Ada satu adagium yang kebenarannya diterima semua orang, yaitu penderitaan adalah salah satu kodrat manusia. Penderitaan itu, entah fisik - jiwa - atau sosial. Jika tidak pernah menderita, maka bisa jadi bukan manusia atau kemanusiaannya diragukan. Jikalau penderitaan diterima sebagai salah satu kebenaran kodrat manusia, maka mestinya sukacita juga harus diterima sebagai satu kebenaran tentang kodrat manusia. Jika pernah bersukacita maka benar dia adalah manusia. Jika tidak pernah bersukacita maka kemanusiaannya diragukan. Keduanya sama-sama dialami manusia. Jika sakit atau menderita, banyak orang menjadi berduka cita. Sebaliknya bila sehat atau mendapat sesuatu yang menyenangkan, pasti bersukacita. Pendek kata, bersukacita atau berduka cita itu tergantung situasi dan keduanya adalah kodrat manusia. Bacaan minggu ini mengajarkan satu yang benar dari keduanya : manusia sebenarnya adalah makhluk bersukacita atau lebih tepatnya kodrat manusia adalah sukacita tanpa duka cita. Allah adalah sukacita dan sumber sukacita. Maka manusia diciptakan karena sukacita dan untuk bersukacita bersama Allah. Dalam keadaan apapun, yang ada hanyalah sukacita . Manusia mendekatkan diri dengan Tuhan sehingga kedekatan itu berpeluang membebaskan manusia dari penderitaan fisik seperti sakit. Dengan kata lain yang disebut menderita itu merupakan gerbang sukacita, karena Yesus akan datang membagikan upah sukacita kesembuhan kepada mereka yang mencariNya atau memintaNya datang dan mempersilahkanNya masuk ke dalam rumah. Kepada orang beriman, bacaan ini mewartakan bahwa pertama : menerima dan tidak perlu mengeluh atas apa yang disebut manusia lain sebagai penderitaan tubuh. Jika kedatangan Tuhan tidak menyembuhkan tubuh maka itu jelas berarti bahwa kesembuhan tubuh bukan merupakan upah sukacita Yang pantas namun yang lebih pantas untuk kita adalah kesembuhan jiwa. Kedua, ketika mengalami yang disebut sebagai menderita maka orang beriman diharapkan hanya melakukan ucapan syukur. Ucapan syukur dilakukan karena orang beriman kan mengharap kehadiran Tuhan. Sebenarnya nyata dalam kehidupan sehari-hari bahwa yang disebut sebagai penderitaan itu adalah jalan mendekatkan diri kepada Tuhan atau mengundang Tuhan ke rumah; dengan kata lain, mendekatkan diri kepada sumber kodrat manusia sebagai makhluk bersukacita. Ketika manusia gagal bersukacita, Allah pasti datang menolong supaya manusia kembali ke kodratnya sebagai makhluk bersukacita.
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan, karya Porat Antonius
Lebih lengkap lagi dapat dibaca di
Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2
_edian_
Comments
Post a Comment