Di dalam otak kita, siapa pun kita, kita memiliki cita-cita, mempunyai kerinduan untuk menjadi bahagia. Kerinduan untuk memiliki uang, misalnya, itu hal yang normal karena hidup membutuhkan uang. Kerinduan untuk mendapatkan pekerjaan itu wajar karena memang bagian dari hidup. Tetapi sejatinya ada satu kerinduan tertinggi untuk orang beriman adalah rindu menjadi orang suci. Karena menjadi suci itulah jaminan mengalami kebahagiaan tertinggi dan kebahagiaan kekal. Opa lalu bertanya, “Pernakah kita membesaarkan kerinduan seperti itu dan berjuang melakukannya?” Pertanyaan sangat penting ini muncul di sela-sela Opa menjelaskan 7 keutamaan hidup sebagai lawan dari 7 dosa yang membawa kematian, Opa bercerita pengalaman hidupnya berjuang menjadi anak kesayangan mama dan ini bisa menjadi model anak kesayangan Allah atau menjadi suci untuk mendapatkan anugerah kebahagiaan kekal itu.
A FILIO DULCISSIMO MATRIS AD… dari menjadi anak kesayangan mama menuju…
Jika mau jujur semua cita-cita kita umumnya masih bersifat fisik. Ini bisa kita buktikan ketika bertanya ke pada siapa pun orangnya. Kebahagiaan sudah dipandang dari sudut Hedonistik Materialistik. Kebahagiaan dilihat dari materi, dari kenikmatan tubuh semata. Hal agak berbeda dilakoni oleh Opa sejak kecil. (Opa menyelanya bahwa wajar kalau saya dibilang sombong, dan memang saya sombong dan disambut gelak tawa penuh suka cita oleh kami semua). Ketika Opa melewati beberapa Ibu yang lagi berceritera Opa tertarik dengan ukuran Ibu-ibu tentang kriteria anak yang baik. Anak baik ukuran ibu-ibu itu tidak nakal, kalau dipanggil cepat menyahut, kalau disuruh lakukan, jujur, diberi makan apa saja dimakan, tidak rewel dan seterusnya. Ketika mendengar semua itu dalam hati Opa berniat mau menjadi anak kesayangan mama. Niat itu betul-betul dilakoni sehingga semasa kecil tidak pernah kena kayu/rotan dari Mama. Kriteria anak baik ini berlanjut dilakukan sungguh-sungguh di sekolah dengan tambahan kriteria yang didengar dari guru yaitu cerdas. Semua diperjuangkan hingga seingat Opa hanya sekali kena rotan dari guru. Walaupun hanya sekali hal itu memunculkan trauma dan lama baru dilupakan. Kriteria ini terus dihidupi sampai di tempat kuliah. Menjadi teman yang baik, menjadi anak sesuai kriteria dosen. Opa bahkan pernah menjadi salah seorang calon mahasiswa teladan.
…AD FILIUM AMATUM DEI…menjadi anak kesayangan Allah.
Menjadi orang baik memang melelahkan, tetapi tetap harus diperjuangkan karena nilai rahmatnya merupakan puncak dari perjuangan kita sebagai umat beriman. Menjadi anak kesayangan Allah bisa kita dapatkan melalui beberapa cara seperti
(1). A Filio Dulcissimo Matris ad Filium Amatum Dei sebagaimana telah dilakoni Opa;
(2) Berjuang melakoni 7 keutamaan yang menghidupkan dan menghindari 7 dosa yang membawa kematian. [(1.) Kesombongan vs kerendahan hati, (2.) ketamakan vs Kemurahan hati, (3.) Iri hati vs kebaikan, (4.) Kemarahan vs kesabaran, (5.) Nafsu vs kesucian, (6.) Kerakusan vs kesederhanaan, (7.) Kemalasan vs kerajinan.] . Opa menegaskan pentingnya menghindari kematian kecil yang bisa terjadi setiap saat. Marah adalah kematian dalam relasi dengan orang tersebut. Kita mati dari suka cita bersama dia. Ketika tidak jujur, kita pun mati dari suka cita karena ketakutan jangan sampai yang disembunyikan itu terbongkar dan diketahui orang. Kematian kecil sehari-hari inilah yang harusnya menjadi perjuangan kita untuk dihindari. Hal – hal ini membantu kita memenuhi kerinduan kita menjadi orang suci yang seharusnya menjadi kerinduan tertinggi kita umat beriman karena itulah jaminan suka cita tertinggi dan kekal. Mari terus berjuang bersama Keluarga Besar SKK terutama menghindari kematian kecil yang bisa terjadi setiap saat.
Porat Antonius
NB:
Baca dan Hayati pesan Opa Anton ini dengan Segenap hati utk dijalankan dalam hidup keseharian agar benar2 sehat jiwa dan badan.
TEAMBHSKOCARKACIR. 👍❤😀
Niko Boleng
Comments
Post a Comment