Tiga raja itu mengikuti bintang, bintang yang terang, terang itu adalah Epiphany.
Allah menggunakan bintang atau alam untuk menunjukkan kehadirannya di hadapan orang
kafir. Terang itu pula yang menuntun harus pergi ke mana dan berhenti di mana
selama dalam berziarah untuk bertobat.
Bagi manusia masa kini, Allah tekun menampakan dirinya melalui alam. Allah
pun tekun menambahkan dirinya dalam rupa Roh Kudus dalam diri manusia.
Kehadiran Yesus secara fisik utuh sebagai epiphany Allah sangat terbatas bagi
dunia. Kehadirannya secara fisik lain masih berlanjut dalam rupa suara atau
kata yang dipakainya ketika bersama manusia di dunia. Rekaman suara atau kata
itulah yang kita baca saat ini sebagai Injil bagi orang beriman. Tidak banyak
manusia termasuk orang beriman yang menyadari bahwa Injil itu merupakan
epiphany. Untuk mengalami kebersamaan dengan Allah, Maka manusia perlu
merasakan alam, mengalami alam. Perlu
juga mengalami karya roh dalam diri. Jika manusia tidak mengalami persekutuan
dengan Allah secara utuh manusia harus menemui Allah dalam diri Yesus yang
menggenapi segala sesuatu dalam rupa suaranya yang diperdengarkan kembali
kepada dunia dalam bentuk Injil Perjanjian Baru karena Injil itulah rekaman
suara Yesus sendiri, meskipun tidak utuh. Dengan demikian temuilah Allah yang
menampakan diri melalui alam, temuilah
Allah dalam rupa roh yang ada dalam diri setiap manusia dan dengarlah suara
Yesus yang dikumandangkan dalam Injil itulah persekutuan dengan Allah sejati.
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan, karya Porat Antonius
Lebih
lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B,
Buku Jilid 1
_edian_
Comments
Post a Comment