Skip to main content

Buktikanlah Imanmu : Bersukacitalah - Eksegese Minggu ke 28 Tahun A

 Saat ini dunia manusia terbelah dan tidak jelas membedakan manusia yang beriman dan yang tidak beriman.  Ketika berhubungan dengan sukacita dan dukacita maka semakin tidak jelas lagi : Yang mengaku beriman katanya bersukacita,  Namun demikian juga yang tidak beriman mengaku sama. Yang katanya beriman pada saat berkekurangan : mengeluh, menggerutu atau bersungut-sungut. Demikian juga dengan yang tidak beriman. Jadi dalam hal bersuka cita dan berduka cita tidaklah jelas siapa yang beriman dan siapa yang tidak beriman. Bacaan kitab suci pada hari Minggu ini mengangkat satu hal penting yang sering dilupakan orang beriman dalam hidup sehari-hari :  yaitu bersukacita. Bacaan pertama Yesaya menggambarkan bersukacita beriman itu bagai hadir dalam perjamuan bersama Allah di atas satu gunung.  Dalam pertemuan dengan Allah, dukacita sirna. Dalam bacaan kedua , kepenuhan sukacita itu sama persis seperti yang dialami Paulus yaitu tetap bersukacita baik dalam kekurangan maupun dalam kelimpahan. Injil menggambarkan Allah yang tidak kapok mengundang manusia masuk ke dalam perjamuan sukacita bersamaNya.

 ***

Bacaan-bacaan ini mengungkapkan bahwa ciri atau bukti orang beriman adalah bersukacita. Bersukacita baik dalam kekurangan maupun dalam kelimpahan merupakan bukti tak terbantahkan yang seharusnya ada pada setiap orang beriman dan itu akan membedakannya dari yang tidak beriman.  Yang kedua : bersukacita beriman itu adalah bersukacita yang berbagi.   Hadir dalam kebersamaan yaitu bersama orang lain dan saling berbagi suka cita. Dengan demikian bersukacita beriman bukan bersukacita yang sifatnya egoistik atau yang tersembunyi hanya untuk diri sendiri. Bersukacita beriman adalah bersukacita bersama Allah dan bersama para sahabat. Allah yang adalah kasih selalu menyediakan kesempatan untuk bersukacita bersamaNya. Allah juga mengajak atau mengundang sahabatnya orang beriman atau semua manusia untuk mengalami kasih sukacitaNya. Allah setia dan selalu mengundang. Yang terjadi pada manusia , seperti yang digambarkan dalam Injil minggu ini adalah menolak undangan Allah.

 Sebagai orang beriman, terimalah undangan Allah dan bersukacitalah bersamaNya. Beriman itu melampaui yang fisik, yakni untuk mengalami sukacita jiwa dan rohani bersama Allah dan bersama manusia lainnya tanpa memperhitungkan keadaan berkekurangan atau berkelimpahan dalam hal yang sifatnya fisik. Ketika sudah beriman atau memilih hadir dalam undangan perjamuan bersama Allah , orang beriman itu berani berbagi dengan menunjukkan imannya keluar dalam bentuk bersukacita. Yang memandang bersukacita sebatas perolehan yang material , tidak akan mengalami kepenuhan dalam bersukacita - sama seperti yang terjadi pada orang beriman yang bersukacita bersama Allah. Yang bersukacita karena materi cenderung fluktuatif : sebentar berlebih sebentar lagi berkurang. Oleh karena fluktuatif , orang seperti ini cenderung egois dan protektif karena takut kehabisan (materi). Takut kehabisan itu sama artinya dengan tidak bersukacita. Orang akan selalu gelisah.  demikian juga bila sukacita hanya pada saat sehat, sementara ketika sakit langsung tenggelam dalam duka cita takut mati.

 ***

Bersukacita dalam Tuhan dan bersama Tuhan tidak pernah akan berhenti baik dalam kekurangan maupun dalam kelebihan. Bersukacita beriman tidak diukur secara materi atau karena materi, karena yang bersukacita adalah jiwanya. Sukacita Jiwa tidak akan berkurang bahkan bisa dibagi-bagi. Ketika dibagi bagi, orang sekitar tersenyum atau tertawa.  Karena itu berbagilah, karena sukacita tidak akan pernah habis . Yang terjadi adalah terus berlipat ganda, tidak hanya secara rohaniah tapi juga secara material. Buktikanlah sendiri. Yang bersukacita - terutama bersukacita berbagi - pastilah dia orang beriman. Yang seperti ini akan terus bersukacita dimanapun dan dalam keadaan apapun. Yang namanya stress tidak akan terjadi karena sukacitanya penuh,  baik secara materi maupun rohani,  baik dalam sehat maupun sakit,  baik dalam kekurangan maupun dalam kelebihan.  Oleh karena itu berimanlah. Beriman merupakan bentuk hadir dalam pesta bersama Allah. Tetapi ketika hadir dalam pesta bersama Allah tunjukkan Iman keluar dengan berbagi sukacita beriman kepada siapapun. Silakan buktikan sendiri dalam hidup : bahwa yang beriman dan yang berbagi tidak akan berkekurangan dalam semua hal baik secara materi maupun secara rohani.



Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan karya Porat Antonius, 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang JalananMinggu Biasa ke 28 Tahun Liturgi A, Buku Jilid 2

 

_edian_


Comments

Popular posts from this blog

Jangan Takut, Allah Menyertai Kita - Oleh Porat Antonius - BHSO Klaten 7 Agt 2021

Kita diminta jangan takut. Kalau kita takut, banyak hal yang buruk terjadi pada kita. Bersukacitalah. Sebenarnya dalam ilmu kedokteran, sukacita sudah diakui sebagai obat dan sudah dirumuskan dalam apa yang disebut Placebo. Dari bahasa Latin, placebo domino in regione vivorum. Secara mudahnya diterjemahkan “Saya bersukacita karena Allah hadir dalam hidup dalam hidupku”. Namun belakangan ini muncul istilah Nocebo, menakut-nakuti. Orang ditakuti-takuti dengan penyakit sampai harus makan obat seumur hidup. Tidak disadari banyak orang, bahwa pandemi sekarang ini adalah wujud nocebo. Diekspos kemana-mana virus ini sudah ada varian baru, varian ini dan itu. Itu semua meningkatkan ketakutan kita. Karena itu, makin banyak yang menderita karena makin cemas. Apalagi, setelah vaksin pertama kena covid, vaksin kedua masih takut. Masih takut lagi maka ditambah dengan booster. Akhirnya tubuh kita penuh vaksin. Ini semua praktek nocebo. Saya minta anggota SKK tidak perlu takut.  Sebagai warga neg...

Sehat Ditentukan Oleh Allah - BHSO Lampung Makassar 4 Feb 23

Untuk yang baru, selamat meninggalkan cara berpikir medical-based. Selama ini, manusia modern melihat cara berpikir medis sebagai yang terbaik yang menjawab masalah kesehatan kita. Hari ini, Bapak/Ibu yang baru bergabung diajak masuk ke suatu cara yang dianggap oleh dunia modern sebagai tradisional. Tetapi apapun label yang dunia sematkan, sudahlah. Yang penting kamu berani meninggalkan cara pikir yang diagung-agungkan banyak orang.  Hari ini ditegaskan sekali lagi bahwa sehat itu sebenarnya ditentukan oleh Allah. Bukan oleh alat. Karena itu, Bapak/Ibu diajak agar dengan cara hidup masing-masing, cara agama masing-masing, “Mari kita kembali pada Allah”. Saya (Opa Anton) menjadi seperti sekarang ini bukan karena hasil belajar. Saya bisa mengetahui sakit dan penderitaan Bapak/Ibu secara detail, bukan karena memiliki kepakaran medis. Informasi kesehatan personal termasuk apa yang menyebabkan Bapak/Ibu sakit dapat diakses secara mudah dari Allah. Sayangnya karena keterbatasan waktu, sa...

PESAN - Oleh Rafael - TDM 20 Februari 2025

PESAN MALAIKAT RAFAEL  Pesan ini singkat… kalian dengarkan baik2, pesannya singkat. Tapi saya mau koreksi tentang kata PESAN.   Pesan itu sesuatu yang disampaikan, kalian belum memiliki apa yang dipesankan. Kalian mendengarkan kata2 itu  masuk ke dalam diri kalian tetapi ia akan hanya menjadi kata2.  Kata2 itu apa sih….kata2 itu adalah sesuatu yang menentukan dalam pikiran kalian…  kata2 bisa menjadi sebuah energi, pendorong untuk kalian bisa melakukan sesuatu. Tetapi kata2 hanya akan menjadi kata2, walaupun kata2 itu sendiri punya energi. Tetapi ketika tidak digunakan kata2 itu hanyalah kata2.. misalnya kata cantik… ada energi dari kata cantik itu… energi yang mungkin selama ini tidak dipandang sebagai suatu hal atau energi yang bisa menghidupkan diri kalian… saya hitam misalnya…yah sudah…kalian akan menerima diri kalian sebagai orang yang hitam…tapi dunia membentuk hitam itu sebagai sesuatu yang negative. Sesuatu yang membuat kalian ooo saya berbeda dan saya y...