Manusia dapat dikategorikan seperti ini : Pertama , Manusia yang selalu merasa bersalah. Sedikit-sedikit minta maaf atau mengeluh yang dirasakannya selalu saja salah, yang kedua, manusia yang merasa bahwa ada waktu untuk bertindak benar dan ada waktu untuk bertindak salah atau keliru. Yang salah diakuinya dan kalau perlu minta maaf pada orang yang menderita karena kesalahannya. Jika benar maka ia akan kokoh bertahan pada kebenarannya sambil terbuka atas kebenaran orang lain. Ketiga : manusia yang selalu merasa benar dan tidak pernah merasa salah. Dari mulut orang seperti ini jangan pernah bermimpi untuk mengeluarkan kata maaf karena ia selalu merasa benar dan hanya dirinya yang benar. Manusia seperti ini cenderung ofensif dalam mengkritik kekurangan orang lain dan marah bila tidak diakui atau sulit mengakui kesalahan bila dikritik.
Dalam bacaan pada hari Minggu ini, manusia tidak di kategorikan demikian. Dalam pandangan kitab suci, semua manusia
berdosa entah besar , entah kecil pada suatu kesempatan dan pada kesempatan
lain ia benar adanya . Oleh karenanya Allah memerintahkan semua orang beriman
untuk saling mengampuni supaya manusia dapat bersukacita dalam kelebihan dan
kekurangan sendiri dan kekurangan orang lain sepanjang hidup dan dalam berbagai
situasi.
Manusia umumnya tidak sabar dalam mengampuni. Manusia cenderung menghitung
sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku Jika ia berbuat dosa terhadap
aku. Yesus tidak setuju dengan kalkulasi dalam mengampuni. Kemudian Yesus
menyampaikan perumpamaan tentang kerajaan surga. Yaitu kerajaan mengampuni
orang yang juga mengampuni. Ketiga bacaan pada hari Minggu ini pada intinya
menggambarkan kasih Tuhan kepada manusia.
Saling mengampuni diantara manusia sebenarnya demi kemuliaan kasih Tuhan
yang nyata di antara manusia. Tuhan menyalurkan kasihNya kepada manusia secara
langsung. Tuhan juga menyalurkan kasihNya kepada manusia melalui alam dan
sesama manusia yang lain. Kasih Allah yang disalurkan melalui sesama manusia
tidak dapat dialami kalau manusia tidak saling mengampuni atau bila manusia
dalam keadaan dendam atau marah.
Hidup di antara manusia yang saling mengampuni lebih bernuansa sukacita
daripada hidup di antara orang yang saling dendam atau marah. Orang beriman
diharapkan hidup seperti ini. Saat
berinteraksi dengan orang lain mungkin saja ada kemarahan namun orang beriman
hadir memberikan contoh mengampuni dan pengampunan tanpa batas.
Petrus dalam Injil menyadari bahwa yang yang intensif berelasi dan berbuat
salah adalah saudara sendiri karena sering berada bersama. Saudara itu
merupakan bagian dari diri sendiri yang jika tidak saling mengampuni akan terus
hidup dalam ketegangan sepanjang waktu : itulah penderitaan yang harus dihindari
- yang Tuhan kehendaki. Belajar mengampuni dimulai dari saudara sendiri.
Dengan mengampuni saudara yang bersalah, hidup bersama saudara akan penuh sukacita. Hidup
sukacita bersama orang lain terutama Bersama saudara adalah satu sisi dari
hidup ber sukacita dalam Allah. Hidup itu lah yang diharapkan terjadi di dunia
ini di antara sesama manusia
Allah selalu mengingatkan bahwa untuk damai siapkanlah selalu senjata mengampuni. Kesalahan besar biasanya dimulai dari hal kecil. Belajarlah mengampuni mulai dari yang kecil dan sederhana ketika masih dalam jangkauan selangkah atau sepelukan
Cuplikan
dari Buku Eksegese Orang Jalanan karya Porat Antonius,
Minggu Biasa ke 24 Tahun Liturgi A
Lebih
lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan, Minggu Biasa ke 24
Tahun Liturgi A, Buku Jilid 2, halaman 249 sd 255
Comments
Post a Comment