Kalau bersandar pada ilmu, kita tidak bisa tegas. Ilmu hanya bisa sedikit tegas secara sempit menurut sudut pandang tertentu yakni ketika ilmu itu dikapling-kapling. Misalnya, tubuh manusia dibagi dalam berbagai disiplin dokter spesialis. Dokter jantung, kelamin, gigi, kandungan, mata, THT, kulit, dll. Di satu sisi, spesialisasi memberi kekuatan untuk orang tahu tentang bidangnya. Tetapi kapling semacam itu berbahaya juga bagi manusia. Misalnya, dokter memberi obat kulit, dia tidak perduli dengan rahimnya. Memberi obat jantung, tidak perduli dengan otak.
Kenapa kapling semacam itu terjadi. Karena dunia tidak tegas dengan hidup. Plin plan. Sedikit ilmu, sedikit Tuhan. Tidak jelas. Padahal, dalam ilmu pengetahuan tidak ada ketegasan. Obat yang dikenal hebat sebelumnya, tiba-tiba di kemudian hari ditarik karena ada risiko tertentu. Salah satu contohnya adalah ranitidin yang ditarik dunia medis baru-baru ini karena dikatakan memicu kanker. Contoh lainnya adalah penisilin yang dulu dianggap baik, sekarang dianggap berbahaya. demikianpun Kinine juga dulunya adalah obat malaria, kemudian ditarik karena berbahaya untuk ginjal. Semuanya ini dilakukan berdasarkan riset yang kemudian diikuti dengan keputusan medis. Penarikan itu juga dilakukan tanpa ada pertanggungjawaban pada akibat yang terjadi pada pasien yang terlanjur mengkonsumsi obat tersebut.
Karena itu, mereka yang sudah dapat racun harus tegas terhadap racun. Juga tegas terhadap perilaku yang buruk. Tegas terhadap kebaikan, kejujuran. Sebaliknya juga tegas menolak kemalasan. Kalau mau hidup sukacita, bangunlah rumah di atas karang yang kokoh/tegas. Tegas dengan kebaikan dan terhadap makanan. Tidak ada alasan lain untuk berargumen. Katakanlah iya bila ya, katakan tidak bila tidak.
Sebagai perbandingan dengan ilmu yang selalu hadir belakangan, baru-baru ini ada hasil studi di Jepang yang melihat hubungan antara spiritualitas dan jenis sakit. Menurut studi itu, maag disebabkan karena cemas. Hipertensi terjadi karena marah-marah, kecewa dan tidak puas. Diabetes karena egois dan keras kepala. Ginjal terjadi pada orang yang merasa diri benar. Liver terjadi pada orang yang buruk sangka. Jantung terjadi karena marah-marah. Hasil riset ini mengatakan bahwa penyebab penyakit yang terbesar (50 %) adalah faktor spiritual, tidak setia pada kebaikan, tidak tegas menjadi orang beriman. Faktor makanan hanya berkontribusi 10 %. Singkatnya, untuk sehat harus menjadi orang beriman.
Studi ini hanya menegaskan apa yang sudah dipercaya dalam agama ribuan tahun. Ilmu memang selalu datang terlambat. Itupun di antara studi-studi itu bertentangan satu sama lain. Tetapi dalam Tuhan kita harus tegas, baik untuk tubuh maupun spiritual.
Diskusi.
Ada dua hal yang perlu dipahami dari pengalaman dr. Erlyn, dr. Paul, dan Ibu Bertha. Pertama, soal sehat. Sehat bukan berarti ketiadaan rasa sakit. Sehat adalah relasi dengan Tuhan bagus, relasi dengan orang lain juga demikian, dan relasi dengan pekerjaan baik. Lalu ditambah dengan makan masih lancar, buang air besar dan air seni lancar, tidur juga masih enak. Orang yang tidak ingin ada sakit adalah ketika putus napas. Kedua, soal kematian. Banyak orang melihat kematian, apalagi setelah ikut SKK sebagai sesuatu yang buruk. Namun dalam iman kematian terkait dengan tugas. Tugas kita di dunia menentukan apakah kita meninggal saat itu atau nanti. Dengan mengikuti apa kata Tuhan, kita seharusnya tahu apa tugas kita di dunia ini. Banyak orang yang sakit berat tetapi kemudian masih hidup lagi karena tugas di dunia ini masih belum selesai. Tetapi orang yang terantuk batu saja lalu mati. Namun, seperti yang kerap terjadi, sakit atau mati menjadi alasan bagi banyak orang untuk menyalahkan orang lain. Ketika orang yang ikut SKK mati, yang disalahkan Opa Anton. Padahal kapanpun orang bisa mati. Anehnya, banyak orang yang mati setiap hari di Rumah Sakit, tidak menyalahkan Rumah sakit atau dokter.
Peristiwa kematian itu sendiri pada dasarnya bukan kematian tetapi pergi atau pulang. Konsep mati dapat dikatakan mempunyai dua definisi. Pertama, pulang sesuai umur tubuhnya. Ketika unsur-unsur pembentuk tubuhnya secara alamiah tidak sanggup lagi menopang maka saat itu dia pulang. Kedua, karena intervensi manusia sendiri. Ketika manusia tidak lagi merawat rumah tubuh maka ia pulang tidak sesuai waktunya. Contohnya adalah makan racun, yang membuat tubuh kita lebih cepat berakhir dari umur alamiahnya. Tubuh adalah rumah manusia di dunia. Ketika rumah itu rusak maka otomatis manusia akan pulang. Di SKK ini, kita diajarkan untuk memelihara tubuh sesuai takdir alamiahnya. Tindakan itu adalah bentuk kesucian hidup karena kita setia pada waktu yang Tuhan tetapkan untuk tubuh kita. Ketika waktu alamiah kita berakhir lebih cepat karena makan racun, sama artinya kita rampok waktu Tuhan yang telah menetapkan umur tubuh kita menurut kehendakNya. Itu yang disebut dosa.
Mati dan hidup adalah hak Allah. Yang merupakah pilihan manusia adalah kesempatan memilih cara mati dan cara hidup. Sama dengan sehat/sakit merupakan pilihan. Yang sulit pada dunia sekarang adalah orang sulit memilih karena tidak ada kebenaran tunggal yang diperoleh manusia dari hasil belajar. Kalau kebenaran tunggal yang berasal dari Atas, sudah ada. Yang didapatkan SKK adalah kebenaran dari Atas. Sementra yang selama ini dijalankan manusia adalah kebenaran dunia yang keliru. Misalnya, hasil riset pada 1-2 orang dijadikan kebenaran umum. Maka terjadi kerancuan aplikasi yang berujung pada kehancuran.
Karena hidup adalah pilihan maka pilihan itu juga harus disertai tanggung jawab. Dalam kasus vaksin, ada yang tidak mau vaksin karena merasa dilarang opa Anton. Orang itu menggunakan anjuran opa untuk jadi argumen bahwa dia dilarang. Padahal, pilihan itu ada pada kita. Tanggung jawab itu pada kita. Ketika kita memilih vaksin, jangan menimpakan tanggung jawab itu pada Opa Anton. Orang-orang yang menimpakan kesalahan itu pada orang lain atau kambing hitam adalah mengikuti dosa asal.
Kambing hitam atau gosip mengikuti Adam dan Hawa. Adam menuduh Hawa dan Hawa menuduh ular sebagai pelakunya. Seharusnya, kita tegas dengan pilihan hidup dan akibatnya. Dari awal ketika memilih SKK harus tegas menyatakan bahwa pilihan mengikuti SKK adalah pilihan sesungguhnya untuk hidup.
Tetapi jangan memaksa diri untuk menjelaskan pilihan itu, apalagi ke orang lain. Penjelasan diberikan untuk pengalaman-pengalaman inderawi. Bukan untuk pengalaman spiritual yang tidak ada kata-kata yang pas di dunia. Lebih baik diam. Orang yang memaksan diri menjelaskan adalah “sok tau”. Itu adalah dosa.
Dalam BHS hari ini, kita mendengar tiga dokter yang menjadi contoh ketegasan hidup: dr. Paul, dr Eni, dr. Erlyn. Mereka ada di perbatasan, antara ilmu dan Tuhan, konflik antara mana yang benar dan mana yang tidak. Tetapi mereka setia pada kebaikan. Tidak meninggalkan ilmu seluruhnya, yang ditinggalkan adalah keburukannya. Mereka juga setia bukan untuk bikin orang lain malu. Banyak orang membuat hidupnya baik supaya jadi bukti agar bikin malu orang lain. Itu dosa. Kita diundang untuk tegas dengan cara hidup kita melalui racun tubuh dan kebaikan hidup. Bukan untuk bikin orang lain merasa malu.
NB;
Bacalah dengan sungguh2 pesan ini sebagai refleksi kehidupan kita shg dapat menguatkan iman didalam menghadapi situasi apasaja.
TEAM BHSO KOCARKACIR.
Kita diminta jangan takut. Kalau kita takut, banyak hal yang buruk terjadi pada kita. Bersukacitalah. Sebenarnya dalam ilmu kedokteran, sukacita sudah diakui sebagai obat dan sudah dirumuskan dalam apa yang disebut Placebo. Dari bahasa Latin, placebo domino in regione vivorum. Secara mudahnya diterjemahkan “Saya bersukacita karena Allah hadir dalam hidup dalam hidupku”. Namun belakangan ini muncul istilah Nocebo, menakut-nakuti. Orang ditakuti-takuti dengan penyakit sampai harus makan obat seumur hidup. Tidak disadari banyak orang, bahwa pandemi sekarang ini adalah wujud nocebo. Diekspos kemana-mana virus ini sudah ada varian baru, varian ini dan itu. Itu semua meningkatkan ketakutan kita. Karena itu, makin banyak yang menderita karena makin cemas. Apalagi, setelah vaksin pertama kena covid, vaksin kedua masih takut. Masih takut lagi maka ditambah dengan booster. Akhirnya tubuh kita penuh vaksin. Ini semua praktek nocebo. Saya minta anggota SKK tidak perlu takut. Sebagai warga neg...
Comments
Post a Comment