Ilmu Pengetahuan dan teknologi diakui berkembang dengan sangat cepat. Kemajuan dan perkembangannya yang pesat kemudian begitu memanjakan manusia bahkan menjadikan manusia begitu bergantung padanya. Ketergantungan manusia pada IpTek bahkan seolah menggantikan peran Allah dalam kehidupan.
MANUSIA DAN ALAT.
Berkembangnya Matematika, logika matematika dan ilmu lain menjadikan semua hal bisa dihitung dan dianalisa serumit apapun. Kemajuan ini juga mendorong lahirnya Filsafat Positivisme Logis. Aliran Filsafat yang dipelopori oleh Moritz Schlick dalam kelompok Lingkaran Wina pada tahun 1920-an sejatinya hendak menciptakan Filsafat yang ilmiah yang berfokus pada pengetahuan yang bisa dibuktikan secara empiris dan logis dan mengabaikan metafisika yang dianggap tidak bermakna. Opa menjelaskan secara lebih sederhana dari akar kata positif. Positif berakar dari bahasa Latin ponere, meletakan, menempatkan berarti sesuatu yang ditempatkan di depan kita yang kelihatan, yang pasti. Dengan demikian datanya bisa diinderawi. Kemajuan ilmu didukung juga Filsafat terutama Filsafat Positivisme Logis memampukan manusia bisa menganalisa objek secara detail dan juga menciptakan berbagai alat yang sungguh memanjakan manusia. Kemajuan sedemikian sebenarnya juga menghadirkan efek yang justru membunuh manusia. Contoh sederhana ketika manusia menggantikan kaki dengan alat transportasi menjadikan banyak kaki yang harus dipotong karena sakit. Kebingunan karena kemajuan teknologi juga terjadi pada dunia medis. Kebingunan, ketidakyakinan membuat tubuh manusia (pasien) seperti kelinci percobaan. Semakin canggih alat diciptakan bukan mengatasi permasalahan manusia justru yang terjadi sebaliknya. Manusia benar-benar mengabaikan metafisika yang oleh filsafat positivisme logis dianggap tidak berguna. Semua kemajuan dan kecanggihan karena kemampuan manusia malah mendegradasi dan menggeroti kemampuan manusia sendiri. Muaranya manusia dilanda kebingungan dan ketidakyakinan diri. Semua ini menghadirkan malapetaka kehidupan yang semakin rumit tidak saja bagi manusia tetapi juga alam tempat hidup.
MANUSIA SEHARUSNYA BERSANDAR PADA ALLAH BUKAN ALAT.
Ilmu dan Filsafat Positivisme Logis telah mempengaruhi dunia sekian lama. Aliran ilmu dan filsafat yang bertumpu hanya pada objek empiris dan mengabaikan peran Allah. Kemajuannya telah melahirkan berbagai peralatan yang sangat canggih tetapi tetap menghadirkan juga berbagai persoalan. Ilmu kedokteran, misalnya, bergerak dalam hal-hal inderawi ditopang dengan teknologi sedemikian canggih tetapi sejatinya tidak yakin benar karena masih harus dikontrol lagi untuk memastikannya. Dikontrol dan dievaluasi karena tidak yakin, dan kenapa tidak yakin, karena keyakinan itu ada pada manusia bukan pada Allah. Alat yang dipakai itu tetap bersifat pasif dan hanya menyuplai data. Dia cuma alat dan tugasnya hanya membantu. Yang utama adalah manusianya bukan alat. Alat membantu pikiran dan pekerjaan manusia, putusan tetap pada manusia. Alat bisa diganti-ganti, manusia tidak bisa diganti. Kita bisa mendapatkan alat yang lain untuk melayani manusia yang sama. Kita tidak bisa mengganti manusia untuk dicocokan dengan alat. AI sekalipun bergantung pada data yang diinput, ada saatnya cocok tetapi pada waktu yang lain bisa berubah dan tidak cocok. AI pun cuma alat yang pada waktunya bisa kita ganti. Manusia tidak mungkin bisa diganti. Manusia tetap berposisi menentukan di hadapan fasilitas sekaliber AI sekalipun. Manusia telah terjebak pada kesalahan fatal mengganti mulianya manusia dengan alat. Komunitas SKK telah mengembalikan mulianya manusia karena bersandar pada Allah bukan pada Alat. Ini tidak berarti Komunitas SKK mengabaikan ilmu dan teknologi melainkan menempatkannya pada tempat semestinya, yang hanya membantu bukan menentukan putusan, karena putusan tetap pada manusia yang telah membiarkan dirinya dalam Allah. Ketidakyakinan dan kepanikan itu ada pada manusia walaupun dikelilingi berbagai peralatan secanggih apa pun. Dalam Allah tidak ada ketidakyakinan dan kepanikan. Ini telah Komunitas SKK buktikan ketika bencana covid 19. Ketika yang lain tenggelam dalam kepanikan, komunitas SKK malah tetap berkarya dan berkreasi dalam Allah. Kepanikan akan hal-hal dianggap mematikan seperti covid 19 tidak begitu berpengaruh pada komunitas SKK karena tidak bergantung pada alat - alat itu melainkan pada Allah. Ketika dunia panik kita tidak panik bukan karena kita memiliki teknologi lebih atau memiliki harta berlebih tetapi karena kita mempunyai Tuhan. AI sekalipun berfungsi tetap tergantung pada manusia. Manusia bisa saja menggunakan bantuan AI tetapi keputusan tetap pada manusia. Yang memilih untuk menggunakan alat yang mana tetap ada pada manusia. Manusia dengan bantuan berbagai alat dan teknologi seharusnya lebih cerdas dalam membuat putusan. Keputusan dalam memilih makanan, dan berbagai keputusan lain semestinya lebih baik tetapi faktanya makanan yang dipilih justru menyebabkan seseorang sakit, kegemukan dan sebagainya. Ini yang tidak disadari Kaum Positivisme logis. Dalam Komunitas SKK Allah membantu kita mengambil keputusan yang tepat. Karena itu pengetahuan dan data kita tentang makanan misalnya dirombak, diganti dari yang salah menjadi yang benar. Sebelum bergabung dengan SKK kita membeli makanan dan lain-lainnya berdasarkan data dan pengetahuan yang kita miliki sepandangan dengan Filsafat Positivisme Logis, sekarang kita melibatkan Tuhan sehingga putusan kita tentang makanan yang cocok dalam bimbingan Opa. Ukuran kecerdasan manusia paling hanya sampai pada seberapa banyak data dan ilmu yang dikuasai. Ada banyak orang yang tahu banyak tetapi tidak menghasilkan sesuatu yang berguna banyak karena dia tidak mampu membangun sesuatu yang baru yang juga disukainya. Hanya orang cerdas yang memutuskan yang benar yang bermanfaat bagi banyak orang. Dunia medis sekarang tidak sesuai harapan karena salah mengambil putusan bukan pada data dan pengetahuannya tetapi pada pilihan melibatkan Allah pada putusannya. Berjalan kaki itu melelahkan, lalu orang membuat alat bantu transportasi yang semakin memanjakan manusia, dan muaranya pada timbulnya berbagai penyakit karena manusia kurang bergerak. Munculah ilmu sekarang bahwa kesehatan bermula dari kaki maka mulailah anjuran mulai ber-kaki lagi. Manusia menemukan teknologi pengawetan melalui kulkas dan sekarang memanen berbagai penyakit karena teknologi ini. Ada lagi teknologi pewarnaan makanan, pengharum, dan sebagainya dan semua berujung pada masalah kesehatan manusia. Semua ini mendorong perubahan tekhnologi atau alat lagi dan lagi dan jika kita bergantung hanya pada alat maka yang kita panen adalah setenga mati. Komunitas SKK melalui BHS Opa Anton sudah membangun kita dalam kesederhanaan hidup, melibatkan Tuhan dalam berbagai putusan maka kita terbebas dari ketergantungan pada alat dan memanen hidup yang sungguh menghidupkan. Tuhan menuntun kita mengambil sikap yang tepat ketika dunia terjerumus pada putusan yang salah karena bergantung pada alat. Rasa nyaman itu bukan usaha manusia semata, kalau rasa nyaman karena upaya kita saja kita menjadi tidak betah, ketika kenyamanan itu dianugerahkan oleh Allah maka kita akan teguh seperti batu karang. Salam Sukacita 😍
PORAT ANTONIUS
#TEAMBHSKOCARKACIRSKK by Niko Boleng
Comments
Post a Comment