Manusia cenderung berpersepsi negatif tentang penderitaan , sehingga berupaya untuk menghindari. Bacaan pada minggu ini mengungkapkan satu pesan penting tentang penderitaan yang keliru dipahami manusia. Dihadapan Allah adalah sebaliknya, penderitaan itu justru sebagai bagian dari tahta kemuliaan. Yesus sendiri hadir memberikan contoh melayani dengan menyerahkan nyawaNya sebagai Tahta kemuliaan, tebusan bagi banyak orang. Orang beriman juga akan demikian bila teguh dengan imannya karena pada waktunya akan menerima Rahmat, menemukan kasih karunia pertolongan - pada saatnya tiba.
Penderitaan sebagai Tahta kemuliaan terletak pada minimal 3 hal : Pertama : sesuai kehendak Allah. Bukan berdasarkan pilihan atau kehendak sendiri, dalam arti tujuan penderitaan itu ditetapkan Allah. Kedua : penderitaan itu dilakukan bukan untuk tujuan egoistis. Rela lapar karena menolong orang lain , rela tidak tidur karena menolong orang lain. Ketiga : rela remuk kesakitan demi kemuliaan atau demi mengalami kemuliaan bersama Allah , baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Ikutilah kehendak Allah. Tuhan tetap menyatakan kehendakNya kepada semua orang. Allah tidak menunggu sampai seorang Suci untuk memperdengarkan suaraNya. Ketika suara itu belum jelas atau belum terdengar , Tuhan masih membantu dengan cara lain , antara lain melalui keteguhan hati untuk rela menderita tanpa peduli apa kata dunia.
Kitab suci adalah Sabda Allah dalam bahasa manusia. Setiap orang dapat menemukan kehendak Tuhan atas dirinya dalam kitab suci. Belajarlah dari kitab suci dan belajarlah untuk terus hidup suci tanpa berhenti.
Orang beriman yang berkorban juga akan mengalami kemuliaan dalam skala kecil setiap hari. Kemuliaan orang beriman yang nyata itu adalah melalui persaudaraan. Di rumah punya waktu dan hidup damai bersama anak keluarga atau juga teman. Saling melayani , senyum sukacita akan nyata dan menerima orang lain apa adanya. Yang sudah berhasil melayani yang kecil akan mudah melayani yang besar dengan mudah. Dengan mengikuti Yesus dalam kesucian dan korbannya , akan mudah menjadikan diri sebagai alat untuk membenarkan orang lain dihadapan Allah. Untuk itu mulai saja dari hal yang mudah yakni mengikuti Yesus dengan Setia bekerja sebagai hamba yang melayani semua orang, mendengarkan suara Tuhan. Yang melakukannya mungkin remuk kesakitan, tetapi pada waktunya akan mengalami kemuliaan di hadapan Allah dan di hadapan sesama manusia.
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan, karya Porat Antonius
Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2
_edian_
Comments
Post a Comment