Skip to main content

Dalam Yesus Tidak Ada Sakit - Eksegese Minggu Biasa ke 30 tahun B

Bacaan minggu ini menyampaikan bahwa Allah berkeliling menghimpun. Orang beriman diharapkan selalu berusaha untuk mendapatkan Allah yang sedang berkeliling. Tidak pernah Allah mengabaikan manusia yang berusaha mendapatkanNya.

Yesus adalah bagian dari Allah. Di dalam Yesus tidak ada penderitaan - tidak ada sakit. Yang bersukacita bersama Yesus tidak berkesempatan menderita. Saat ini orang beriman berkutat dengan masalah. Yang benar itu bahwa : orang beriman mencari terang. Sepanjang orang beriman mencari terang, lalu mendapatkannya dan berada di dalam terang itu , maka masalah itu tidak ada. Serahkanlah diri kepada Allah supaya orang beriman mengalami terang. Allah yang terang itu menghimpun semua orang.

Bagaimana misalnya kalau orang beriman diserahi tugas menyembuhkan orang lain yang sakit? Maka Pergilah kepada Yesus dan bertanya pada Yesus. Orang beriman jika sakit mengeluh lah kepada Yesus bukan kepada sesama orang sakit atau kepada manusia yang dianggap dapat menyembuhkan. Demikian juga dengan cara berpikir yang baik itu adalah jika orang beriman terbiasa dengan cara berpikir positif. Dengan menyerahkan kepada Yesus maka cara berpikir kita akan menjadi positif. Kalau suami malas persembahkan kemalasannya kepada Yesus supaya Yesus yang menegurnya. Bila istri yang menegur,  ada peluang lebar untuk cekcok. Demikian juga jika istrinya cerewet serahkan saja kecerewetan itu kepada Yesus. Orang beriman hanya menerima dari Yesus dan menyalurkan. Serahkan kepada Yesus dan menerima jawaban Yesus. Mungkin jawaban yang khusus kehendaki itu misalnya mengajak suami atau istri pergi makan bersama. Sambil makan - ketika itu baru diberikan nasehat,  daripada menasehatinya ketika salah satunya sedang lapar. Namun, jika mengandalkan pikiran sendiri, belum tentu cocok. Lakukan semuanya bersama Yesus dengan menyerahkan pada Yesus dan mendengarkan kan apa yang diinginkan Yesus - Lalu lakukan.

 

 

Cuplikan dari Buku  Eksegese Orang Jalanan,  karya Porat Antonius 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2

 

_edian_

 

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...