Skip to main content

Rugi Menolak Hanya Karena Keliru - Minggu Biasa 14 Tahun B

Kesalahan itu manusiawi. Tetapi manusia tidak sama dengan kesalahan. Dengan demikian kesalahannya diterima karena manusiawi, tetapi orangnya jangan ditolak. Demikian juga sebenarnya dengan hukuman mati, kesalahannya tetap dihukum karena manusiawi, tetapi manusianya tetap diberi kesempatan untuk hidup agar aspek positif pada dirinya yang lupa diekspresikan, mendapat waktu dan kesempatan pada sisa hidupnya, minimal kepada orang dekat yang mengasihinya atau yang dikasihinya.

Dunia cenderung lupa akan kenyataan atau - dapat dikatakan - kebenaran seperti ini. Manusia sedikitnya gabah dalam mengambil sikap terhadap manusia dan kekeliruannya. Manusia memberi penilaian cenderung berkonsentrasi pada kekeliruan daripada pada manusia nya,  hingga akhirnya mencampuradukkan dengan menghukum kekeliruan dan manusianya . Bahkan sampai membunuh manusia lain hanya karena kekeliruan yang dibuatnya.

Orang beriman diberikan pengajaran bahwa Allah setia mengasihi manusia di satu sisi dan manusia yang memberontak di sisi Lainnya. Allah setia dalam kasihNya. Apapun reaksi manusia atas kasihNya, Allah tetap setia. Allah setia kembali ke dalam tubuh Yehezkiel agar tubuh Yehezkiel dipakai untuk mengingatkan umat yang keliru - dengan melakukan pemberontakan. Yesus juga hadir menunjukkan kesetiaan yang sama dengan kembali ke tempat asalNya dan setia mengajar, menunjukkan mukjizat, dan menyembuhkan orang meskipun akhirnya ditolak.

Allah yang setia dengan kasihNya tidak menolak manusia yang memberontak. Yesus juga tidak membenci yang menolakNya atau tidak membenci orang yang tidak mengakui keilahian Yesus. Yesus tetap setia dengan misi kasihNya,  dengan menyembuhkan beberapa orang sakit. Itulah gambaran tentang Allah yang setia dengan kasihNya.

Peristiwa penolakan atas Yesus sebenarnya merupakan gambaran tentang sikap manusia atas kasih Allah pada umumnya. Orang beriman diingatkan bahwa Allah itu setia dan Allah selalu hadir bersama manusia tanpa mempedulikan kondisi dan situasi manusia. Paulus menunjukkannya. Ia menyadari bahwa kasih Yesus bersamanya dan menyadari pula bahwa kasih itu menjadi kekuatannya. Karena beriman secara demikian, maka akhirnya Paulus mampu bermegah dalam kehancuran tubuhnya disebabkan aniaya siksa dan sebagainya.

Ketika orang beriman tahu bahwa Allah setia mengasihi manusia tanpa memperhitungkan sikap dan respon manusia atas kasihNya, masihkah orang beriman ragu atas kasih Allah? Bacaan minggu ini menegaskan satu hal yang jelas : bahwa Allah selalu dan tetap setia mengasihi manusia.  Bila Allah demikian, maka manusia tidak perlu melarikan diri bila terlanjur keliru dan bertindak sebagai pemberontak. Demikian pula ketika bertemu orang lain, tahukah manusia akan identitas seseorang dalam hubungannya dengan Allah? Manusia hanya mampu membaca tubuh atau yang melekat pada tubuh seperti gelar, tanda pangkat, warna kulit dan sebagainya. Tidak banyak manusia yang mampu membaca orang lain dalam hubungannya dengan Allah. Orang beriman diharapkan dengan bantuan Allah dapat membedakan dan memisahkan kekeliruan dari orang - yang melakukan kekeliruan. Kekeliruan dihukum tetapi orangnya tidak dihukum. Semua manusia keliru. Hari ini giliran saya yang keliru, besok giliran yang lain. Ikutilah cara Allah yang terus mengasihi manusia walaupun manusia keliru bahkan bersalah dengan sengaja.

  

Cuplikan dari Buku  Eksegese Orang Jalanan,  karya Porat Antonius 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2

 

_edian_

 

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

A FILIO DULCISSIMO MATRIS AD FILIUM AMATUM DEI - BHS TDM - 15 Mei 2025

Di dalam otak kita, siapa pun kita, kita memiliki cita-cita, mempunyai kerinduan untuk menjadi bahagia. Kerinduan untuk memiliki uang, misalnya, itu hal yang normal karena hidup membutuhkan uang. Kerinduan untuk mendapatkan pekerjaan itu wajar karena memang bagian dari hidup. Tetapi sejatinya ada satu kerinduan tertinggi untuk orang beriman adalah rindu menjadi orang suci. Karena menjadi suci itulah jaminan mengalami kebahagiaan tertinggi dan kebahagiaan kekal. Opa lalu bertanya, “Pernakah kita membesaarkan kerinduan seperti itu dan berjuang melakukannya?” Pertanyaan sangat penting ini muncul di sela-sela Opa menjelaskan 7 keutamaan hidup sebagai lawan dari 7 dosa yang membawa kematian, Opa bercerita pengalaman hidupnya berjuang menjadi anak kesayangan mama dan ini bisa menjadi model anak kesayangan Allah atau menjadi suci untuk mendapatkan anugerah kebahagiaan kekal itu.  A FILIO DULCISSIMO MATRIS AD… dari menjadi anak kesayangan mama menuju… Jika mau jujur semua cita-cita kita um...