalau ada sesuatu yang akan menyinggung perasaan orang, dimulailah minta maaf. Seorang dokter yg dia tahu gagal menangani pasien, harus diawali dengan minta maaf daripada kemudian hari gagal baru minta maaf. Dengan begitu, kita belajar rendah hati. Tapi bukan rendah diri.
Kita sudah belajar dari sejak dibentuk. Kita belajar membaca dan menulis sejak kecil. Padahal kita keluar uang banyak untuk mendapatkan kesempatan membaca dan menulis. Setelah sudah bisa menulis, sharing pengalaman ke orang lain melalui tulisan itu. Misalnya, dr. Bonita atau dr. Wahyu, sisihkan waktu untuk menulis pengalaman ketika berhadapan dengan pasien. Berbagai jenis pasien. Kalau kita tidak menulis, tidak banyak orang yang tahu. *Beranilah menulis, supaya orang lain juga bisa mendapatkan pelajarannya.
Belajar melalui pengalaman dan reflesikan. Pengalaman adalah guru terbaik. Secara teologi, Tuhan menggunakan pengalaman personal kita untuk mengarahkan kita pada kebenaran. Tuhan memberi kita jalan melalui pengalaman-pengalaman kita. Jangan sampai ada doktor monyet, master monyet, dosen monyet, perawat monyet, sarjana monyet. Orang yang terus belajar saja yang bisa menemukan kebenaran dan kebaikan dan juga belajar lebih baik dari waktu ke waktu.
TEAM BHSO KOCARKACIR.
Kita diminta jangan takut. Kalau kita takut, banyak hal yang buruk terjadi pada kita. Bersukacitalah. Sebenarnya dalam ilmu kedokteran, sukacita sudah diakui sebagai obat dan sudah dirumuskan dalam apa yang disebut Placebo. Dari bahasa Latin, placebo domino in regione vivorum. Secara mudahnya diterjemahkan “Saya bersukacita karena Allah hadir dalam hidup dalam hidupku”. Namun belakangan ini muncul istilah Nocebo, menakut-nakuti. Orang ditakuti-takuti dengan penyakit sampai harus makan obat seumur hidup. Tidak disadari banyak orang, bahwa pandemi sekarang ini adalah wujud nocebo. Diekspos kemana-mana virus ini sudah ada varian baru, varian ini dan itu. Itu semua meningkatkan ketakutan kita. Karena itu, makin banyak yang menderita karena makin cemas. Apalagi, setelah vaksin pertama kena covid, vaksin kedua masih takut. Masih takut lagi maka ditambah dengan booster. Akhirnya tubuh kita penuh vaksin. Ini semua praktek nocebo. Saya minta anggota SKK tidak perlu takut. Sebagai warga neg...
Comments
Post a Comment