Skip to main content

ALAM SEBAGAI EPIFANI ALLAH - BHSO 23 September 2023

Ilmu pengetahuan memahami bahwa lingkungan alam terhubung dengan manusia. Bentuk-bentuk hubungan itu dikaji dan dijadikan pelajaran mengenai bagaimana seharusnya manusia membina relasi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam bentuk yang lebih konkrit, wujud relasi itu dinyatakan melalui tindakan menanam pohon, mengelola sampah, mengurangi plastik, mengurangi penggunaan energi fosil, dan seterusnya. Tindakan-tindakan semacam ini sering pula didukung oleh pengembangan inovasi dan teknologi agar manusia lebih hemat dan lestari terhadap alam. Semuanya itu adalah ekspresi kesadaran manusia sebagai buah dari kecerdasannya membaca dan memahami alam.


Namun, lebih dari sekedar ilmu pengetahuan, kesadaran yang seharusnya dimiliki manusia adalah bahwa dirinya dibentuk dari alam dan kembali kepada alam. Kesadaran ini adalah kesadaran eksistensial yang muncul karena panggilan iman bahwa manusia diciptakan Tuhan. Seperti dituturkan dalam Kitab Kejadian yang menjadi pegangan agama-agama Samawi, cinta Tuhan0 terhadap manusia dinyatakan melalui kekayaan lingkungan. Allah menciptakan

burung-burung, binatang di darat, laut, sungai, dan semua isi jagat raya untuk menjadi sahabat manusia.


Kesadaran yang demikian ini menempatkan alam sebagai wajah kasih Allah. Alam adalah epifani Allah. Ia menyediakan makanan dan kondisi yang memungkinan untuk manusia hidup. Alam tidak berhenti memberikan susu dan madu, sebagaimana Allah tidak pernah berhenti mencintai manusia. Melalui alam, manusia diingatkan kembali pada cinta Tuhan yang memberikan udara, sinar matahari, air, dan segala isi bumi kepada semua orang, tanpa kecuali. Sebab itu, alam adalah salah satu sahabat setia yang mewakili Tuhan untuk manusia. Dengan memelihara alam, manusia merawat relasi dengan Allah dan merawat dirinya sendiri. Manusia adalah ekologi mikro atau alam semesta mini. Merawat diri harus disertai dengan merawat alam karena keduanya adalah satu kesatuan yang terhubung oleh pencipta yang sama. 


Sayangnya, kesadaran manusia modern tenggelam oleh pandangan bahwa manusia merupakan makhluk berakal. Dengan akalnya itu, tiap waktu manusia mempelajari dunia dengan berbagai metode, kemudian diakumulasi menjadi ilmu pengetahuan. Dari pengetahuan itulah manusia menerabas semesta. Manusia mengeksploitasi alam karena ekologi dipandang sebagai obyek atau yang kerap disebut sebagai pendekatan antroposentrisme. Yakni, manusia adalah pusat dari segala sesuatu. Sementara alam adalah objek yang dieksploitasi untuk manusia, sang pusat. Dominasi ilmu pengetahuan membuat perilaku manusia terhadap lingkungan bukan lagi suatu bina relasi, tetapi onar relasi. 


Rusaknya alam juga diikuti dengan rusaknya tubuh manusia. Gejolak yang terjadi pada tubuh merupakan cermin dari huru hara yang terjadi pada alam. Alam yang rusak muncul dalam bentuk jenis penyakit yang makin banyak. Tidak mengejutkan bila di negara-negara berkembang banyak sekali  jenis penyakit. Karena, banyak investasi kotor negara-negara maju dilakukan di negara-negara berkembang. Akibatnya, manusia di negara berkembang menderita. Sementara di negara maju, manusianya lebih sehat. Tetapi lambat laun kerusakan yang sama juga dialami negara-negara maju. Penyakit yang dialami di negara berkembang juga dirasakan oleh negara maju. 


Merawat dunia ini menjadi indah adalah upaya menyatukan potongan-potongan wajah Allah yang jahitannya terlepas akibat perilaku manusia. Ini merupakan ecological mission semua orang beriman. Setiap orang yang percaya pada Tuhan seharusnya adalah orang-orang yang sungguh hati mencintai lingkungan. Karena alam sesungguhnya merupakan epifani Allah yang setia menemani manusia.


Porat Antonius



by : TEAM BHSO KOCARKACIR

Comments

  1. halo kak, salam kenal, saya boleh simpan dan share juga pesan2 yang saya belum punya? terima kasih.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...