Skip to main content

Kesehatan - BHSO Palembang dan Lampung - 16 Oktober 2021

Kesehatan ditentukan oleh dua hal, yakni tubuh dan jiwa. Seperti yang selalu dibicarakan ketika tatap muka, jaga racun dan jadilah orang baik. Jadi orang baik tidak hanya diekspresikan keluar tetapi juga ke dalam diri sendiri melalui berpikir. Ketika kita berpikir negatif, pikiran itu sama halnya dengan menyerap energi negatif. Kalau benci orang, maka kepala tidak enak dan hati juga begitu. Sebetulnya sakit itu merupakan signal awal bahwa kita akan sakit kalau kita terus-terusan membenci. Terus menerus terlibat dalam kebencian, artinya kita sedang menyerap berbagai penyakit. Sikap seperti itu adalah membudidayakan kanker dalam diri. Orang yang punya potensi kanker, biasanya orang yang kesehariannya suka marah-marah dan membenci orang. Semuanya itu terakumulasi dan suatu saat kankernya tumbuh. Sama dengan ketika kita mengeluarkan bahasa negatif. Banyak yang berpikir bahasa negatif itu untuk orang lain. Sesungguhnya tidak. Bahasa itu akan kembali dalam bentuk orang lain tidak suka terhadap kita. Situasi itu tidak akan enak. Lama kelamaan jadi sakit. 


Beda halnya kalau kita berbahasa positif, maka orang lain mendapatkan sesuatu yang positif. Orang akan bersukacita. Ketika sukacita, tidak ada lagi yang negatif. Bercanda pun bebas dan akhirnya menghasilkan energi sukacita. Pada relasi yang demikian itu, suatu kekuatan jiwa mengalirkan energi positif ke orang lain. 


Karena itu, apapun yang kita pikirkan dan lakukan akan menghasilkan energi positif atau negatif untuk kita.

 Kunci sehat pertama-tama adalah positive thinking. Tidak hanya itu. Positive thinking akan berbuah jika kita hidup menurut kehendak Allah. Orang yang positive thinking dan beriman akan selalu berusaha berbuat baik. 


Berikutnya, jangan selalu membaca sakit sebagai penderitaan. Pada dasarnya, sakit tubuh adalah ajakan untuk beralih perhatian ke jiwa. Supaya kita sadar untuk mengobati jiwa. Jangan menuduh makanan yang mengakibatkan sakit seperti maag, jantung, dan sebagainya. Tetapi kerakusan itu yang membuat kita sakit. Seperti halnya ukuran tubuh, bukan baju yang bikin sesak tetapi kerakusan kita yang bikin baju tidak muat.  


Usia makin tua, berfokuslah pada jiwa. Tidak usah takut mati karena virus. Virus tidak mencari-cari untuk membuat orang sakit. Jangan takut juga dengan kematian karena mati adalah kewajiban. Yang penting mati dalam sukacita. Banyak yang protes, ada yang ikut SKK tetapi pada akhirnya mati juga. Ikut SKK bukan untuk mencegah kematian, tetapi mencegah setengah mati. Yang jelas dari pengalaman kita di SKK, banyak orang yang bebas dari penderitaan. Tetap akan mati ketika saatnya tiba. 


Di SKK, kita tidak hanya bebas dari penderitaan tetapi masih diberi kesempatan menolong orang. Itulah sukacita bagi hidup. Tidak hanya berguna bagi diri sendiri tetapi orang lain juga.


Untuk yang baru ikut, jangan buru-buru mengharapkan tubuh yang sudah rusak untuk cepat sembuh. Sembuh bukan urusan kita. Yang jadi urusan kita adalah jangan makan racun dan tetap sukacita. 


Sharing Penguatan


Bpk. Diksi

Populasi penduduk Indonesia bertambah. Pola konsumsi berubah. Makin banyak penduduk maka pola konsumsi juga berubah. Misalnya, orang mencari protein lebih banyak. Daging akan diburu. Suplai makin bertambah dengan keanekaragaman pangan yang meningkat. Terhadap kecenderungan ini, kontribusi SKK dengan autophagy sangat membantu pemerintah dalam memastikan keberlanjutan pangan. Selain lebih irit, anggota SKK lebih banyak mengkonsumsi pangan lokal. Tubuh lebih sehat, hemat, dan negara tidak terlalu repot mengalokasikan anggaran untuk pangan. 


Pangan lokal hilang akibat masuknya benih unggul. Tanaman unggul tidak bisa dijadikan bibit. Petani harus beli bibit yang ada satu paket dengan pupuk. Biaya mahal. Pada dasarnya yang membuat pertanian menjadi bisnis yang besar adalah karena melayani kebutuhan orang kaya. Industri mengembangkan bisnis yang memperpanjang umur simpan untuk memenuhi kebutuhan orang kaya. Saat ini tidak ada pengujian dampak senyawa ikutan dalam makanan pengawet terhadap manusia. Kalau obat ada. Periksa dampak barangkali dianggap tidak penting. Apalagi kalau campuran itu hanya 0,1 % maka ketentuannya tidak harus dicantumkan pada label. 


Karena itu, mereka yang mempunyai uang harus melakukan autophagy. Orang berduit yang paling banyak mengisi rumah sakit yang

 membuat rumah sakit menjadi bisnis yang menjanjikan. 


Bpk. Edo

Mati atau hidup bukan kita yang tentukan. Tapi Tuhan. Yang menarik dari kasus Edo Semarang, dia menggadaikan semua pikirannya. Dia cuci darah Rp. 1.500.00 per pertemuan. Seminggu bisa 3 kali. Kalau selama 7 tahun ini dia terus menerus cuci darah maka angkanya bisa mencapai Rp. 9 M.  Yang lebih luar biasa adalah rahmat sukacita bersama keluarga besarnya. Sukacita itulah yang tidak bisa dihitung dengan uang. 


Bpk. Franky

Franky dirawat hingga ke RSPAD oleh dokter yang senior. Tetapi tidak sembuh. Malah lebih parah. Dalam kepasrahan dia bertemu Opa dan akhirnya sembuh. Tidak hanya sembuh, tetapi juga mengubah diri dan keluarganya lebih sukacita. Kehidupan franky sama dengan cerita kitab suci, yakni menyuruh orang yang sudah mati untuk bercerita kepada dunia bahwa hidup ini ditentukan oleh Tuhan. Dunia mempunyai kewajiban untuk memelihara kehidupan. Usaha manusia (ilmu pengetahuan) agar manusia tidak mati hanya menunjukkan arogansi manusia saja. Cerita tentang orang yang berusia sampai 100 tahun terjadi bukan karena mereka hebat. Tetapi menunjukkan bahwa kalau belum waktunya, tidak akan mati. Kenyataannya, ilmu sendiri yang menakuti-nakuti dunia dan mengingkari tesis ilmu pengetahuan sendiri seolah-olah manusia bisa menolak kematian. Apa yang disebut Homo Deus yang super hebat dan tidak mati oleh Harari, kenyataannya tidak terjadi. 


Ibu dr. Erlyn

Dari awal ketika berjumpa di Bali, dr. Erlyn pasrah. Karena itu, apapun yang diminta Opa, ia turuti. Salah satunya adalah meminta dr. Erlyn untuk membuat Allah tersenyum. Dalam niat dr. Erlyn daripada mati tak menyenangkan Tuhan, mungkin lebih bermanfaat jika hidup untuk membuat Allah tersenyum. Akhirnya, secara perlahan sakitnya sembuh. Banyak rekan sejawatnya yang bilang makanannya tidak bergizi, apalagi mengikuti autophagy. Tetapi dengan autophagy dr. Erlyn justru sehat. Makan ala kadarnya. Hidupnya sebagai tenaga medis yang menurut ukuran rasional dipandang teratur tetapi hasilnya justru sangat kocar kacir. Di SKK hidupnya kocar kacir dari ukuran Ilmu  tetapi hasilnya justru sangat teratur. 


Kalau kita terjebak dalam formalitas keteraturan, kita tidak akan bersahabat. Orang yang rajin ke gereja dengan rapih dan teratur, belum tentu bisa bersahabat dengan orang yang sama-sama rajin ke gereja. Di SKK kita yang kocar kacir justru bisa saling bersahabat erat. Ilmu yang dipelari dr. erlyn dulunya adalah ilmu otak yang membutuhkan obyek/alat untuk menentukan kebenaran. Ilmu itu lebih jauh menjadikan manusia sebagai obyek yang sama dengan binatang. Dalam kenyataannya, tidak ada satu angkapun yang secara tepat menunjukkan kebenaran. Kalau semua penelitian mengandalkan kejujuran, tidak akan ada temuan. Tidak bisa dihitung oleh statistik. Dalam statistik itupun ada kesewenang-wenangan. Di luar kurva normal, tidak akan dihitung.* dr. Erlyn menjauhkan otak rasional, bahkan dimusuhi keluarga dan sahabatnya. Tetapi melalui situasi itu, ia justru mendekatkan kasih Allah. 


Karena itu, supaya sembuh berusahalah melihat kasih Tuhan yang tidak bisa dilihat di laboratorium. Tidak bisa dibaca oleh ilmu pengetahuan. Mereka yang sakit berat itu adalah barang rongsokan yang disepuh ulang oleh Allah untuk memberi cahaya bagi dunia. 


Bpk. Ardi

Secara sederhana, dalam kehidupan sehari-hari, sehat adalah tidak merasa sakit. Padahal tidak mungkin manusia tidak merasa sakit. Definisi yang dibuat oleh berbagai organisasi termasuk WHO memaknai sehat dalam dimensi fisik, sosial, dan psikologis. Tetapi dalam perkembangannya, definisi tersebut direduksi menjadi fisik semata. 


Di SKK, kesehatan dibaca dalam konteks relasi. Sehat dipandang sebagai kesehatan dalam berelasi. Secara fisik pun ada proses komunikasi dan interaksi antar berbagai organ tubuh. Sakit terjadi ketika salah satu organ tidak berkomunikasi atau berinteraksi dengan baik dengan organ lainnya.  


Tubuh ini adalah sistem. Di dunia ini, sistem tubuh tidak bekerja maksimal karena dunia memisahkan tubuh dari agen utamanya yakni kasih Allah. Dunia justru sibuk menghitung dengan angka. Kasih yang sesungguhnya tidak menghitung. Kita diajak untuk membangun relasi ke atas. Karena dengan begitu kita bisa menggali kasih. Pada saatnya, mereka yang dianggap bodoh di hadapan dunia, cerdas di hadapan Allah. Ketika merasa bodoh di hadapan Tuhan, maka dunia memberikan gelar kecerdasan. 


Tidak perlu hidupmu atau pakaianmu yang putih. Cukup seputih senyumanmu yang membuat hidupmu berharga di mata Allah.


NB;

Bacalah dgn sungguh pesan2 ini sebagai refleksi kehidupan kita shg dapat menguatkan iman didalam menghadapi situasi apa saja.


TEAM BHSO KOCARKACIR 😀🤣👍

Comments

Popular posts from this blog

Jangan Takut, Allah Menyertai Kita - Oleh Porat Antonius - BHSO Klaten 7 Agt 2021

Kita diminta jangan takut. Kalau kita takut, banyak hal yang buruk terjadi pada kita. Bersukacitalah. Sebenarnya dalam ilmu kedokteran, sukacita sudah diakui sebagai obat dan sudah dirumuskan dalam apa yang disebut Placebo. Dari bahasa Latin, placebo domino in regione vivorum. Secara mudahnya diterjemahkan “Saya bersukacita karena Allah hadir dalam hidup dalam hidupku”. Namun belakangan ini muncul istilah Nocebo, menakut-nakuti. Orang ditakuti-takuti dengan penyakit sampai harus makan obat seumur hidup. Tidak disadari banyak orang, bahwa pandemi sekarang ini adalah wujud nocebo. Diekspos kemana-mana virus ini sudah ada varian baru, varian ini dan itu. Itu semua meningkatkan ketakutan kita. Karena itu, makin banyak yang menderita karena makin cemas. Apalagi, setelah vaksin pertama kena covid, vaksin kedua masih takut. Masih takut lagi maka ditambah dengan booster. Akhirnya tubuh kita penuh vaksin. Ini semua praktek nocebo. Saya minta anggota SKK tidak perlu takut.  Sebagai warga neg...

Sehat Ditentukan Oleh Allah - BHSO Lampung Makassar 4 Feb 23

Untuk yang baru, selamat meninggalkan cara berpikir medical-based. Selama ini, manusia modern melihat cara berpikir medis sebagai yang terbaik yang menjawab masalah kesehatan kita. Hari ini, Bapak/Ibu yang baru bergabung diajak masuk ke suatu cara yang dianggap oleh dunia modern sebagai tradisional. Tetapi apapun label yang dunia sematkan, sudahlah. Yang penting kamu berani meninggalkan cara pikir yang diagung-agungkan banyak orang.  Hari ini ditegaskan sekali lagi bahwa sehat itu sebenarnya ditentukan oleh Allah. Bukan oleh alat. Karena itu, Bapak/Ibu diajak agar dengan cara hidup masing-masing, cara agama masing-masing, “Mari kita kembali pada Allah”. Saya (Opa Anton) menjadi seperti sekarang ini bukan karena hasil belajar. Saya bisa mengetahui sakit dan penderitaan Bapak/Ibu secara detail, bukan karena memiliki kepakaran medis. Informasi kesehatan personal termasuk apa yang menyebabkan Bapak/Ibu sakit dapat diakses secara mudah dari Allah. Sayangnya karena keterbatasan waktu, sa...

PESAN - Oleh Rafael - TDM 20 Februari 2025

PESAN MALAIKAT RAFAEL  Pesan ini singkat… kalian dengarkan baik2, pesannya singkat. Tapi saya mau koreksi tentang kata PESAN.   Pesan itu sesuatu yang disampaikan, kalian belum memiliki apa yang dipesankan. Kalian mendengarkan kata2 itu  masuk ke dalam diri kalian tetapi ia akan hanya menjadi kata2.  Kata2 itu apa sih….kata2 itu adalah sesuatu yang menentukan dalam pikiran kalian…  kata2 bisa menjadi sebuah energi, pendorong untuk kalian bisa melakukan sesuatu. Tetapi kata2 hanya akan menjadi kata2, walaupun kata2 itu sendiri punya energi. Tetapi ketika tidak digunakan kata2 itu hanyalah kata2.. misalnya kata cantik… ada energi dari kata cantik itu… energi yang mungkin selama ini tidak dipandang sebagai suatu hal atau energi yang bisa menghidupkan diri kalian… saya hitam misalnya…yah sudah…kalian akan menerima diri kalian sebagai orang yang hitam…tapi dunia membentuk hitam itu sebagai sesuatu yang negative. Sesuatu yang membuat kalian ooo saya berbeda dan saya y...