Skip to main content

Penderitaan Sebagai Tahta Kemuliaan - Eksegese Minggu Biasa ke 29 Tahun B

 Manusia cenderung berpersepsi negatif tentang penderitaan , sehingga berupaya untuk menghindari. Bacaan pada minggu ini mengungkapkan satu pesan penting tentang penderitaan yang keliru dipahami manusia. Dihadapan Allah adalah sebaliknya,  penderitaan itu justru sebagai bagian dari tahta kemuliaan. Yesus sendiri hadir memberikan contoh melayani dengan menyerahkan nyawaNya sebagai Tahta kemuliaan,  tebusan bagi banyak orang. Orang beriman juga akan demikian bila teguh dengan imannya karena pada waktunya akan menerima Rahmat,  menemukan kasih karunia pertolongan - pada saatnya tiba.

Penderitaan sebagai Tahta kemuliaan terletak pada minimal 3 hal : Pertama : sesuai kehendak Allah. Bukan berdasarkan pilihan atau kehendak sendiri,  dalam arti tujuan penderitaan itu ditetapkan Allah. Kedua : penderitaan itu dilakukan bukan untuk tujuan egoistis. Rela lapar karena menolong orang lain , rela tidak tidur karena menolong orang lain. Ketiga  : rela remuk kesakitan demi kemuliaan atau demi mengalami kemuliaan bersama Allah , baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Ikutilah kehendak Allah. Tuhan tetap menyatakan kehendakNya kepada semua orang. Allah tidak menunggu sampai seorang Suci untuk memperdengarkan suaraNya. Ketika suara itu belum jelas atau belum terdengar , Tuhan masih membantu dengan cara lain , antara lain melalui keteguhan hati untuk rela menderita tanpa peduli apa kata dunia.

Kitab suci adalah Sabda Allah dalam bahasa manusia. Setiap orang dapat menemukan kehendak Tuhan atas dirinya dalam kitab suci. Belajarlah dari kitab suci dan belajarlah untuk terus hidup suci tanpa berhenti.

Orang beriman yang berkorban juga akan mengalami kemuliaan dalam skala kecil setiap hari. Kemuliaan orang beriman yang nyata itu adalah melalui persaudaraan. Di rumah punya waktu dan hidup damai bersama anak keluarga atau juga teman. Saling melayani , senyum sukacita akan nyata dan menerima orang lain apa adanya. Yang sudah berhasil melayani yang kecil akan mudah melayani yang besar dengan mudah. Dengan mengikuti Yesus dalam kesucian dan korbannya , akan mudah menjadikan diri sebagai alat untuk membenarkan orang lain dihadapan Allah. Untuk itu mulai saja dari hal yang mudah yakni mengikuti Yesus dengan Setia bekerja sebagai hamba yang melayani semua orang, mendengarkan suara Tuhan. Yang melakukannya mungkin remuk kesakitan, tetapi pada waktunya akan mengalami kemuliaan di hadapan Allah dan di hadapan sesama manusia.


Cuplikan dari Buku  Eksegese Orang Jalanan,  karya Porat Antonius 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2

 

_edian_

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...