***
Bacaan-bacaan
ini mengungkapkan bahwa ciri atau bukti orang beriman adalah bersukacita.
Bersukacita baik dalam kekurangan maupun dalam kelimpahan merupakan bukti tak
terbantahkan yang seharusnya ada pada setiap orang beriman dan itu akan
membedakannya dari yang tidak beriman. Yang
kedua : bersukacita beriman itu adalah bersukacita yang berbagi. Hadir dalam kebersamaan yaitu bersama orang
lain dan saling berbagi suka cita. Dengan demikian bersukacita beriman bukan
bersukacita yang sifatnya egoistik atau yang tersembunyi hanya untuk diri
sendiri. Bersukacita beriman adalah bersukacita bersama Allah dan bersama para
sahabat. Allah yang adalah kasih selalu menyediakan kesempatan untuk
bersukacita bersamaNya. Allah juga mengajak atau mengundang sahabatnya orang
beriman atau semua manusia untuk mengalami kasih sukacitaNya. Allah setia dan
selalu mengundang. Yang terjadi pada manusia , seperti yang digambarkan dalam
Injil minggu ini adalah menolak undangan Allah.
Sebagai orang beriman, terimalah undangan Allah dan bersukacitalah bersamaNya. Beriman itu melampaui yang fisik, yakni untuk mengalami sukacita jiwa dan rohani bersama Allah dan bersama manusia lainnya tanpa memperhitungkan keadaan berkekurangan atau berkelimpahan dalam hal yang sifatnya fisik. Ketika sudah beriman atau memilih hadir dalam undangan perjamuan bersama Allah , orang beriman itu berani berbagi dengan menunjukkan imannya keluar dalam bentuk bersukacita. Yang memandang bersukacita sebatas perolehan yang material , tidak akan mengalami kepenuhan dalam bersukacita - sama seperti yang terjadi pada orang beriman yang bersukacita bersama Allah. Yang bersukacita karena materi cenderung fluktuatif : sebentar berlebih sebentar lagi berkurang. Oleh karena fluktuatif , orang seperti ini cenderung egois dan protektif karena takut kehabisan (materi). Takut kehabisan itu sama artinya dengan tidak bersukacita. Orang akan selalu gelisah. demikian juga bila sukacita hanya pada saat sehat, sementara ketika sakit langsung tenggelam dalam duka cita takut mati.
***
Bersukacita
dalam Tuhan dan bersama Tuhan tidak pernah akan berhenti baik dalam kekurangan
maupun dalam kelebihan. Bersukacita beriman tidak diukur secara materi atau
karena materi, karena yang bersukacita adalah jiwanya. Sukacita Jiwa tidak akan
berkurang bahkan bisa dibagi-bagi. Ketika dibagi bagi, orang sekitar tersenyum
atau tertawa. Karena itu berbagilah,
karena sukacita tidak akan pernah habis . Yang terjadi adalah terus berlipat
ganda, tidak hanya secara rohaniah tapi juga secara material. Buktikanlah
sendiri. Yang bersukacita - terutama bersukacita berbagi - pastilah dia orang
beriman. Yang seperti ini akan terus bersukacita dimanapun dan dalam keadaan
apapun. Yang namanya stress tidak akan terjadi karena sukacitanya penuh, baik secara materi maupun rohani, baik dalam sehat maupun sakit, baik dalam kekurangan maupun dalam
kelebihan. Oleh karena itu berimanlah.
Beriman merupakan bentuk hadir dalam pesta bersama Allah. Tetapi ketika hadir
dalam pesta bersama Allah tunjukkan Iman keluar dengan berbagi sukacita beriman
kepada siapapun. Silakan buktikan sendiri dalam hidup : bahwa yang beriman dan
yang berbagi tidak akan berkekurangan dalam semua hal baik secara materi maupun
secara rohani.
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan karya Porat Antonius,
Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan, Minggu Biasa ke 28 Tahun Liturgi A, Buku Jilid 2
_edian_
Comments
Post a Comment