Beragama sekian lama sepertinya tidak membawa perubahan dalam beriman maupun dalam kehidupan pada umumnya. Hidup di negara yang tidak memperlihatkan beragama dalam kartu identitasnya ternyata lebih baik hidupnya secara ekonomi dan lebih damai secara sosial dibandingkan di negara yang agamanya wajib dicantumkan dalam kartu identitas dirinya. Realita ini menghadirkan aneka pertanyaan salah satunya adakah yang salah dengan kehidupan beragama kita? Kedua, sudah benarkah hidup beragama itu identik dengan beriman?
Berikut Opa mengajak kita menjalankan hidup beriman secara benar.
BERAGAMA YANG BENAR DAN BERIMAN YANG BENAR.
Banyak dari antara kita yang sudah merasa bertekun dalam beragama yang identik dengan beriman. Tetapi hidup sepertinya tidak lebih baik secara ekonomi dan tidak lebih baik secara sosial. Keluhan tetap menjadi makanan harian bahkan Keluhan yang sama juga diungkap dirumah-rumah Ibadat.
Mestinya beragama dan beriman menjadi ciri pembeda yang lebih bercahaya dan lebih nyata dalam arti lebih baik dari pada yang tidak beragama dan tidak beriman yang terjadi sebaliknya. Opa menjelaskan bahwa kondisi ini terjadi karena kita keliru memandang beragama sudah sama dengan beriman. Contoh paling nyata terwujud dalam cara kita berdoa sebagai bentuk ekspresi beriman. Secara terang benderang dalam iman diajarkan bahwa Manusia adalah ciptaan Allah. Dalam ajaran Kristiani *manusia adalah Anak Allah. Realitas ini berbanding terbalik dengan doa dalam ritual beragama di mana Manusia menempatkan diri sebagai Raja dan Allah sebagai Hamba yang siap diperintah dan siap melayani perintah Sang Raja. Meskipun dibungkus dalam untaian kata yang indah relasi manusia sebagai raja dan Allah sebagai hamba tidak bisa disembunyikan. Relasi seperti ini tidak disadari sebagai salah satu penyebab bahwa orang tidak beragama lebih baik hidupnya secara ekonomi dan lebih damai secara sosial karena mereka lebih sibuk memperjuangkan yang menjadi kerinduan mereka. Kesungguhan seperti ini tidak diterjadi pada orang yang mengaku beragama dan beriman. Ini terjadi karena kita yang beragama dan beriman lebih sibuk merumuskan doa untuk mengatur Allah daripada melakukan apa yang dikehendaki Allah. Contoh dalam Bacaan Pertama, ketika Habakuk meminta Allah menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Yang terjadi harapan tidak terwujud. Cara Habakuk dikoreksi oleh Yesus dalam bacaan Injil. Dalam Injil dijelaskan agar manusia setia menempatkan diri sebagai hamba yang siap melaksanakan kehendak Allah. Sebenarnya ada nilai lebih pada orang yang percaya pada Allah, karena kita terus bekerja bersama Allah, menjadi co-creator, secara sadar. Kita pun sebenarnya tidak bisa juga mengatakan bahwa orang yang tidak percaya itu tidak dikasihi Allah. Bayangkan semut saja dipelihara Allah, apalagi manusia sebagai puncak ciptaanNYA. Allah sejatinya tidak pilih kasih, seperti hujan, matahari, oksigen dianugerahi bagi semua tanpa memilah-milah. Meskipun demikian ada kelebihan pada orang yang percaya karena konsentrasinya ada pada melakukan apa yang dikehendaki Allah secara sadar. Karena itu orang yang bersama Allah tidak akan pernah merusak bumi. Orang yang bersama Allah mustahil mengeksploitasi alam apalagi mengeksploitasi sesama. Orang yang bersama Allah selalu memiliki energi untuk membawa damai yang dari Allah. Itu sesungguhnya kelebihan orang percaya sejauh kita tidak salah dan keliru menempatkan diri terhadap Allah Sang Pencipta kita. Dalam konteks Komunitas SKK Lampung khususnya keluarga dalam rumah ini menjadi saksi nyata bersama Allah menolong orang sakit, menjadi rahmatan lil'alamin bagi sesama. Di Rumah ini banyak orang tertolong tanpa sekat. Rahmat terjadi lintas batas kategori manusia, menjadi co-creator bersama Allah menolong siapa pun. Mari keluarga SKK bersama Allah, me jadi co-creator, menampakan Rahmatan lil'alamin bagi sesama. Inilah bertekun dalam iman secara benar sehingga semakin banyak orang mengalami sukacita bersama dan dalam Allah. Hal ini bukan tanpa kesulitan tetapi bagi yang selalu bersama Allah kesulitan tidak lagi dipandang sebagai hambatan bertekun dalam kebaikan sesuai kehendakNYA. Kesulitan malah menjadi kekuatan tambahan untuk menyelesaikan persoalan satu per satu. Kerinduan keluarga ini bertahun-tahun untuk mendapatkan seorang anak perempuan menyatakan karena telah teruji menjadi pelaku Rahmatan lil'alamin. Kita orang percaya memiliki kelebihan bertekun dalam iman sesuai kehendak Allah. Ini yang tidak ada pada orang tidak percaya karena mereka bertekun tanpa menyadari kehendak Allah bagi mereka. Yang seperti ini lebih mudah terjebak pada sikap menyalahgunakan kekuasaan, salah memanfaatkan teknologi, salah menggunakan kata-kata yang seharusnya tidak terjadi pada orang percaya yang selalu bersama Allah. Diri orang percaya sungguh dimanfaatkan secara benar. Tidak merusak alam, haram mengeksploitasi alam dan sesama, kita bahkan hadir untuk menghadirkan kondisi terbaik yang sesungguhnya harus terwujud. Kita tidak perlu terjebak pada teori tentang kerukunan, kita malahan menjadi pelaku kerukunan bahkan kerukunan yang membawa berkah. Kerukunan keluarga ini telah menghadirkan berkah kesembuhan yang belum tentu didapatkan di RS manapun. Toleransi politis tidak banyak berdampak, tetapi toleransi ala SKK di rumah ini berdampak berkah. Mari Komunitas SKK terus menjadi co-creator bersama Allah yang pastinya menghadirkan berkah bagi sesama.
PORAT ANTONIUS
TEAMBHSKOCARKACIRSKK.
Niko Boleng.
Comments
Post a Comment