Secara duniawi hidup itu berciri antara lain dapat bernafas, berkembang biak, bertumbuh, bergerak dan mengubah lingkungan menjadi baru seperti yang sudah ada pada diri. Ciri ini yang membedakan makhluk hidup dari makhluk yang tidak hidup. Manusia juga dianugerahi kemampuan untuk mengarahkan diri kepada atau berelasi dengan yang lebih baik lebih tinggi. Dalam bacaan pada Misa ini diingatkan bahwa manusia harus belajar pada Allah. Kesatuan manusia dengan manusia dan kesatuan manusia dengan Allah itu penting. Allah lah sebagai sumber yang tepat untuk manusia untuk peroleh kesatuan itu. Roh yang mempersatukan itu hanya ada pada Allah dan berasal dari Allah. Manusia diajak percaya pada Allah melalui Yesus karena roh itu diberikan Allah kepada manusia melalui Yesus. Manusia sering mengeluh tetapi keluhan itu tidak sampai pada Allah karena keluhan itu berasal dari otak manusia sendiri. Allah hanya mengenal bahasa roh bukan bahasa otak/daging. Ketika berhadapan dengan masalah setiap manusia mencoba mencari jawabannya. Allah menawarkan satu cara untuk mencari jawabannya yakni hidup dalam roh. Hanya roh yang akan menyatukan semua gagasan yang terserak pada manusia. Roh yang dengan jelas menerjemahkan keluhan manusia dihadapan Allah karena Allah hanya memahami bahasa roh bukan bahasa daging atau otak. Tetapi roh itu bukan milik manusia, manusia hanya mempunyai daging dan jiwa roh itu milik Allah. Untuk mendapatkannya, manusia harus percaya pada Yesus.
Banyak manusia yang sulit meninggalkan ketergantungan pada otaknya karena kebudayaan modern dengan segala alasan hasil dari otak manusia. Ketergantungan total pada otak itu sampai hari ini belum dianggap sebagai kekeliruan terbesar dan belum dirasakan sebagai penyebab hancurnya kehidupan terutama kehidupan bersama. Di sisi lain manusia juga tidak kuasa untuk terus mengabaikan jiwanya sebagai tempat roh berbicara dan didengarkan. Ketika manusia terjebak dalam situasi diatas, Allah terus membangun komunikasi dengan manusia dengan berbagai cara. Roh itu berbicara melalui jiwa. Roh tidak pernah berbicara melalui otak karena otak sama seperti bagian daging lainnya mempunyai tugas merekam pengalaman indrawi yang terbentuk ketika berhubungan dengan dunia fisik. Sekali waktu mungkin saja digunakan, dengan kata lain : sebenarnya manusia diajak untuk hidup sesuai suara jiwa yang dalam hidup sehari-hari dikenal dengan sebutan suara hati. Jiwa sesungguhnya tidak memiliki suara sendiri selain suara yang diperolehnya dari roh. Dengan mendengarkan dan mengikuti Suara Hati sekaligus setiap manusia mendengarkan dan mengikuti suara roh. Biasanya pengalaman inderawi hanya tertumpuk tidak beraturan Dalam ruang gelap otak manusia. Ketika manusia hanya memiliki gudang gelap pengetahuan yang disebut otak manusia dalam menyelesaikan masalah hanya sampai pada mencoba-coba. Jawaban dari daging tidak akan pernah pasti. Lain halnya bila memiliki roh, jalan untuk memecahkan masalah gampang dan bebas dari menghabiskan waktu dan tenaga untuk mencoba. Jawaban yang didapatkan biasanya tunggal, entah sama dengan pengalaman indrawi, entah baru sama sekali. Yang jelas jawabannya tidak bersifat alternatif.
Kasih merupakan makanan sehat bagi jiwa. Supaya kasih itu bertumbuh Carilah sumber yang benar yaitu Allah. Allah memberikan rohNya sebagai Terang Dalam hidup termasuk hidup dalam kasih yang sangat penting untuk jiwa. Yesus yang mengarahkan manusia kepada kasih terutama pada kasih Allah.Datanglah pada Yesus - Percayalah padaNya dengan melakukan perintahNya. Jiwa manusia yang berisi pengetahuan yang benar yang berasal dari roh-roh itulah yang akan menyelesaikan perpecahan di antara manusia. Roh juga yang menuntun manusia untuk menghindari keterbelahan jiwa dan tubuh sebagai cikal bakal kegelisahan. Dengan bantuan roh, tubuh manusia tidak mudah busuk dan hubungan manusia tidak membusuk dan tidak mudah membusuk. Sebaliknya tubuh manusia akan cepat membusuk bila hanya memperhatikan tubuh dan mengandalkan tubuh dalam hidup. Hiduplah dalam roh dengan percaya pada Yesus dengan sepenuh hati dan segenap jiwa.
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan, karya Porat Antonius
Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2
_edian_
Comments
Post a Comment