Skip to main content

Bapa Permuliakan lah Anak Mu

Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan 
Karya Porat Antonius
Minggu Paskah ke 7, Tahun A

Dunia semakin jelas terbelah antara yang kaya dan yang miskin atau antara yang secara ekonomi menikmati kelimpahan dunia dan yang terus merayap dalam kemiskinan dan berjuang untuk hidup. Di sisi lain berkembang pula egoisme, dimana setiap orang berjuang untuk dirinya sendiri.
Allah tidak demikian. Dalam Injil digambarkan tentang Yesus yang berdoa kepada Bapa Nya. Yesus tidak berdoa untuk diri Nya sendiri saja. Yesus pun berdoa untuk semua orang yang Bapa-Nya berikan kepada Nya untuk dipermuliakan dan diberikan kehidupan kekal.
Persekutuan dalam doa tanpa melihat latar belakang dalam persaudaraan sejati merupakan salah satu wujud kemuliaan hidup.
Ketiga bacaan minggu  ke 7 ini menggambarkan sikap Allah yang tidak egois dengan kemuliaan Nya. Allah yang digambarkan pada Yesus membagi kemuliaan Allah kepada manusia supaya manusia yang percaya pada Allah mengalami kemuliaan bersama Allah. Bayangkan, yang dibagikan itu kemuliaan lho, bukan harta benda. Itu yang digambarkan dalam Injil.
Pada tingkat yang lebih kecil, sukacita dalam persekutuan merupakan gambaran hidup mulia pada orang yang percaya Allah dan firman Nya.
Hidup sukacita karena beriman merupakan anak tangga untuk memasuki ruang kemuliaan tempat Allah terus mencurahkannya kepada manusia. Bagi orang beriman, menderita karena beriman merupakan kemuliaan bersama Allah. Sebaliknya, nista karena kejahatan bukan kemuliaan dan bukan ciri orang yang di dalam dirinya hidup roh kudus. Yang beriman dan yang di dalam dirinya mengandung roh kudus hidup dalam sukacita dan tetap bersukacita berkat beriman pada Allah dan Kristus utusan Nya. Inilah ciri hidup orang beriman yang mengalami kemuliaan Allah yakni selalu bersukacita dan berbagi sukacita.
Orang beriman diajak untuk selalu bersukacita sebagai tanda mengalami kemuliaan Allah, tanda beriman, dan tanda hidup bersama roh kudus. Sukacita yang diharpkan adalah sukacita dalam persekutuan, bukan sukacita egoistis. Sukacita bukan milik daging yang sangat tergantung pada harta.
Sukacita bersama roh kudus adalah sukacita jiwa.
Ketika jiwa menjadi media sukacita, tubuh juga akan bersukacita. Ketika sakit misalnya, wajah masih berseri-seri.
Roh kudus sebagai sumber sukacita akan tetap bersama diri bila tidak berdosa. Manusia mungkin mengalami kesulitan untuk tidak berdosa, namun itu bukan alasan untuk terus berdosa. Yang penting ketika sadar berdosa, langsung bertobat dengan melakukan kebajikan, yaitu dengan melakukan kebaikan. Semakin sibuk dengan kebaikan, semakin kecil ruang untuk berdosa.
Bersukacitalah, maka roh kudus tidak akan meninggalkan jiwa karena roh kudus adalah roh sukacita. Tunjukkan sukacita supaya dunia ikut bersukacita karena orang beriman. Terus bersukacita juga supaya dunia menjadi terbuka bahwa berimanlah sumber sukacita, bukan harta.
Yang terus bertobat dan rajin menampilkannya ke dunia tidak hanya mengalami kemuliaan Allah, namun juga dimuliakan di hadapan sesama.


Lebih lengkap lagi, silakan baca Buku  Eksegese Orang Jalanan Tahun A Minggu Paskah ke 7, halaman 263 - 269

Selamat membaca dengan penuh sukacita


_edian_

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...