Skip to main content

Mengandalkan Tuhan - BHSO Smg dan Palembang 19 Feb 22

 Perubahan cuaca yang berlangsung sekarang ini seringkali memicu gejala tertentu pada tubuh. Reaksi tubuh terhadap perubahan cuaca adalah batuk, pilek, dan panas. Anggota SKK yang rajin minum air, makan daun pepaya, dan rajin autophagy, hanya sedikit yang mengalami gejala seperti itu. Namun yang lebih penting dalam situasi saat ini adalah anggota SKK tidak sebingung mereka yang mengandalkan kebenaran dari ilmu pengetahuan. Sebenarnya, kalau kita mengandalkan kemampuan menganalisis, kita tidak pernah sampai pada kebenaran., Penelitian secanggih apapun, selalu ada sisa masalah yang perlu diselesaikan melalui penelitian lain. Sejak abad ke-16, manusia mengandalkan rasio untukmengatasi masalah kesehatan tetapi hingga saat ini masih banyak hal yang belum bisa dijawab.  


Tidak pernah ada dalam sejarah pandemi orang divaksin 2X seperti yang terjadi dalam kasus Covid saat ini. Namun dalam perjalanannya, vaksin ini dilakukan 2 kali, plus booster. Pilihan itu dilakukan karena dunia medis yang rasional pada dasarnya bingung, apakah sekali vaksin cukup atau dua kali. Apakah booster nanti akan cukup menghadapi covid. Bingung! Terlepas dari ada isu lain (bisnis/politik) yang memboncengi kebijakan vaksin double ini, peristiwa ini menggambarkan bahwa tidak ada kepastian ketika kita mengandalkan ilmu. Dalam injil orang Kristen, sikap hidup yang mengandalkan kepastian duniawi diumpakan seperti orang yang membangun rumah di atas pasir. Ketika hujan badai datang maka ambruklah rumah itu. Bersyukurlah anggota SKK membangun rumah di atas cadas. Tidak goyah menghadapi simpang siur isu Covid. Walaupun mengikuti kerumitan aturan negara, anggota SKK tetap tidak goyah. Banyak anggota SKK yang tidak takut Covid. Barangkali kalau tidak diwajibkan vaksin, banyak anggota SKK yang tidak akan memilih vaksin. Tetapi karena kita hidup dalam negara, kita ikuti kewajiban ini.  


Jadi sekarang ini, ketika reaksi tubuh terhadap perubahan cuaca ditest di laboratorium, alat itu hanya akan memberikan indikasi Covid baru atau tidak. Alat tidak akan memberikan jawaban bahwa gejala yang kita alami adalah reaksi tubuh akibat perubahan cuaca. Hasilnya hanya A atau B. Alat yang hanya mengukur seperti itu barangkali benar menurut kemampuan otak manusia, tetapi tidak benar menurut tubuh manusia. Pada dasarnya tubuh manusia sangat canggih. Misalnya, bagaimana kita makan makanan yang sama tetapi reaksinya pada tubuh berbeda-beda. Ada yang menyehatkan, tetapi ada yang justru mendatangkan sakit. Contoh, duren bagi orang tertentu dapat memicu jantung, diabetes, darah tinggi atau maag. Tetapi bagi orang lain justru menyehatkan. Perbedaan ini terjadi karena tubuh manusia dirancang secara berbeda-beda sehingga mempunyai sensitivitas yang berbeda terhadap makanan. Anggota SKK bersungguh-sungguhlah. Yang beruntung adalah anda sendiri.


Terakhir yang mau disampaikan adalah jangan takut mati. Sampai hari ini, dokter yang mengumumkan bahwa omicron bisa menyebabkan kematian, pada akhirnya mereka sendiri tetap mati juga. Ada pula yang mengklaim bahwa suatu saat manusia tidak mati karena ditopang artificial intelligence. Tetapi kalau manusia tidak mati, sampai sejauh mana bumi bisa menopang pertambahan jumlah penduduk dunia. Karena itu, tidak mungkin manusia tidak mati. SKK  harus tetap menerima kematian, bukan karena penyakit tetapi karena waktunya memang meninggal. Tesis bahwa kita mati karena penyakit, dibantah oleh cerita covid itu sendiri. Menurut ilmu, mereka yang mati adalah penderita komorbid. Tetapi seperti kita saksikan di SKK mereka yang masuk kategori komorbid itu justru aman-aman saja. Bahkan mereka tidak kena covid.  Harusnya, merekalah yang paling banyak yang mati. 


Mari kita mengembalikan dunia medis ke tujuan sesungguhnya untuk membawa sukacita bagi dunia. Kita minta mereka yang jadi dokter, seperti dr. Wahyu,dr. Eny, dr. Erlyn, jangan lupa sisipkan kasih dalam melayani orang sakit. Hidupkan lagi placebo karena awalnya placebo terbukti menyembuhkan banyak penyakit. SKK selama ini telah menunjukkan cara hidup  placebo. Hanya bercanda, bersukacita, maka sakitnya sembuh. Disitulah Tuhan hadir. Di hadapan Tuhan, tidak ada impossible, tetapi I’m possible. Kita  semua diundang untuk mendukung orang lain untuk menjadi I’mpossible.


NB;

Bacalah dengan sungguh2 pesan ini sebagai refleksi kehidupan kita sehingga dapat menguatkan iman didalam menjalankan hidup di tahun rahmat.


TEAM BHSO KOCARKACIR.

Comments

Popular posts from this blog

Jangan Takut, Allah Menyertai Kita - Oleh Porat Antonius - BHSO Klaten 7 Agt 2021

Kita diminta jangan takut. Kalau kita takut, banyak hal yang buruk terjadi pada kita. Bersukacitalah. Sebenarnya dalam ilmu kedokteran, sukacita sudah diakui sebagai obat dan sudah dirumuskan dalam apa yang disebut Placebo. Dari bahasa Latin, placebo domino in regione vivorum. Secara mudahnya diterjemahkan “Saya bersukacita karena Allah hadir dalam hidup dalam hidupku”. Namun belakangan ini muncul istilah Nocebo, menakut-nakuti. Orang ditakuti-takuti dengan penyakit sampai harus makan obat seumur hidup. Tidak disadari banyak orang, bahwa pandemi sekarang ini adalah wujud nocebo. Diekspos kemana-mana virus ini sudah ada varian baru, varian ini dan itu. Itu semua meningkatkan ketakutan kita. Karena itu, makin banyak yang menderita karena makin cemas. Apalagi, setelah vaksin pertama kena covid, vaksin kedua masih takut. Masih takut lagi maka ditambah dengan booster. Akhirnya tubuh kita penuh vaksin. Ini semua praktek nocebo. Saya minta anggota SKK tidak perlu takut.  Sebagai warga neg...

Sehat Ditentukan Oleh Allah - BHSO Lampung Makassar 4 Feb 23

Untuk yang baru, selamat meninggalkan cara berpikir medical-based. Selama ini, manusia modern melihat cara berpikir medis sebagai yang terbaik yang menjawab masalah kesehatan kita. Hari ini, Bapak/Ibu yang baru bergabung diajak masuk ke suatu cara yang dianggap oleh dunia modern sebagai tradisional. Tetapi apapun label yang dunia sematkan, sudahlah. Yang penting kamu berani meninggalkan cara pikir yang diagung-agungkan banyak orang.  Hari ini ditegaskan sekali lagi bahwa sehat itu sebenarnya ditentukan oleh Allah. Bukan oleh alat. Karena itu, Bapak/Ibu diajak agar dengan cara hidup masing-masing, cara agama masing-masing, “Mari kita kembali pada Allah”. Saya (Opa Anton) menjadi seperti sekarang ini bukan karena hasil belajar. Saya bisa mengetahui sakit dan penderitaan Bapak/Ibu secara detail, bukan karena memiliki kepakaran medis. Informasi kesehatan personal termasuk apa yang menyebabkan Bapak/Ibu sakit dapat diakses secara mudah dari Allah. Sayangnya karena keterbatasan waktu, sa...

PESAN - Oleh Rafael - TDM 20 Februari 2025

PESAN MALAIKAT RAFAEL  Pesan ini singkat… kalian dengarkan baik2, pesannya singkat. Tapi saya mau koreksi tentang kata PESAN.   Pesan itu sesuatu yang disampaikan, kalian belum memiliki apa yang dipesankan. Kalian mendengarkan kata2 itu  masuk ke dalam diri kalian tetapi ia akan hanya menjadi kata2.  Kata2 itu apa sih….kata2 itu adalah sesuatu yang menentukan dalam pikiran kalian…  kata2 bisa menjadi sebuah energi, pendorong untuk kalian bisa melakukan sesuatu. Tetapi kata2 hanya akan menjadi kata2, walaupun kata2 itu sendiri punya energi. Tetapi ketika tidak digunakan kata2 itu hanyalah kata2.. misalnya kata cantik… ada energi dari kata cantik itu… energi yang mungkin selama ini tidak dipandang sebagai suatu hal atau energi yang bisa menghidupkan diri kalian… saya hitam misalnya…yah sudah…kalian akan menerima diri kalian sebagai orang yang hitam…tapi dunia membentuk hitam itu sebagai sesuatu yang negative. Sesuatu yang membuat kalian ooo saya berbeda dan saya y...