Skip to main content

Totalitas Allah dan Parsialitas Manusia - Eksegese Minggu Biasa 32 Tahun B

 Banyak orang beriman mengenal tentang kata mukjizat. Banyak pula orang beriman yang tekun berdoa untuk mengalami mukjizat. Ketika orang beriman mengalami mukjizat, banyak orang yang berdoa untuk mengucapkan syukur. Bacaan minggu ini berbicara tentang mukjizat , yang digambarkan adalah mukjizat versi Allah. Allah menyediakan bukti tetapi manusia harus meresponnya dengan benar agar menjadi nyata.

Bacaan minggu ini menggambarkan tentang Allah yang total bertemu manusia. Allah digambarkan datang berkunjung. Seringkali terjadi bahwa Allah tidak mau kalau kehadiranNya itu diketahui manusia.

Bacaan Injil menggambarkan tentang totalitas Allah dan parsialitas manusia melalui kasus persembahan janda miskin. Bila digambarkan secara alegoris maka persembahan orang kaya itu menggambarkan manusia dan semua yang ada pada manusia. Sebaliknya janda miskin itu menggambarkan kasih Allah dan sikap Allah. Dalam hubungan dengan manusia,  orang kaya itu simbol untuk mengatakan parsialitas manusia. Janda miskin itu simbol untuk menggambarkan totalitas Allah. Orang kaya mempersembahkan dari kelebihannya namun janda miskin memberikan Semua yang dia punya.

Totalitas itu hanya ada pada Allah. Totalitas Allah itu dinyatakan dengan memberikan jauh melampaui yang dibutuhkan manusia. Allah memberi habis-habisan sampai tidak ada lagi yang tersisa pada dirinya. Itulah gambaran dari totalitas Allah yang pemenuhannya pada diri Yesus. Sedangkan yang ada pada manusia itu bersifat parsial dan parsialitas manusia sebagaimana diungkapkan dalam Injil dengan memberikan separuh bagian dari bagian lain yang disisihkan.

Dari bacaan itu diuraikan bahwa tidak ada dikotomis yang mengandung makna bahwa Allah lebih mengapresiasi menyanjung orang miskin sedangkan mengabaikan orang kaya. Tidak juga ada sinyal tentang Allah menolak pemberian persembahan orang kaya sedangkan pemberian orang miskin diterima dan berkenan kepada Allah. Bukan itu pesan yang hendak disampaikan melalui bacaan-bacaan di atas. Yesus hanya mau membandingkan sikap Allah yang memberi dengan sikap manusia dalam ihwal memberi.

Menjadi jelas bahwa Allah berkunjung untuk memperkaya Iman. Allah juga memperkaya rahmat bagi yang beriman bahkan memperkaya secara fisik materi.Kekayaan itu diterima karena ada respon yang baik dari manusia. Bagi orang beriman yang perlu diingat adalah kehadiran Allah itu tidak perlu diketahui.Juga bahwa kehadiran Allah itu juga bisa melalui yang lain melalui alam dan sesama. Oleh karena itu Sambutlah setiap orang yang dijumpai dalam kesadaran hidup tanpa rekayasa.

 Mukjizat akan terjadi jika manusia giat mencari.Perjuangan mencari harus dilakukan dan terjadi berkali-kali supaya mukjizat itu terjadi. Orang beriman juga sebagai perpanjangan tangan Tuhan diharapkan berkeliling untuk berbagi. Sesekali berkeliling untuk menghadirkan mukjizat pada orang yang membutuhkan. Dengan berkeliling misalnya membawa sesuatu yang dibutuhkan orang lain. Kehadiran orang beriman paling tidak merupakan suatu mukjizat bagi mereka karena tanpa diduga kebutuhannya terpenuhi.

Bersyukurlah Dan lakukanlah semua itu sambil mendengar Allah. Dengar perintah Allah lakukan perintah Allah. Percayalah mukjizat pun terjadi. Perintah hari ini misalnya Jangan menangisi karena miskin. Berusahalah . Ketika hanya ada sepotong roti , Jangan mengeluh dengan sepotong roti itu tetapi berjuang bersama Allah. Orang beriman harus bisa melakukan sesuatu. Memberi Janganlah menunggu sampai menjadi orang kaya. Allah bicara kepada orang beriman itu setiap saat tentang apa saja. Orang beriman bisa mendengar Allah. Syaratnya orang beriman membina kesetiaan. Kita bisa mendengar Allah kalau kita setia , kalau semakin hari semakin baik. Kalau semakin baik orang beriman suaranya makin jelas. Dia juga tidak bicara dalam bahasa yang tidak orang beriman mengerti. Tetapi bahasa yang dapat kita mengerti. Totalitas manusia itu melalui parsialitas yang repetitif- nya. Semakin setia , tekun mengulang, orang beriman berada dalam bagian medan totalitas. Tetapi Jangan berpikir terlalu tinggi dan rumit. Mulai saja dulu dengan yang bisa dilakukan. Kalau bisa memberi maka lakukan. Lakukan yang diminta Allah. Janda itu memulai dengan yang bisa diberikannya.Yang diperintahkan Allah. Selamat mencoba dan rasakan hasilnya.

 

 

Cuplikan dari Buku  Eksegese Orang Jalanan,  karya Porat Antonius 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2

 

_edian_

 

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...