Manusia normal sudah pasti mempunyai cita-cita, terutama cita-cita untuk hidup sejahtera. Kebanyakan dari cita-cita manusia itu bertumbuh dari pikiran sendiri atau dari pikiran dan pengalaman orang lain. Dengan kata lain, cita-cita pada manusia itu merupakan perintah atas atau dari diri sendiri untuk dicapai. Kemudian orang pun digerakkan untuk berjuang mencapainya dengan kekuatan sendiri. Yang biasa dilakukan orang antara lain menyediakan modal atau belajar dari orang lain atau belajar apa saja yang relevan dengan cita-cita. Jarang sekali orang hanya mempunyai cita-cita tunggal. Lebih banyak manusia bercita cita lebih dari satu bahkan berubah-ubah sesuai kondisi hidup. Sukacita atau dukacita biasa terjadi pada manusia dalam mencapai cita-cita. Sukacita terjadi bila sukses dukacita terjadi bila gagal. Tapi tidak kurang pula yang jatuh dalam frustrasi , itulah cita-cita manusia dengan kekuatan dari diri sendiri.
Ada pula orang yang tidak memiliki cita-cita yang jelas sehingga tidak mengarahkan hidupnya kepada yang diinginkan. Yang seperti ini biasanya mudah terbawa arus. Itulah manusia pada umumnya. Bagaimana dengan orang beriman? Orang beriman diingatkan untuk memiliki cita-cita yang jelas, sebagai orang beriman dan minimal mempunyai cita-cita yang dirumuskan bersama Allah. Kitab suci mengingatkan orang beriman akan beberapa hal pokok : pertama tentang kekuasaan Allah. Allah berkuasa atas alam semesta dan kekuasaannya tak terbatas. Allah juga berkuasa mengubah semuanya. Kedua, hanya Allah sendiri yang berkuasa mengubah pemahaman manusia akan Allah, akan orang lain, dan akan alam. Ketika Yesus berkeliling dan berada bersama manusia titik kehadirannya menyelamatkan. Bersama Yesus para muridnya bebas dari ketakutan. Ke empat, penyelamatan terjadi karena para murid percaya bahwa semua yang diperintahkan Yesus baik untuk manusia dan Yesus bersama mendampingi mereka menuju sukacita di seberang. Selain pesan pokok itu itu kitab suci juga menyampaikan pesan penting kepada manusia terutama orang beriman bahwa manusia, apapun posisinya di dunia ini, adalah terbatas.Oleh karenanya jangan mentang-mentang berjabatan dan cerdas selalu segala sesuatu dirumuskan dan ditetapkan sendiri terutama dalam menilai orang lain dan Allah sampai-sampai merendahkan orang lain bahkan merasa lebih berkuasa dari Allah.
Pada saat Yesus tidur di buritan kapal artinya para murid mendapatkan kepercayaan untuk memimpin. Kepercayaan pada para murid diperoleh bukan karena mereka Setia merumuskan cita-cita hidup mereka sendiri namun itu merupakan buah dari kesetiaan bersama dan setia berjalan bersama Yesus dalam melakukan apa yang dikehendaki Yesus. Kesetiaan berujung keselamatan karena ketika yang dihadapi melampaui kemampuan manusia, Allah mengambil alih sehingga mereka luput dari ancaman yang menakutkan dan tiba di tujuan dengan selamat. Apakah orang beriman percaya pada Yesus dengan mendengarkan perintahNya untuk bertolak ke seberang ataukah yang didengar adalah perintah dari otak sendiri sesuai ukuran sendiri?
Jika mendengarkan perintah otak atau kemauan sendiri dan dirumuskan sendiri Allah tidak akan menyertai dan tidak mengambil alih masalah yang berada di luar kemampuan manusia. Dengan setia kepada Yesus tidak hanya kasihNya yang setia mengubah manusia menjadi manusia baru, tetapi diri Yesus sendiri akan bersama manusia ketika berada di tengah perjalanan menuju ke seberang mencapai cita-cita. Bersama Yesus benar akan menjadi manusia baru, antara lain sebagai manusia yang bertujuan hidup jelas, luput dari ketakutan dan luput dari kerumitan karena tugas manusia hanyalah Setia mendengarkan dan melakukan perintahNya. Ketika bermasalah Yesus sendiri yang tampil menyelesaikannya. Bila benar Setia, maka jelas dalam hidup di dunia ini ini bahwa semua yang melampaui kemampuan manusia akan diambil Allah supaya manusia bersukacita selama bertolak ke seberang dan bersukacita bersama Yesus ketika sudah di seberang.
Setiap saat Yesus mengajak manusia untuk bertolak ke seberang karena hari sudah mulai gelap. PerintahNya itu dapat saja langsung dan dapat didengarkan melalui sikap hidup yang setia kepada Yesus. Tetapi banyak perintahNya yang disampaikan secara tidak langsung melalui orang lain. Ciri bahwa itu merupakan perintah Yesus, ketika mendapat perintah itu yang menerima akan mengalami sukacita selama dan setelah melakukannya. Sebaliknya akan didera rasa bersalah bila tidak melakukannya.Jelas akan nyaman dalam perjalanan bila yang dilakukan adalah yang sesuai perintah Yesus. Oleh karena itu Setia lah bersamaNya, Setia mendengarkanNya dan setia melakukan perintah-perintahNya. Jelas akan luput dari salah arah dan ketakutan berhadapan dengan Topan hidup sehari-hari . Buktikanlah dalam hidup : bila sungguh setia beriman, setia memperkaya iman dan setia melakukannya, maka Hidup akan jelas arahnya jelas sukacitanya.
Tidak perlu idealis. Beriman dan bertindak sesuai iman itu tidak dalam hal-hal yang luar biasa. Letakkan mutu yang luar biasa dalam hal hal biasa. Bersihkan rumah dengan cara luar biasa supaya yang serumah bersukacita dengan kebersihan. Senyumlah dengan cara luar biasa supaya yang sekitar ikut bersukacita dengan senyuman itu. Lakukan yang biasa secara luar biasa. Itulah praktek hidup beriman yang dikehendaki Allah dan Allah Setia berada di belakang.
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan, karya Porat Antonius
Lebih lengkap lagi dapat dibaca di
Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2
Comments
Post a Comment