Ketika berada di ruang tunggu Bandara Soeta - Jakarta.
Opa berbicara kembali tentang Kesaktian Tubuh dan Kesaktian Jiwa.
Opa mempertajam kembali dengan menghadirkan Kisah Kesaktian Bandung Bondowoso dan Loro Jonggrang. Berikut beberapa hal baru yang bisa menjadi pelajaran hidup kita
GAGALNYA PENYATUAN KESAKTIAN.
Kisah Bandung Bondowoso dan Loro Jonggrang sesungguhnya mewakili dua kesaktian yang ada pada manusia. Bandung Bondowoso mewakili kesaktian jiwa. Walaupun gagal membangun candi sesuai permintaan Loro Jonggrang tetapi hasil karyanya tetap abadi. Itulah ciri kesaktian jiwa, ia akan menjadi Monumen Keabadian. Pada Loro Jonggrang kita menyaksikan kesaktian tubuh. Kesaktian tubuh terpampang nyata melalui kecantikan raganya. Selain kecantikan tubuh, kesaktian fisik lain dari Loro Jonggrang adalah kecerdasannya. Dengan akal cerdiknya dia menggerakan orang-orangnya memancing ayam berkokok tanda pagi sudah datang. kecerdasannya menggagalkan karya Bandung Bondowoso. Kecerdasan perlu selalu diingat menjadi bagian dari Kesaktian Tubuh bukan Jiwa. Orang dewasa ini umumnya memandang ratio sebagai kesaktian jiwa hingga menempatkanya pada posisi terlalu istimewah. Kesaktian tubuh sedemikian menjadikan Loro Jonggrang sombong. Sombong karena kecantikannya dan dengan kecerdasannya menekan Bandung Bondowoso dalam kelicikannya. Banyak pengalaman memperlihatkan bahwa orang cerdas sering meremehkan orang, menutup akses bagi orang lain untuk berkembang dan dengan segala cara menekan orang agar menjadi satu-satunya orang yang cerdas. Inilah ciri kesaktian tubuh.
BAGAIMANA SEHARUSNYA KOMUNITAS SKK.
Melalui BHS, Opa selalu membimbing kita untuk menyatukan dua kekuatan utama manusia yaitu kesatian jiwa dan kesaktian tubuh. Perpaduan dua kesaktian ini akan menghadirkan Monumen karya yang abadi. Benarlah ajaran Fides et Ratio (Iman dan Ratio) dengan sedikit penekanan yang berbeda. Kata ET (dan) bukan mengandaikan kesetaraan tetapi bahwa Fides lebih dari Ratio karena Fides berkaitan dengan jiwa yang abadi dan ratio dengan fisik yang fana sifatnya. Kita perlu mengingat lagu menjelang Paskah dengan syair penuh makna " Iman yang menolong budi, indra tak mencukupi." Kesaktian Jiwa harus menjadi yang utama dan menjadi kekuatan lahirnya kesaktian tubuh. Kesaktian tubuh yang menjadi ekspresi kesaktian jiwa akan menjadi Monumen karya yang abadi. Monumen karya yang monumental. Inilah nilai lain dari kisah monumental Bandung Bondowoso. Mari terus berjuang bersama meningkatkan kesaktian jiwa agar terus menghadirkan kesaktian tubuh yang abadi dan monumental. Salam Sukacita. 😍
PORAT ANTONIUS
#TEAMBHSKOCARKACIRSKK by Niko Boleng.
Comments
Post a Comment