Adakah Ia menemukan Iman di dunia ini? Demikian pertanyaan yang sekaligus menjadi ayat penutup bacaan Injil hari ini dari Luk 18:1-8. Pertanyaan yang sama bisa kita tanyakan sekaligus menjadi refleksi diri, adakah Iman itu di hatimu, adakah Iman itu dalam jantung kebersamaan kita. Yesus hanya bertanya tentang Iman, Ia tidak bertanya tentang perang, juga tidak bertanya tentang misi. Perang tidak perlu dipertanyakan karena perang selalu ada, demikian pun misi tidak menjadi pertanyaan karena misi tanpa Iman adalah mustahil. Pertanyaan tadi hendaklah menjadi pertanyaan kita setiap saat. Bertanya tentang apa itu Iman bisa saja membingungkan dan selalu menjadi perdebatan jika kita diskusikan. Yang sekarang diterima umum adalah kita memiliki (1) pengetahuan tentang Allah. Bahwa keselamatan itu datangnya dari Allah bahkan di bumi ciptaanNya yang selalu ada perangnya. Yang kita miliki berikutnya (2) adalah percaya. Kita percaya bahwa Allah menyelamatkan kita. Kita percaya bahwa kita akan mencapai misi hidup kita pada perang dalam kehidupan kita masing-masing. Itulah Iman, tetapi sejatinya iman tidaklah cukup sampai di situ. Nomor 1 dan 2 dari diskusi tentang Iman masih berkutat pada tataran pengetahuan. Hal ini tidaklah memadai. Kita seharusnya sampai pada hal penting berikut (3) bahwa Iman itu haruslah berbuah. Iman dikenal dari buah dan ekspresinya. Buah Iman yang terlihat nyata dari bacaan adalah (a) taat kepada pemimpin sebagaimana yang ditunjukkan Yosua yang taat kepada Musa; (b) bekerjasama saling membantu sebagaimana terlihat pada bacaan pertama; (c) terus berkomunikasi dengan Allah sebagaimana dicontohkan oleh si janda dalam bacaan Injil; itulah buah2 atau ekspresi sederhana dari Iman. Bacaan-bacaan yang ditampilkan hari ini menekankan secara khusus tentang Iman. Inilah kekuatan kita menghadapi perang di dunia ini yang tidak akan pernah berakhir. Perang perbedaan pendapat terjadi di mana-mana termasuk di rumah tangga masing-masing. Di mana pun kita berada selalu ada perang tentang apapun. Misi kita adalah bersandar pada kebenaran yang ditunjukkan oleh Yesus seperti dalam bacaan Injil. Kita berpijak pada kebenaran Yesus. Dengannya kita terus berjuang mengalahkan yang buruk atau yang tidak benar sampai memenangkan perang itu. Kemenangan seorang beriman berbeda dari kemenangan orang tidak beriman. Kemenangan orang beriman bukan berciri yang lain mati, dan kita hidup, bukan yang lain menangis dan kita bersorak-sorai. Kemenangan orang beriman pada perang dalam kehidupan ini adalah tertawa bersama, senyum bersama, makan bersama. Secara khusus Opa berterimakasih pada BHS Bandung bahwa selama 17 tahun telah merayakan kebersamaan sebagai orang beriman yang menang dalam perang kehidupan di sini. Iman itulah yang menaklukan segala bentuk perbedaan baik jabatan, warna kulit bahkan agama sekalipun. Mari terus bersandar pada kebenaran iman, tekun menghadapi berbagai perang kehidupan lainnya hingga akhirnya merayakan kemenangan bersama sesama. Salam Sukacita 😍
Porat Antonius
TEAMBHSKOCARKACIRSKK.
👍❤😀
Niko Boleng.
Comments
Post a Comment