Skip to main content

Eksegese Minggu ke 5 : Bersyukurlah Bila Menderita - Minggu Biasa ke 5 - Tahun B

 Ada satu adagium yang kebenarannya diterima semua orang, yaitu penderitaan adalah salah satu kodrat manusia. Penderitaan itu, entah fisik - jiwa  - atau sosial. Jika tidak pernah menderita, maka bisa jadi bukan manusia atau kemanusiaannya diragukan. Jikalau penderitaan diterima sebagai salah satu kebenaran kodrat manusia, maka mestinya sukacita juga harus diterima sebagai satu kebenaran tentang kodrat manusia. Jika pernah bersukacita maka benar dia adalah manusia. Jika tidak pernah bersukacita maka kemanusiaannya diragukan. Keduanya sama-sama dialami manusia. Jika sakit atau menderita, banyak orang menjadi berduka cita. Sebaliknya bila sehat atau mendapat sesuatu yang menyenangkan, pasti bersukacita. Pendek kata, bersukacita atau berduka cita itu tergantung situasi dan keduanya adalah kodrat manusia. Bacaan minggu ini mengajarkan satu yang benar dari keduanya : manusia sebenarnya adalah makhluk bersukacita atau lebih tepatnya kodrat manusia adalah sukacita tanpa duka cita. Allah adalah sukacita dan sumber sukacita. Maka manusia diciptakan karena sukacita dan untuk bersukacita bersama Allah. Dalam keadaan apapun, yang ada hanyalah sukacita . Manusia mendekatkan diri dengan Tuhan sehingga kedekatan itu berpeluang membebaskan manusia dari penderitaan fisik seperti sakit. Dengan kata lain yang disebut menderita itu merupakan gerbang sukacita, karena Yesus akan datang membagikan upah sukacita kesembuhan kepada mereka yang mencariNya atau memintaNya datang dan mempersilahkanNya masuk ke dalam rumah. Kepada orang beriman, bacaan ini mewartakan bahwa pertama : menerima dan tidak perlu mengeluh atas apa yang disebut manusia lain sebagai penderitaan tubuh. Jika kedatangan Tuhan tidak menyembuhkan tubuh maka itu jelas berarti bahwa kesembuhan tubuh bukan merupakan upah sukacita Yang pantas namun yang lebih pantas untuk kita adalah kesembuhan jiwa. Kedua, ketika mengalami yang disebut sebagai menderita maka orang beriman diharapkan hanya melakukan ucapan syukur. Ucapan syukur dilakukan karena orang beriman kan mengharap kehadiran Tuhan. Sebenarnya nyata dalam kehidupan sehari-hari bahwa yang disebut sebagai penderitaan itu adalah jalan mendekatkan diri kepada Tuhan atau mengundang Tuhan ke rumah;  dengan kata lain, mendekatkan diri kepada sumber kodrat manusia sebagai makhluk bersukacita. Ketika manusia gagal bersukacita, Allah pasti datang menolong supaya manusia kembali ke kodratnya sebagai makhluk bersukacita.

 

 

Cuplikan dari Buku  Eksegese Orang Jalanan,  karya Porat Antonius 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2

 

_edian_

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...