Manusia hingga kini masih terpilah antara yang sehat dan yang sakit-sakitan. Juga antara yang bersuka cita dan yang berduka cita. Antara yang berkecukupan dan berkekurangan. Dunia mencoba menjelaskan situasi ini secara duniawi. Dunia juga berjuang untuk menjembatani secara duniawi. Bacaan pada minggu ini menghadirkan cara pandang Allah untuk membebaskan dunia terutama bebas dari berbagai model perbudakan. Secara Allahi, perbudakan hanya dapat diatasi dengan cara beriman pada Allah yang kasih dan sabar. Karena keselamatan untuk membebaskan manusia dari perbudakan itu merupakan upaya Allah bukan upaya manusia. Ketika manusia berdosa dan menderita karena dosanya, Allah mengirim utusanNya untuk menyadarkan manusia. Ketika Manusia masih saja tidak sadar sampai tidak menerima utusan-Nya, Allah tidak berhenti menyelamatkan manusia. Allah juga mengutus anakNya yang tunggal untuk menghidupkan manusia yang berdosa dan memberikan tempat bersamaNya di surga. Tindakan Allah yang terus menyelamatkan manusia itu bukan karena inisiatif manusia, melainkan inisiatif Allah sebagai bukti bahwa Allah itu kasih dan kasihNya setia adanya. Allah adalah kasih, dengan sendirinya Allah tidak menghakimi dan tidak menghukum. ALLAH hanya mengasihi. Kalau digambarkan dalam bacaan bahwa Allah itu murka, bukan berarti Allah itu menghakimi atau menghukum, namun itu gambaran manusia bahwa saat manusia ber- dosa itu adalah saat di mana tidak lagi mengalami kasih Allah. Diantara manusia juga demikian : yang bersalah menjadi takut bertemu seseorang dan dicurigai marah. Manusia selalu berhak mengalami kasih Allah. Dengan mengalami kasih Allah, manusia menjadi orang beriman yang berorientasi pada kebaikan, berjuang demi kebaikan, dan melakukan yang baik dalam hidup. Yang baik itu tidak hanya sebatas yang besar dan luar biasa, namun juga yang sederhana seperti; PERTAMA : hidup yang ugahari. Misalnya makan secukupnya, pakaian secukupnya, aksesoris tidak penting. Sukacita, rajin, bekerja tanpa menuntut hasil. Yang ugahari pasti hidupnya penuh sukacita, berkecukupan tanpa harus berkelimpahan, jarang sakit karena hanya makan secukupnya dan berupaya memiliki yang secukupnya. KEDUA : murah hati, rela menolong siapa saja yang membutuhkan tanpa mengenal waktu , karena dia percaya Tuhan juga akan menolong dia setiap saat. KETIGA : memaafkan, bagi orang seperti ini kesalahan atau kekeliruan (orang lain) itu dianggap sebagai sisi lain dari kebaikan. Orang Pemaaf hidup tanpa ketegangan karena tidak ada yang kurang pada orang lain. Orang Pemaaf juga secara fisik lebih sehat karena hidup tanpa memikul beban kesalahan orang lain. Lalu, yang juga penting pada orang percaya dan beriman adalah : rendah hati. Orang seperti ini rajin berdoa atau belajar kebaikan entah dari Allah atau dari orang lain. Dengan beriman pada Allah : jelas bebas dari perbudakan. Orang beriman hadir sebagai pembawa terang atau sebagai utusan Allah ke dunia. Dalam hidup sehari-hari orang beriman menjadi terang dan pembawa terang dengan melakukan kebaikan yang sederhana tanpa membutuhkan kemampuan berpikir logis rasional yang rumit. Ketika yang tidak beriman boros, orang beriman tetap hadir sebagai contoh sederhana. Ketika orang lain tidak jujur, orang beriman tampil sebagai orang jujur dan menunjukkan kejujuran. Orang lain dendam, orang beriman mengampuni. Orang lain malas, orang beriman rajin. Orang lain rakus, orang beriman hemat dan sederhana. Itu sekedar contoh terang sebagai utusan Allah di dunia. Ketika melakukan semua ini mungkin akan diolok, dicemooh. Cemoohan yang seperti itu tidak perlu dianggap sebagai rintangan. Anggap saja sebagai vitamin beriman, yang penting konsisten dan teguh. Percayalah Allah yang setia itu tetap setia hadir sebagai pendamping. Orang yang bersukacita – beriman, bebas dari perbudakan. Dan akan lebih bersukacita lagi bila hadir sebagai utusan yang membebaskan orang lain dari perbudakan hidup nyata di dunia ini. Selamat mencoba dan Nikmatilah hidup bersama Allah Yang Setia.
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan, karya Porat Antonius
Lebih lengkap lagi dapat dibaca di
Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 1
_edian_
Comments
Post a Comment