Banyak orang tidak dengan sungguh-sungguh menyadari arti kehadirannya di dunia ini. Untuk apa aku berada di dunia ini? Kalau pun menyadari, Banyak yang berfokus pada : hanya hadir untuk menjadi manusia yang hidup di dunia dan akan mati menjadi debu tanah. Tidak banyak manusia yang menyadari diri sebagai utusan Allah bagi dunia atau bagi sesama manusia. Situasi seperti ini mudah-mudahan hanya terjadi pada yang tidak beriman. Sebaiknya orang beriman menyadari bahwa kehadirannya lebih dari sekedar untuk dirinya sendiri. Kehadirannya untuk orang lain. Salah satunya adalah menguduskan orang lain. Dengan kata lain : kehadirannya merupakan perpanjangan tangan Allah untuk menguduskan orang lain, terutama yang belum mengenal Allah.
Bacaan pada minggu ini pada intinya berbicara tentang kasih Allah yang menguduskan manusia dan tugas perutusan manusia untuk menguduskan sesama manusia. Upaya Allah untuk menguduskan manusia tidak pernah berhenti . Allah memilih manusia sebagai utusanNya untuk menguduskan sesama. Ketika sesama manusia menolak, Allah mengutus Yesus untuk menguduskan manusia. Manusia yang dipilih Allah sebagai utusan tidak diutus begitu saja, Yesus menyertai mereka dengan kekuasaan.
Orang beriman adalah orang yang yang menerima pewartaan dan percaya pada pewartaan. Orang beriman adalah orang yang sudah dikuduskan Allah dan telah dimateraikan dengan roh kudus sebagai anak-anak Allah. Tugas perutusan setiap orang beriman sama dari sediakala. Orang beriman harus bernubuat dengan cara bertindak suci dalam kehidupan sebagai jalan hidup utama seperti misalnya : jujur, sederhana atau bersahaja, sabar, Setia, tidak bersungut-sungut, rela berkorban di semua tempat. Semua ini adalah contoh tindakan suci dalam hidup yang diharapkan terjadi dalam keseharian orang beriman.
Orang beriman juga diharapkan mewartakan Injil dalam tugas perutusannya. Tugas pewartaan itu tidak hanya dalam arti pergi jauh dari anggota keluarga dan menjadi pewarta di negeri yang jauh atau naik ke mimbar dan menjelaskan Injil. Tugas pewartaan lain yang penting bahkan yang utama dan menjadi utusan setiap orang beriman yaitu : menunjukkan sikap hidup yang kudus sebagai anak Allah yang dimateraikan dengan roh kudus di tempat tinggalnya sendiri-sendiri - setiap hari. Orang yang kudus, secara sederhana dapat dikatakan sebagai orang yang hidupnya bersahaja, setia, menerima diri apa adanya dengan sukacita. Semua ini akan nyata sebagai energi yang menyembuhkan dan membebaskan manusia dari masalah yang tidak perlu setiap hari. Amos dalam bacaan pertama merupakan contohnya.
Kesederhanaan sebagai salah satu ciri Kudus itu bukan soal mewah dan dekat dengan kekuasaan, materi juga bukan sebagai penguat kekudusan. Hidup Kudus adalah kebersahajaan karena kebersahajaan yang hampir identik dengan kekurangan merupakan gerbang masuknya kekuatan Allah sebagai sumber kekudusan. Materi justru sebagai penghalangnya. Kesederhanaan / kebersahajaan merupakan gerbang bagi Allah untuk melengkapinya dengan yang dari surga yaitu : kekuatan untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit. Mewartakan Sukacita atau hidup sebagai orang yang bersukacita di mana saja adalah pewartaan Injil yang hidup karena Injil adalah kabar Sukacita.
Tugas perutusan mengusir roh jahat tidak hanya dalam arti kemampuan mengusir setan atau roh jahat dari yang kerasukan setan. Mengusir roh jahat itu dalam arti hidup sebagai model manusia yang tidak berdosa atau hidup sebagai orang yang yang di dalam dirinya mengandung Roh Kudus. Contoh tindakan menguduskan orang lain misalnya menghibur orang yang bersedih dengan sukacita itu sama dengan menyembuhkan, menolong orang yang miskin sama juga dengan menyembuhkan penyakit kemiskinan, memberi makan kepada yang lapar sama dengan menyembuhkan sakit lapar, memberi pencerahan tentang kebenaran dan kebaikan adalah menyembuhkan orang lain dari penyakit kebodohan.
Dengan demikian setiap orang beriman adalah orang yang dikuduskan Allah dan diutus ke dunia untuk menguduskan sesama manusia yang belum mengalami kesatuan dengan kekudusan Allah atau yang belum sembuh terdaftar sebagai anak Allah. Dengan tampil sebagai orang yang hidup tanpa dosa atau minimal dengan dosa yang kecil setiap orang sudah menjadi orang yang mampu mengusir roh jahat dari dunia. Dengan membebaskan orang lain dari kesulitan hidup, orang beriman sudah menjadi utusan Allah yang sukses. Itulah tugas perutusan setiap orang beriman. Mulailah dari rumah dan dari hal yang kecil dan sederhana 1 saja setiap hari. Lama-lama menjadi satu lembaran hidup kudus.
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan, karya Porat Antonius
Lebih lengkap lagi dapat dibaca di
Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2
Comments
Post a Comment