Skip to main content

A FILIO DULCISSIMO MATRIS AD FILIUM AMATUM DEI - BHS TDM - 15 Mei 2025

Di dalam otak kita, siapa pun kita, kita memiliki cita-cita, mempunyai kerinduan untuk menjadi bahagia. Kerinduan untuk memiliki uang, misalnya, itu hal yang normal karena hidup membutuhkan uang. Kerinduan untuk mendapatkan pekerjaan itu wajar karena memang bagian dari hidup. Tetapi sejatinya ada satu kerinduan tertinggi untuk orang beriman adalah rindu menjadi orang suci. Karena menjadi suci itulah jaminan mengalami kebahagiaan tertinggi dan kebahagiaan kekal. Opa lalu bertanya, “Pernakah kita membesaarkan kerinduan seperti itu dan berjuang melakukannya?” Pertanyaan sangat penting ini muncul di sela-sela Opa menjelaskan 7 keutamaan hidup sebagai lawan dari 7 dosa yang membawa kematian, Opa bercerita pengalaman hidupnya berjuang menjadi anak kesayangan mama dan ini bisa menjadi model anak kesayangan Allah atau menjadi suci untuk mendapatkan anugerah kebahagiaan kekal itu. 


A FILIO DULCISSIMO MATRIS AD… dari menjadi anak kesayangan mama menuju…

Jika mau jujur semua cita-cita kita umumnya masih bersifat fisik. Ini bisa kita buktikan ketika bertanya ke pada siapa pun orangnya. Kebahagiaan sudah dipandang dari sudut Hedonistik Materialistik. Kebahagiaan dilihat dari materi, dari kenikmatan tubuh semata. Hal agak berbeda dilakoni oleh Opa sejak kecil. (Opa menyelanya bahwa wajar kalau saya dibilang sombong, dan memang saya sombong dan disambut gelak tawa penuh suka cita oleh kami semua). Ketika Opa melewati beberapa Ibu yang lagi berceritera Opa tertarik dengan ukuran Ibu-ibu tentang kriteria anak yang baik. Anak baik ukuran ibu-ibu itu tidak nakal, kalau dipanggil cepat menyahut, kalau disuruh lakukan, jujur, diberi makan apa saja dimakan, tidak rewel dan seterusnya.  Ketika mendengar semua itu dalam hati Opa berniat mau menjadi anak kesayangan mama. Niat itu betul-betul dilakoni sehingga semasa kecil tidak pernah kena kayu/rotan dari Mama. Kriteria anak baik ini berlanjut dilakukan sungguh-sungguh di sekolah dengan tambahan kriteria yang didengar dari guru yaitu cerdas. Semua diperjuangkan hingga seingat Opa hanya sekali kena rotan dari guru. Walaupun hanya sekali hal itu memunculkan trauma dan lama baru dilupakan. Kriteria ini terus dihidupi sampai di tempat kuliah. Menjadi teman yang baik, menjadi anak sesuai kriteria dosen. Opa bahkan pernah menjadi salah seorang calon mahasiswa teladan. 


…AD FILIUM AMATUM DEI…menjadi anak kesayangan Allah.


Menjadi orang baik memang melelahkan, tetapi tetap harus diperjuangkan karena nilai rahmatnya merupakan puncak dari perjuangan kita sebagai umat beriman. Menjadi anak kesayangan Allah bisa kita dapatkan melalui beberapa cara seperti 

(1). A Filio Dulcissimo Matris ad Filium Amatum Dei sebagaimana telah dilakoni Opa; 

(2) Berjuang melakoni 7 keutamaan yang menghidupkan dan menghindari 7 dosa yang membawa kematian. [(1.) Kesombongan vs kerendahan hati, (2.) ketamakan vs Kemurahan hati, (3.) Iri hati vs kebaikan, (4.) Kemarahan vs kesabaran, (5.) Nafsu vs kesucian, (6.) Kerakusan vs kesederhanaan, (7.) Kemalasan vs kerajinan.] . Opa menegaskan pentingnya menghindari kematian kecil yang bisa terjadi setiap saat. Marah adalah kematian dalam relasi dengan orang tersebut. Kita mati dari suka cita bersama dia. Ketika tidak jujur, kita pun mati dari suka cita karena ketakutan jangan sampai yang disembunyikan itu terbongkar dan diketahui orang. Kematian kecil sehari-hari inilah yang harusnya menjadi perjuangan kita untuk dihindari. Hal – hal ini membantu kita memenuhi kerinduan kita menjadi orang suci yang seharusnya menjadi kerinduan tertinggi kita  umat beriman karena itulah jaminan suka cita tertinggi dan kekal. Mari terus berjuang bersama Keluarga Besar SKK terutama menghindari kematian kecil yang bisa terjadi setiap saat. 


Porat Antonius


NB:

Baca dan Hayati pesan Opa Anton ini  dengan Segenap hati utk dijalankan dalam hidup keseharian agar benar2 sehat jiwa dan badan.


TEAMBHSKOCARKACIR. 👍❤😀


Niko Boleng

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...