Skip to main content

Mempersoalkan Orang Lain, Apa Penting?-Eksegese Minggu ke 26 Tahun B

Setiap manusia dilengkapi alat sensoris. Salah satu alat sensoris disebut sebagai sense of Evaluing. Yang bertugas menilai. Dengan menilai manusia memutuskan atau menolak yang terjadi diluar bahkan yang terjadi didalam diri sendiri.

Manusia pada umumnya merasa cukup dengan semua ini dalam berhadapan atau mengalami dunia. Bahkan manusia terlanjur sombong dengan kemampuan menggunakan semua ini dalam menilai dan mengalami dunia. Hari ini melalui kitab suci yang dibacakan pada minggu ini manusia umumnya dan orang beriman khususnya di Ingatkan untuk tidak bangga apalagi sombong dengan kemampuan yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Kitab suci mengingatkan agar manusia menyadari bahwa manusia bukanlah sumber dan Terminal akhir dalam menilai. Manusia terbatas bahkan cenderung negatif. Masih ada Allah sebagai sumber - sebagai Hakim yang adil dan benar. Kembalilah ke sumber.

Allah yang kasih itu selalu berinisiatif mengubah manusia dengan rohNya. Pengubahan dengan roh seperti itu tidak selalu disadari manusia yang mengalaminya, orang lain yang merasakannya atau orang yang melihatnya. Tanda bahwa seseorang dipenuhi roh Allah itu antara lain dapat mengadakan mukjizat dan tidak berdosa seperti mengumpat Allah atau sesama. Allah juga digambarkan sebagai Allah yang menerima manusia yang terlanjur berdosa dan berubah secara radikal di rumah Allah tanpa mempersoalkan cacat tubuh akibat sikap radikalnya.

Allah mempunyai hak untuk melimpahkan rohnya kepada siapapun yang tidak hadir di kemahNya seperti yang digambarkan dalam bacaan pertama atau yang belum secara resmi sebagai murid Yesus. Kitab suci mengingatkan pertama : jangan gegabah, main hakim sendiri .  Carilah sumber untuk mendapatkan kepastian. Sumbernya adalah Allah sendiri. Berdoalah Siapa tahu Allah akan menjawabnya : Akulah Allah yang mengasihi semua orang dengan cara yang sama. Artinya Setiap orang berhak menjadi murid atau nabi di mata Allah tanpa mempertimbangkan lamanya menjadi murid atau lamanya belajar tentang Allah. Yang kedua : hindari menggunakan sumber yang sama-sama tidak jelas atau kurang waras dalam ukuran iman. Jika orang bereaksi negatif terhadap kita tidak perlu di gubris. Anggap saja sebagai sumber yang tidak jelas. Carilah sumber yang utama yang lebih tinggi.

Jika belum bisa mendengarkan sumber utama maka sama saja kita sebagai sumber yang tidak jelas atau kurang waras tadi. Injil selain mengingatkan orang beriman agar selalu kembali ke sumber ketika berhadapan dengan keraguan, sebenarnya juga mengajarkan sikap untuk berfokus pada diri daripada sibuk dengan orang lain.

Dengan demikian orang beriman diharapkan tampil sebagai model untuk menerima hak Allah atas setiap manusia. Orang beriman juga diharapkan untuk hadir sebagai model yang menunjukkan karya kenabian ke dunia karena setiap orang beriman berkat penebusan dianugerahi Roh Kudus. Salah satu tindakan kenabian dari bacaan kitab suci hari ini adalah sikap tidak menghakimi sesama. Ketika menyaksikan sesuatu di luar diri kembalilah ke sumber dan yang lebih mulia adalah kembali ke Allah sebagai sumber yang utama. Berjuanglah bersama Allah terutama bersama roh kenabian yang dianugerahkan kepada setiap orang terutama yang dianugerahkan kepada semua orang beriman. Lakukanlah. Allah menolong . Tanpa diketahui pada waktunya , nanti paling tidak akan menjadi Hakim yang adil dalam urusan kecil sehari-hari.

 

Cuplikan dari Buku  Eksegese Orang Jalanan,  karya Porat Antonius 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2

 

_edian_

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...