Skip to main content

Allah Akan Menggenapinya - Eksegese Minggu Biasa ke 3 Tahun C

 Pada zaman ini muncul berbagai macam organisasi. Berdasarkan profesi , berdasarkan wilayah,  berdasarkan hobi dan lain sebagainya. Organisasi itu dibentuk karena manusia tidak dapat menyelesaikan masalah dengan bekerja sendiri-sendiri , baik dalam arti perorangan maupun sendiri dalam arti organisasi kecil saja.

Ketiga bacaan hari ini menggambarkan Allah yang hadir ke tengah dunia untuk memberi contoh tindakan bersama yang seharusnya terjadi pada manusia. Landasan yuridis tindakan  yang di harapkan Allah adalah kitab suci. Dengan menyadari posisi masing-masing satu terhadap yang lain dan posisi secara bersama terhadap Allah maka tugas manusia menjadi mudah. Semua manusia berkiblat pada Sabda Allah,  berkiblat pada roh yang berdiam dalam diri manusia dan mengikuti cara Yesus dalam mengendalikan hidup sosial. Dengan kata lain manusia secara bersama mendengarkan perintah Allah dengan sungguh-sungguh, kemudian melakukannya dengan sungguh-sungguh pula sesuai Karunia masing-masing tanpa mengevaluasi orang lain karena roh Allah sendiri yang akan menilainya.

Itulah yang diwartakan melalui ketiga bacaan diatas. Itulah cita-cita Allah. Yang diharapkan adalah cita-cita Allah itu juga menjadi cita-cita manusia terutama cita-cita orang beriman. Banyak orang yang hanya mempunyai Daftar cita-cita hidup. Di Gereja banyak doa yang berisi proposal cita-cita yang biasanya dimulai dengan kata "semoga atau kiranya" supaya Tuhan yang memenuhi. Dalam hidup sehari-hari juga sama:  banyak cita-cita, orang lain yang diharapkan menjadi alat untuk memenuhi harapannya.

Melalui bacaan di atas manusia umumnya dan orang beriman khususnya diingatkan dan disegarkan kembali untuk menjadikan Allah dengan rohNya sebagai landasan bertindak dalam mewujudkan cita-cita. Kemudian manusia diingatkan untuk melihat bahwa yang penting itu bukan manusia, melainkan Allah sendiri. Artinya rumusan Allah dan cara bertindak menurut hukum Allah itu yang penting dan menjadi dasar dalam bertindak untuk menggapai cita-cita.

Cita-cita manusia tidak banyak yang tercapai karena manusia belum menggunakan Allah sebagai sumber merumuskan cita-cita kehidupan. Manusia menganggap dirinya sendiri sebagai sumber yang merumuskan cita-cita kehidupan. Selain itu manusia enggan dipimpin oleh roh yang dapat menyatukan semua manusia dengan karunia yang berbeda-beda. Melalui bacaan hari ini manusia umumnya dan umat beriman diingatkan untuk menjadikan Allah sebagai modal hidup bersama mulai dari merumuskan cita-cita hingga mewujudkannya.

Bacaan bacaan diatas mengajak manusia untuk memulai mewujudkan cita-cita yakni memulai dari diri sendiri. Pandanglah tubuh sendiri sebagai representasi organisasi apik dengan kompleksitasnya sebagai buatan Allah sendiri. Tubuh itu bekerja bukan karena dipimpin otak (selama ini salah dikira). Tubuh manusia dalam mengatur seluruh tindakan organisasinya itu dipimpin oleh roh yang berbicara melalui jiwa. Tanpa jiwa tubuh akan membusuk berantakan. Supaya roh itu terdengar, besarkanlah jiwa dengan nutrisi jiwa : yakni kasih. Roh di dalam tubuh juga akan menjadi penuntun dalam mewujudkan cita-cita pribadi pun cita-cita bersama.

Ketika mempunyai cita-cita dalam hidup rumuskanlah cita-cita itu bersama roh. Kemudian wujudkanlah diam-diam bersama roh. Tidak perlu membuang-buang tenaga untuk berkoar-koar tentang cita-cita apalagi berbicara dari mimbar kekuasaan. Tunjukkanlah hasilnya. Percayalah banyak yang akan mengikuti. Karena manusia memang dapat belajar dari kata Tetapi lebih banyak belajar dari hasil tindakan yang bisa dilihat didengar dikecap dan dicium. Ketika dalam proses mewujudkannya manusia mungkin mengalami kekurangan Secara manusiawi. Percayalah Allah akan menggenapinya.


Cuplikan dari buku Eksegese Orang Jalanan 

karya Porat Antonius

Buku Jilid 2 Tahun Liturgi C

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...