Manusia di dunia ini ada yang bersifat egois dan ada pula yang bersifat altruis. Yang egois melihat diri lebih penting dari orang lain. Orang lain diperlukan untuk menggenapi diri yang penting di tengah orang lain. Yang altruis akan sebaliknya, tidak melihat diri lebih penting dari orang lain, minimal melihat orang lain sama pentingnya dengan dirinya sendiri. Dalam situasi tertentu yang altruis melupakan dirinya, melupakan kebenarannya, dan berkorban demi orang lain. Bagi orang altruis dalam situasi tertentu orang lain lebih penting dari dirinya sendiri. Bacaan pada hari Minggu ini mengingatkan orang beriman untuk mengambil posisi yang bijak dalam menempatkan diri terhadap orang lain. Dalam bacaan pertama, orang egois itu disebut sebagai orang fasik. Bagi orang fasik tindakan Tuhan itu tidak tepat, yang tepat adalah tindakan mereka sendiri yang sesuai kepentingan mereka sendiri. Yehezkiel mengajak mereka untuk bertobat menjadi orang benar. Semua yang baik dan benar tersedia pada Allah.
***
Ketiga bacaan pada hari Minggu ini secara bersama-sama mewartakan kasih Tuhan. Tuhan dengan kasihnya mengajak semua manusia mengalami Kerajaan Allah. Allah mengutus putranya Yesus Kristus turun ke dunia memberi contoh hidup. Orang beriman diajak untuk masuk mengalami kasih Allah. Dalam bacaan pertama orang beriman diajak untuk meninggalkan ukuran kebenarannya sendiri. Bacaan kedua orang beriman diajak untuk Sehati dan sepikir dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan bersama Kristus. Injil menegaskan tindakan daripada pengetahuan, pengetahuan yang terumus dalam kata tidak mengantar orang beriman masuk ke dalam kerajaan Allah . Pengetahuan hanya mengantar manusia ke terminal kesombongan atau egoisme atau ke terminal kebencian satu dengan yang lain. Karena berkata-kata cenderung menjerumuskan manusia ke dalam adu argumentasi.
***
Orang beriman dalam bertindak menempatkan orang lain lebih tinggi atau
lebih penting dari dirinya sendiri. Nanti orang lain juga memperlakukannya
demikian. Itulah satu jiwa dan satu tujuan. Satu jiwa dan satu tujuan hanya
dapat dicapai melalui tindakan. Setiap orang berhak masuk mengalami kerajaan kasih
Allah, demikian juga dengan orang beriman. Tetapi orang beriman mempunyai hak
lebih yakni membawa orang lain masuk mengalami kasih Allah. Supaya dapat
membawa orang lain masuk mengalami kerajaan surga, orang beriman harus
menempatkan dirinya lebih rendah dari orang berdosa. Dengan kata lain bertaubat dari kebenaran
sendiri atau bertobat dari kebenaran yang mementingkan diri sendiri. Kerajaan Allah akan diraih baik untuk diri
sendiri atau orang lain bila terus bertobat dan terus menempatkan orang lain di
atas diri sendiri. Orang beriman
mesti memulai dari yang kecil dan sederhana antara lain mendengarkan ajakan
Allah untuk bertobat. Misalnya jika pada satu waktu Allah mengajaknya untuk
sabar maka belajar dahulu dengan tekun untuk sabar, pada kesempatan lain
mungkin Allah mengatakan rajin melakukan itu juga dengan tekun. Semakin tekun
akan semakin jelas peta kehidupan yang dirancang manusia untuk hidup di dunia
dan untuk bergerak tanpa gentar menuju kehidupan lain setelah tugas di dunia
ini berakhir. Dengan terus beriman, terus bertobat dan terus menempatkan orang
lain di atas diri sendiri, akan jelas
dalam hidup bahwa namamu akan ditempatkan orang lain di atas banyak nama.
Ketika manusia lupa menempatkannya, percayalah,
Allah akan menempatkannya di atas nama
manusia lain. Lakukanlah dan rasakan
hasilnya dalam hidup sehari-hari : yang
menghormati orang lain akan dihormati, yang membenci orang lain akan dibenci.
Allah hadir untuk menambah dan terus memberikan yang tidak dapat dilakukan
manusia pada waktu yang ditetapkan Allah sendiri.
Cuplikan
dari Buku Eksegese Orang Jalanan karya Porat Antonius,
Lebih
lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan, Minggu Biasa ke 26
Tahun Liturgi A, Buku Jilid 2, halaman 270 sd 278
Comments
Post a Comment