Bacaan pada Minggu ini dengan tegas menggambarkan bahwa Allah itu mengasihi manusia. Allah setia dalam kasih dan setia memupuk kasih itu dengan sabar, supaya kasih itu berbuah pada manusia dan buahnya itu juga untuk manusia. Penderitaan atau kematian yang digambarkan pada bacaan Injil bukan karena Allah tidak setia dalam kasih. Penderitaan yang digambarkan itu merupakan buah dari tindakan manusia menolak kasih Allah atau tindakan manusia yang lain yang merasa berkuasa atau merasa memiliki kuasa lebih dari Allah.
Berkaitan dengan masa pertobatan ketiga bacaan menggambarkan kepada umat beriman tentang Allah dan tentang manusia secara serempak. Kasih diberikan kepada manusia supaya kasih pada manusia itu lebih besar atau sebagai wadah penyalur kasih Allah untuk membebaskan orang lain terutama membebaskan orang yang tidak memiliki kasih yang cukup untuk membebaskan dirinya sendiri.
Setialah kepada Allah, setia pada kasih : Itulah salah satu bentuk pertobatan. Dengan setia pada Allah dengan sendirinya menutup peluang dan ruang bagi setia pada kejahatan atau kesombongan. Sebaliknya yang setia pada kejahatan dan kesombongan bisa meredupkan kasih Allah. Tetapi segelap apapun gelap, tidak mungkin menghalau terang sekecil apapun terang itu. Terang kasih Allah tetap menyala pada manusia segelap apapun manusia itu. Yang penting bertobat dengan cara mulai mengikuti terang itu. Terang itu adalah kasih. Terang itu senyum. Terang itu rajin. Terang itu sabar. Terang itu setia. Terang itu tidak memegahkan diri dan seterusnya. Yang selalu tersenyum tidak memberi ruang untuk merengut yang merupakan dosa. Yang rajin hanya sedikit memberi ruang untuk malas yang merupakan dosa. Yang sabar akan tidak tahu marah itu seperti apa, marah merupakan dosa. Yang rendah hati tidak memberi ruang kepada yang sombong yang merupakan dosa dan seterusnya. Ikutilah terang itu sekecil apapun terang itu dengan cara menimba terang dari Allah. Allah akan tanpa kita sadari terus menambahkannya supaya pada waktunya hanya terang itu yang menguasai hidup kita. Itulah tobat. Yang penting mulai bukan akhir. Yang akhir itu cuma satu dari yang mendahuluinya.
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan, karya Porat Antonius
Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi C, Buku Jilid 2
_edian_
Comments
Post a Comment