Dari dulu kala hingga kini manusia terbelah secara tajam antara yang kaya dan yang miskin. Banyak manusia yang merindukan menjadi kaya dan membenci bahkan mengutuk kemiskinan. Dunia jadinya sibuk mengubah dunia menjadi kaya dan menghapus kemiskinan. Yang terjadi : jurang pemisah antara keduanya semakin lebar. Dengan demikian pastilah ada yang keliru. Dunia mencoba memplot kekeliruan itu pada distribusi dan retribusi. Distribusi dan retribusi diatur sampai ada undang-undang yang dibuat untuk mengatur nya. Apakah selesai ? Belum juga. Hari ini kitab suci berbicara tentang hal yang sama : Allah melihat yang lupa diperhatikan manusia, yakni yang utama dalam hidup.
Bacaan-bacaan pada minggu ini berbicara tentang dua hal. Pertama tentang kehadiran Yesus ke dunia. Yesus hadir untuk meluruskan yang keliru pada manusia. Karena itu Yesus disebut sebagai terang. Ketika orang kaya menyebut Yesus sebagai guru yang baik , Yesus meluruskannya. Yang baik hanyalah Allah. Memuji Yesus tidak penting - yang terpenting adalah mengalami kebersamaan dengan yang baik itu dengan mengikutiNya dan berbuat yang baik dengan cara berbagi. Dengan mengikuti Yesus dan dengan cara berbagi , terutama kepada orang miskin , manusia lah yang berubah menjadi baik dan mengalami hidup kekal yang dirindukan. Yang kedua tentang manusia terutama tentang prioritas yang harus ditunjukkan orang beriman. Orang beriman harus mendahulukan Allah. Mendahulukan Allah sama dengan mendahulukan mengikuti Yesus untuk mengalami kebaikan sebagai bagian dari hidup kekal. Mengikuti Yesus berarti mengikuti Sabda Allah : Mengikuti perintah perintah Allah. Orang kaya itu sudah melakukan banyak hal sesuai kitab suci, tetapi motivasinya mengikuti Yesus bukan untuk menerima atau belajar lebih banyak dari Yesus untuk kehidupan kekal versi Allah. Namun untuk mengikuti kebutuhan kehidupan kekal versi manusia. Yang ingin dimiliki oleh orang kaya itu kehidupan kekal dalam arti kelanjutan kepemilikan materi. Ini lah yang ditolak Yesus.
Cara memprioritaskan adalah adalah dengan memberikan makanan jiwa yaitu mendengarkan dan melakukan Sabda Allah. Akan gagal jika yang dipikirkan tentang hidup kekal adalah dengan menggunakan standar tubuh yakni agar dia dapat mewarisi kekayaan untuk anak cucunya kemudian. Padahal idealnya kehidupan kekal itu dengan standar jiwa. Itu yang Yesus kehendaki dengan kisah orang kaya dalam bacaan Injil tadi. Yang sesuai dengan standar jiwa akan masuk kehidupan kekal - untuk kebutuhan jiwa pula.
Hidup berdasarkan Sabda Allah salah satunya ialah dengan berbagi. Dengan berbagi, jiwa semakin besar karena jiwa dan keberadaan kita turut dirasakan orang lain. Maka utamakan jiwa terlebih dahulu ; kebutuhan tubuh pun akan terlampaui . Jika jiwa hidup maka tubuh pun hidup.
Bukan berarti Injil mengagungkan kemiskinan atau orang miskin. Dan orang kaya terdepak dari Kerajaan Allah karena kaya sama dengan berdosa. Ini juga kekeliruan dan berdampak negatif. Artinya tidak demikian . Yang kaya - yang egoistis dalam arti hanya untuk diri sendiri yang harus dihindari. Yang kaya harus berbagi sesuai perintah Yesus. Jika tidak berbagi maka akan menyulitkan nya masuk surga.
Injil hendak mewartakan bahwa kekayaan itu tidak untuk dijadikan sebagai tujuan hidup. Kekayaan hanya sebagai sarana untuk dapat berbagi lebih banyak dan lebih luas.
Dengan berbagi - apapun yang kita miliki, Allah akan berbangga karena manusia menjadi baik dengan mengikuti segala perintahNya. Selamat mempraktekkan dan selamat pula mendapatkan kehidupan yang kekal.
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan, karya Porat Antonius
Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2
_edian_
Comments
Post a Comment