NON INTRATUR IN VERITATEM NISI PER CARITATEM = SESEORANG TIDAK DAPAT MASUK KE DALAM KEBENARAN KECUALI MELALUI CINTA KASIH.
Dalam suatu kesempatan mengajar Opa bertanya, siapa bercita-cita menjadi kaya? Semua mahasiswa serentak mengangkat tangan. Pertanyaan berlanjut, "Siapa mau jadi orang cerdas? Lagi-lagi dengan cukup cepat semua mengacungkan tangan. Ketika Opa bertanya lagi, "Siapa mau jadi orang baik? Respon mahasiswa seketika berubah. Tidak lagi serentak mengangkat tangan, seolah masih berpikir lama. Mahasiswa di ruang kuliah itu sungguh mengambarkan dunia kita, dunia yang mengabaikan hal mendasar kehidupan bernama Caritas atau Bonum. Kondisi ini berbeda dengan yang dihidupi Opa. Pepatah Bahasa Latin pada judul obrolan ini tidak sekedar menginspirasi tetapi lebih dari itu dihidupi oleh Opa. Kata kunci dari hidup sesungguhnya adalah kebaikan atau cinta kasih. Opa menginspirasi kita pagi ini dengan beberapa kebijaksanaan hidup yang telah dihidupi Opa.
CARITATEM CLAVIS VITAE EST = KEBAIKAN/KASIH ITU KUNCI KEHIDUPAN.
Kebaikan atau kasih sungguh menjadi kunci bagi kehidupan. Kasih atau kebaikan berperan seperti kunci Inggris untuk semua aspek hidup. Kecerdasan tanpa landasan kebaikan bisa dikatakan tidak mungkin digapai secara maksimal. Perbuatan kasih atau kebaikan itu sama seperti kunci yang membuka hati dan pada saat yang sama membuka hati orang untuk mengajarkan atau menularkan kebaikannya kepada kita. Kebaikan kita menjadi cahaya yang menarik bagi guru dan orang lain berbagi ilmu secara sukarela dan sungguh-sungguh. Ini bisa terwujud karena masing-masing kita terhubung dalam frekuensi yang sama yaitu kebaikan. Kebaikan hidup juga menjadikan kehadiran kita dicari bahkan dirindukan. Kita diajak untuk terus mengelola hidup dengan nada dasar Kasih. Kasih yang sama menjadi stimulan bagi sesama untuk menghadirkan juga kebaikan. Caritas begitu bercahaya menjadikan hidup berkembang menuju pertumbuhan optimal dalam berbagai aspek kehidupan seperti kecerdasan, kekayaan dan berbagai aspek lainnya. Kebaikan bisa kita mulai dari hal-hal sesederhana seperti berpakaian/berpenampilan yang pantas sesuai moment dan tempat, mendengarkan harapan orang tua dan berjuang melakoni. Semua hal baik ini suatu saat akan berbuah kebaikan untuk kita. Sebaliknya Sikap emosional, iri dan berbagai racun jiwa lainnya menjadi penghambat utama bertumbuhnya kasih untuk hidup yang lebih maksimal. Ketika ada totalitas dalam kebaikan maka sesama yang menolak dan memarahi kita akan berubah. Kesetiaan pada kebaikan hidup mengubah cara pandang dan sikap mereka terhadap kita. Bahkan kebaikan hidup mereka bertumbuh kembali karena kebaikan kita. Bagi yang tidak berubah dalam kebaikan justru ketidakbaikannya yang kembali menghukumnya. Orang bodoh, misalnya, akan menjauhkan diri dari diskusi bukan karena dilecehkan orang lain tetapi kebodohannya sendiri yang menyiksanya. Terkadang banyak orang kaya dipandang miring oleh orang miskin padahal kondisi miskinnya sendiri yang memenjarakan dirinya. Kita melemparkan kesalahan kita karena kondisi minor kita pada orang lain bahkan pada Tuhan dengan ungkapan yang sering kita dengar, "ini hukuman dari Tuhan, " Itu balasan dari Tuhan dan berbagai ungkapan bernuansa negatif lainnya. Padahal yang terjadi sejatinya adalah sebaliknya, ketidakbaikan kita menghukum kita sendiri bukan Tuhan karena Tuhan tidak pernah tidak baik.
KEBAIKAN PADA TATARAN SPIRITUAL.
Kebaikan pada dasarnya bernilai spiritual. Tuhan dalam kepenuhan Kebaikan dan KasihNYA selalu menjadi pihak yang menginisiasi dalam memberi. Kita mengimani dan percaya pada Tuhan karena Tuhan terlebih dahulu mengasihi dan menganugerahkan aneka rahmat. Tuhan yang berinisiatif memberi. Dari dasar tataran spiritual ini seharusnya berlaku hukum GIVE AND TAKE, bukan TAKE AND GIVE. Alasan kita mengasihi dan beriman kepada Tuhan terutama karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Kebaikan akan lebih berdaya guna jika kita memberi. Keutamaan memberi membuka pintu-pintu kebaikan untuk berbagi. Kita berhak mengambil (take) jika kita sudah memberi (give) dan bukan sebaliknya. Allah telah menginisiasi kasih dan kebaikan bagi kita maka kita merespon dengan mengimaniNYA dan berbagi kebaikan dan kasihNYA. Mari mendasari kebaikan kita dalam semangat give and take dan bukan sebaliknya.
Porat Antonius
TEAMBHSKOCARKACIRSKK
Niko Boleng.
Comments
Post a Comment