Dunia sampai kini masih penuh dengan orang yang khawatir. Khawatir tentang ekonomi, kesehatan, masa depan dunia, keamanan, pendek kata : manusia banyak khawatir. Manusia semakin khawatir lagi karena sampai sekarang belum bisa menemukan ilmu dan teknologi yang menghapus kekhawatiran itu, terutama menghapusnya dari pikiran manusia sendiri.
Bacaan Minggu ini mengingatkan dan menguatkan orang beriman agar bebas dari khawatir dan setia menunjukkan obat satu-satunya yang menyembuhkan penyakit khawatir dunia. Allah setia mengasihi manusia, Supaya kasih setia Allah itu nyata dialami manusia, Allah mengutus para nabi. Ada dua hal minimal yang bisa dilakukan manusia sebagai jawaban atas kasih setia Allah itu. Yang pertama : mendengarkannya, yang kedua : tidak Mendua. Manusia diminta memusatkan perhatian kepada Allah dan mendengarkan firmannya. Salah satu contoh mendua yakni mendengarkan Allah sambil mendengarkan manusia atau mengabdi kepada Allah sambil mengabdi kepada allah yang lain. Jika seperti itu yang muncul adalah tetap kekhawatiran. Jadi mengabdi kepada Allah jangan hanya di rumah ibadat lalu di luar rumah ibadat total mengabdi kepada ilmu pengetahuan. Misalnya : jika ada masalah krisis pangan, yang didengarkan adalah komentar para ahli pengetahuan, demikian juga jika ada masalah kesehatan yang dicari adalah ahli medis yang sungguh ahli dengan alat kesehatan yang super canggih. Hal itulah yang sampai sekarang tetap menimbulkan kekhawatiran diantara manusia, karena lebih mengabdi kepada ilmu pengetahuan daripada mengabdi pada Allah yang sesungguhnya.
Orang beriman diharapkan lebih mengabdi kepada Allah jauh lebih tinggi daripada mengabdi pada ilmu pengetahuan. Orang beriman mempunyai Allah yang FirmanNya akan menuntun hidupnya. Setelah diri sendiri bebas dari kekhawatiran, orang beriman tidak boleh berpuas diri dengan menerima FirmanNya hanya untuk diri sendiri. Yesus memberikan contoh dalam mewartakan firman Allah dan mengusir roh jahat. Demikian juga diharapkan kepada semua orang beriman. Minimal mengusir roh jahat dari dirinya sendiri.
Dengan beriman , setiap orang beriman menjadi Nabi dalam hidup sehari-hari. Senyuman yang tulus adalah sikap hidup orang beriman sebagai nabi. Yang selalu tersenyum tulus dalam semua situasi menandakan hidupnya tidak ada kekhawatiran. Hal ini akan secara sederhana membuat orang lain takjub. Tersenyum tulus juga dapat menghalau roh jahat dari orang sekitar. Hadir dengan senyuman yang tulus akan menghalau roh jahat dalam bentuk kesedihan, kecemasan atau ketakutan pada diri sendiri atau juga pada orang lain.
Memberi dengan tulus juga merupakan tanda tidak khawatir akan kehabisan. Tampillah sebagai nabi yang menakjubkan orang sekitar dalam bentuk : kesederhanaan, jujur, rajin, setia dan rendah hati. Semua orang pasti akan takjub. Demikian itulah jawaban orang beriman atas kasih setia Allah. Semakin setia dalam Allah dan semakin setia dalam menunjukkan imannya keluar, maka semakin bebas dari kekhawatiran. Setialah pada FirmanNya, dan setia menunjukkannya, maka yang lain akan takjub bahwa orang ini sungguh beriman dan beriman itu tidaklah sia-sia. Cepat atau lambat dunia akan takjub kepada Allah yang setia mendampingi manusia, karena mereka mengalaminya melalui nabi-nabi dunia (orang beriman).
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan, karya Porat Antonius
Lebih lengkap lagi dapat dibaca di
Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2
_edian_
Comments
Post a Comment