Skip to main content

Eksegese Prapaska 4 Thn B : Manusia Selamat Karena Allah Kasih dan Sabar

 Manusia hingga kini masih terpilah antara yang sehat dan yang sakit-sakitan. Juga antara yang bersuka cita dan yang berduka cita. Antara yang berkecukupan dan berkekurangan. Dunia mencoba menjelaskan situasi ini secara duniawi. Dunia juga berjuang untuk menjembatani secara duniawi. Bacaan pada minggu ini menghadirkan cara pandang Allah untuk membebaskan dunia terutama bebas dari berbagai model perbudakan. Secara Allahi, perbudakan hanya dapat diatasi dengan cara beriman pada Allah yang kasih dan sabar. Karena keselamatan untuk membebaskan manusia dari perbudakan itu merupakan upaya Allah bukan upaya manusia. Ketika manusia berdosa dan menderita karena dosanya, Allah mengirim utusanNya untuk menyadarkan manusia. Ketika Manusia masih saja tidak sadar sampai tidak menerima utusan-Nya, Allah tidak berhenti menyelamatkan manusia. Allah juga mengutus anakNya yang tunggal untuk menghidupkan manusia yang berdosa dan memberikan tempat bersamaNya di surga. Tindakan Allah yang terus menyelamatkan manusia itu bukan karena inisiatif manusia, melainkan inisiatif Allah sebagai bukti bahwa Allah itu kasih dan kasihNya setia adanya. Allah adalah kasih, dengan sendirinya Allah tidak menghakimi dan tidak menghukum.  ALLAH hanya mengasihi. Kalau digambarkan dalam bacaan bahwa Allah itu murka, bukan berarti Allah itu menghakimi atau menghukum, namun itu gambaran manusia bahwa saat manusia ber- dosa itu adalah saat di mana tidak lagi mengalami kasih Allah. Diantara manusia juga demikian : yang bersalah menjadi takut bertemu seseorang dan dicurigai marah. Manusia selalu berhak mengalami kasih Allah. Dengan mengalami kasih Allah, manusia menjadi orang beriman yang berorientasi pada kebaikan, berjuang demi kebaikan, dan melakukan yang baik dalam hidup. Yang baik itu tidak hanya sebatas yang besar dan luar biasa, namun juga yang sederhana seperti; PERTAMA : hidup yang ugahari. Misalnya makan secukupnya, pakaian secukupnya, aksesoris tidak penting. Sukacita, rajin, bekerja tanpa menuntut hasil. Yang ugahari pasti hidupnya penuh sukacita, berkecukupan tanpa harus berkelimpahan, jarang sakit karena hanya makan secukupnya dan berupaya memiliki yang secukupnya.  KEDUA : murah hati, rela menolong siapa saja yang membutuhkan tanpa mengenal waktu , karena dia percaya Tuhan juga akan menolong dia setiap saat. KETIGA : memaafkan, bagi orang seperti ini kesalahan atau kekeliruan (orang lain) itu dianggap sebagai sisi lain dari kebaikan. Orang Pemaaf hidup tanpa ketegangan karena tidak ada yang kurang pada orang lain. Orang Pemaaf juga secara fisik lebih sehat karena hidup tanpa memikul beban kesalahan orang lain. Lalu, yang juga penting pada orang percaya dan beriman adalah : rendah hati. Orang seperti ini rajin berdoa atau belajar kebaikan entah dari Allah atau dari orang lain. Dengan beriman pada Allah : jelas bebas dari perbudakan. Orang beriman hadir sebagai pembawa terang atau sebagai utusan Allah ke dunia. Dalam hidup sehari-hari orang beriman menjadi terang dan pembawa terang dengan melakukan kebaikan yang sederhana tanpa membutuhkan kemampuan berpikir logis rasional yang rumit. Ketika yang tidak beriman boros, orang beriman tetap hadir sebagai contoh sederhana. Ketika orang lain tidak jujur, orang beriman tampil sebagai orang jujur dan menunjukkan kejujuran. Orang lain dendam, orang beriman mengampuni. Orang lain malas, orang beriman rajin. Orang lain rakus, orang beriman hemat dan sederhana. Itu sekedar contoh terang sebagai utusan Allah di dunia. Ketika melakukan semua ini mungkin akan diolok, dicemooh. Cemoohan yang seperti itu tidak perlu dianggap sebagai rintangan. Anggap saja sebagai vitamin beriman, yang penting konsisten dan teguh. Percayalah Allah yang setia itu tetap setia hadir sebagai pendamping. Orang yang bersukacita – beriman, bebas dari perbudakan.  Dan akan lebih bersukacita lagi bila hadir sebagai utusan yang membebaskan orang lain dari perbudakan hidup nyata di dunia ini. Selamat mencoba dan Nikmatilah hidup bersama Allah Yang Setia.

 

 

Cuplikan dari Buku  Eksegese Orang Jalanan,  karya Porat Antonius 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 1

 

_edian_

 

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...