Skip to main content

Refleksi Ketakutan - Oleh Porat Antonius - BHSO Palembang Lampung 28 Agt 2021


Sekarang ini kita hidup bersama ketakutan. Hidup bersama kecemasan. Pertanyaanya adalah apakah ketakutan harus ada dan kita pelihara, atau bahkan menyebarluaskannya? 

Sebenarnya kita tidak perlu takut, apalagi memelihara, membesarkan dan menyebarluaskan ketakutan itu.

Situasi pandemi sebenarnya lebih banyak membesarkan ketakutan. Mengapa ketakutan dipelihara, dibesarkan dan disebarluaskan?  Ketakuatan dipelihara, dibesarkan dan disebarluaskan, supaya ketakutan yang ada pada manusia menjadi tambah besar dan dengan itu manusia mudah diatur oleh yang tidak takut. 

Manusia memang takut  kalau dia mengandalkan diri sendiri, dan mengandalkan kemampuan manusia.

Oleh karena ia mengandalkan diri sendiri, manusia di dunia ini tidak pernah sepakat. Ilmu tidak pernah sepakat. Sebab yang ada adalah kompromi dan konsensus. Ketika kompromi dan konsensus tidak berjalan, maka ancaman digunakan. Tetapi, supaya ancaman berjalan baik, maka kekuasaan digunakan. 

Jujur saja, fenomena di dunia ini, yang sekarang sendang terjadi di seluruh dunia. awal2 Sebenarnya tidak banyak orang takut dengan covid. Kalaupun ada tidak sebanyak sekarang ini.  Tetapi yang sebenarnya terjadi adalah kita ditakut-takuti dengan melibatkan kekuasaan. 

Aturan dibuat, supaya orang merasa covid mengancam hidup manusia. Silahkan baca data. Berapa persen mati yang divonis karena covid. Semua yang mati adalah komorbid. Itupun tidak banyak. Sekarang ini Kita jarang mendengar orang meninggal karena jantung, diabetes dan penyakit-penyakit lainnya.  Media hanya menyebarkan cerita tentang kematian  karena covid supaya kita takut. Supaya mudah diatur. 

Ketika dunia mengatakan sekarang ada varian baru.  Mereka bingung, apakah vaksin yang ada mempan. Apakah masker yang berlapis  itu mempan. Mereka sendiri bingung. 

Kita tidak punya kuasa untuk melawan aturan di dunia ini. Namun, kita punya kuasa untuk mengurus diri sendiri. Kita berada bersama dengan kekuasaan di dunia ini. Kita tidak perlu melawan. Kalau ada aturan seperti itu ikuti saja. Lalu, kalau tidak mau pake masker, ya tinggal di rumah saja. Kalau tidak mau PCR di rumah, ya tinggal di rumah saja. Lakukan kesibukan-kesibukan yang berguna, lakukan hal-hal yang baik. 

Kita tidak perlau takut dengan covid, kalau kita takut sistem imun kita akan turun, dan kita menjadi sakit. Kita juga tidak perlu takut mati. Kita takut atau tidak takut, mati tetap ada bagi ktia.

Untuk anggota SKK. Tidak ada manusia yang mati karena penyakit. Manusia mati karena kehendak Tuhan. Buktinya tidak semua orang yang kena Covid mati. Atau tanpa Covid pun, kita mati juga. 

Ketakutan ini yang membuat sistem imun kita menurun. Jadi jangan pernah takut. Orang Kristen diajar untuk tidak takut. Kita punya Tuhan. Orang Kristen juga diajarkan tidak perlu takut kematian karena Tuhan berjanji, “di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal”.

Pada setiap agama, apapun agamanya, pasti ada ajaran supaya kita tidak takut karena ada Tuhan yang menyertai hidup kita. 

Kalau mau bebas dari ketakutan jadilah orang baik. Jadilah orang baik menurut ukuran agama masing-masing. Jadi beragama itu jangan sekedar untuk beragama. Orang katolik tidak sekedar menjadi orang katolik, orang Buddha tidak sekedar jadi orang Buddha, orang Islam tidak sekedar jadi orang Islam dan seterusnya.  Beragama, percaya pada Tuhan, tetapi tidak pernah bersukacita. Jadi, beragama dan percaya pada Tuhan harus dengan sukacita. 

Kalau kita bersukacita, paling tidak kita melakukan satu Perintah Tuhan. Bersukacitalah. Orang yang bersukacita, pasti lupa berpikir ketakutan. Supaya kita bersukacita sibuklah menjadi orang baik. 

Tidak usah takut, jangan terjebak dalam ketakutan. Takut lebih berbahaya dari covid. Takut bisa membuat kita lebih banyak mengalami penderitaan. Takut membuat kita menderita sakit jantung, menderita tekanan darah tinggi, lambung menjadi bermasalah dan lain sebagainya. Takut juga membuat relasi sosial kita memburuk. Kita tidak tersenyum, mudah marah pada orang lain, melihat orang lain seperti virus. Sebagai orang yang percaya pada Tuhan, sibuklah dalam perbuatan kebaikan. 

Jangan takut. Percayalah kita masih punya Tuhan. Tuhan itu baik. Yang dibutuhkan dari kita adalah kesetiaan.  Setia menghindari makanan yang menjadi racun tubuh kita. Setia menjadi orang baik. Nanti kesetiaan dalam sukacita itulah yang akan menyembuhkan kita. Kesetiaan akan menjadi saluran rahmat bagi hidup kita semua.


TEAM BHSO KOCARKACIR

Comments

Popular posts from this blog

Jangan Takut, Allah Menyertai Kita - Oleh Porat Antonius - BHSO Klaten 7 Agt 2021

Kita diminta jangan takut. Kalau kita takut, banyak hal yang buruk terjadi pada kita. Bersukacitalah. Sebenarnya dalam ilmu kedokteran, sukacita sudah diakui sebagai obat dan sudah dirumuskan dalam apa yang disebut Placebo. Dari bahasa Latin, placebo domino in regione vivorum. Secara mudahnya diterjemahkan “Saya bersukacita karena Allah hadir dalam hidup dalam hidupku”. Namun belakangan ini muncul istilah Nocebo, menakut-nakuti. Orang ditakuti-takuti dengan penyakit sampai harus makan obat seumur hidup. Tidak disadari banyak orang, bahwa pandemi sekarang ini adalah wujud nocebo. Diekspos kemana-mana virus ini sudah ada varian baru, varian ini dan itu. Itu semua meningkatkan ketakutan kita. Karena itu, makin banyak yang menderita karena makin cemas. Apalagi, setelah vaksin pertama kena covid, vaksin kedua masih takut. Masih takut lagi maka ditambah dengan booster. Akhirnya tubuh kita penuh vaksin. Ini semua praktek nocebo. Saya minta anggota SKK tidak perlu takut.  Sebagai warga neg...

Sehat Ditentukan Oleh Allah - BHSO Lampung Makassar 4 Feb 23

Untuk yang baru, selamat meninggalkan cara berpikir medical-based. Selama ini, manusia modern melihat cara berpikir medis sebagai yang terbaik yang menjawab masalah kesehatan kita. Hari ini, Bapak/Ibu yang baru bergabung diajak masuk ke suatu cara yang dianggap oleh dunia modern sebagai tradisional. Tetapi apapun label yang dunia sematkan, sudahlah. Yang penting kamu berani meninggalkan cara pikir yang diagung-agungkan banyak orang.  Hari ini ditegaskan sekali lagi bahwa sehat itu sebenarnya ditentukan oleh Allah. Bukan oleh alat. Karena itu, Bapak/Ibu diajak agar dengan cara hidup masing-masing, cara agama masing-masing, “Mari kita kembali pada Allah”. Saya (Opa Anton) menjadi seperti sekarang ini bukan karena hasil belajar. Saya bisa mengetahui sakit dan penderitaan Bapak/Ibu secara detail, bukan karena memiliki kepakaran medis. Informasi kesehatan personal termasuk apa yang menyebabkan Bapak/Ibu sakit dapat diakses secara mudah dari Allah. Sayangnya karena keterbatasan waktu, sa...

PESAN - Oleh Rafael - TDM 20 Februari 2025

PESAN MALAIKAT RAFAEL  Pesan ini singkat… kalian dengarkan baik2, pesannya singkat. Tapi saya mau koreksi tentang kata PESAN.   Pesan itu sesuatu yang disampaikan, kalian belum memiliki apa yang dipesankan. Kalian mendengarkan kata2 itu  masuk ke dalam diri kalian tetapi ia akan hanya menjadi kata2.  Kata2 itu apa sih….kata2 itu adalah sesuatu yang menentukan dalam pikiran kalian…  kata2 bisa menjadi sebuah energi, pendorong untuk kalian bisa melakukan sesuatu. Tetapi kata2 hanya akan menjadi kata2, walaupun kata2 itu sendiri punya energi. Tetapi ketika tidak digunakan kata2 itu hanyalah kata2.. misalnya kata cantik… ada energi dari kata cantik itu… energi yang mungkin selama ini tidak dipandang sebagai suatu hal atau energi yang bisa menghidupkan diri kalian… saya hitam misalnya…yah sudah…kalian akan menerima diri kalian sebagai orang yang hitam…tapi dunia membentuk hitam itu sebagai sesuatu yang negative. Sesuatu yang membuat kalian ooo saya berbeda dan saya y...