Pagi ini di teras depan Kamar Opa dan Komandan Je Be kami menikmati suasana pedesaan yang sudah sangat jarang ditemui.
Ada desiran air kali mengalir di lembah kecil depan penginapan, ada kicau burung bahkan terlihat tupai asyik bercengkerama di pohon depan mata kami. Suasana alam ini sepertinya menghadirkan ilham ke Komandan Je Be dengan bertanya," Apakah kita tertular dari Bunda Maria setelah berziarah dan seperti apa kesiapan kita menyambut ziarah Bunda Maria ke rumah kita masing-masing? Pertayaan Komdan Je Be memantik penjelasan lanjutan dari Opa terkait Pesan Bunda Maria dalam Ziarah kali ini.
TERTULAR.
Dalam Bahasa Latin menular dan atau tertular adalah contingere yang terdiri dari dua kata Con = bersama dan tangere = menyentuh. Contingere atau contagio dalam kata bendanya mengisyaratkan ada kontak atau perjumpaan. Yang menjadikan orang tertular bukan kontak atau perjumpaan ala kadarnya melainkan perjumpaan yang mendalam, yang intens. Intensitas perjumpaan tidak saja secara frekuensi tetapi terlebih pada kedalaman makna perjumpaan. Tertular pada tataran ini terjadi bukan hanya karena intensitas quantitas (frekuensi) tetapi juga pada tataran qualitas. Ziarah dalam intensitas perjumpaan yang seperti inilah yang menjadikan kita TERTULAR secara intensif dari keutamaan Bunda Maria. Perjumpaan intens seperti ini harus terus diperjuangkan. Keterbatasan berziarah ke tempat ziarah bukanlah penghalang mendapatkan intensitas kontak dan perjumpaan dengan Bunda Maria sebab Rumah kita adalah tempat ziarah utama yang bisa melampaui keterbatasan peziarahan kita bersama Bunda Maria. Perjumpaan dan keintiman kontak dalam ziarah, sejatinya menjadi medan penularan keutamaan Bunda. Kita tertular dari kelemahlembutan Bunda, dari sikap mendengarkan, kesetiaan, kesabaran dan berbagai keutamaan Bunda lainnya. Ziarah pada kedalaman makna seperti ini seharusnya membuat kita sungguh-sungguh tertular bahkan terinfeksi parah sehingga ketika keutamaan kebaikan Bunda belum kita tularkan maka kita akan merasa tersiksa untuk segera menularkan kebaikan kepada sesama. Penularan keutamaan Bunda seharusnya kita bawa pulang dan kita hidupi dalam hati dan rumah tangga kita. Inilah ciri ziarah kita ziarah yang tidak saja berdimensi vertikal tetapi horizontal. Kita membiarkan diri tertular bahkan terinfeksi keutamaan Bunda hingga ketika sesama yang berjumpa dan terkoneksi dengan kita, bisa dipastikan ikut tertular keutamaan Bunda. Keutamaan Bunda yang hidup dan dihidupi ini menjadi tanda kesiapan kita menyambut Bunda. Bunda terus berziarah dalam rumah tangga kita dan betapa bersukacitanya kita jika kita kedapatan telah siap menyambutnya karena hidup dan menghidupi keutamaan Bunda Terkasih kita Bunda Maria. Sebagaimana pohon dikenal dari buahnya demikian pun kita ziarah kita benar-benar harus sampai menghasilkan buah. Buah yang bisa dinikmati sesama dan bersama. Setelah tertular karena perjumpaan ziarah, kita terus berjuang menularkan keutamaan Bunda dalam kehidupan kita. Tidak saja Rumah Tangga kita tetapi juga Komunitas SKK terus tertular keutamaan Bunda dan begitu nyata dihidupi oleh Komunitas SKK dari hari ke hari. Ibarat kita tertular HIV kebaikan Bunda maka siapapun terkoneksi dan berjumpa dengan kita kita pastikan tertular HIV kebaikan Bunda. Jika berkaca pada Buku Vertikalitas Otak maka ziarah kita berbuah, karena kita mengarahkan kiblat kita ke nilai yang mulia yaitu dari Homo Deus. Orang umumnya memulai dari bawa dari Homo Vegetus maka berakibat tidak bisa melihat cahaya mulia dari atas bahkan berhenti hanya pada tataran enak tidak enak versi Homo Mamalibus. Komunitas SKK berkiblat dari yang mulia maka kemuliaan cahaya dari atas menerangi tataran hidup pada level di bawahnya. Mari terus berjuang tertular bahkan terinfeksi dalam keutamaan Bunda hingga semua kita menikmati buahnya dalam setiap kebersamaan dan perjumpaan kita.
PORAT ANTONIUS
#TEAMBHSKOCARKACIRSKK by Niko Boleng.
Comments
Post a Comment