Apakah hidup sebagai manusia, wajib sakit? Sampai-sampai ada orang yang harus minum obat seumur hidup. Sebetulnya, ada sakit yang wajib dan ada yg tidak.
Sakit yang Wajib.
Kita wajib sakit dan menerimanya kalau sakit itu diberikan dari atas. Banyak cerita dalam Gereja Katolik, mereka yang bergelar santo dan santa pasti mempunyai sakit yang disebut stigma. Biasanya sakit yang seperti itu, tidak menjadi penghalang bagi kehidupan normal. Contohnya, seorang biarawati yang masih dikenal oleh banyak orang di Bandung. Namanya Sr. Fransina yang menderita kanker paru. Tidak banyak yang tahu sakitnya itu. Tetapi Opa Anton dan dr. Maksi tahu. Banyak orang yang cemas dan prihatin dengan sakit seperti itu. Tetapi si suster itu menerima dan tidak mau diobati. Dia juga tidak mau orang lain tahu dia sakit apa. Dia tetap rutin menjalankan tugasnya sebagai biarawati dan menjalankan tugasnya sebagai bidan. Dia mengalami sakit itu, karena melalui itu dia mempunyai mata ketiga untuk dia bisa melihat Bunda Maria yang sesekali berkunjung ke RS Boromeus. Ketika diberitahu seperti itu, Suster Fransina meneteskan air mata. Tapi dia tidak terima, kenapa dia hanya lihat Bunda Maria sepintas.
Contoh lain adalah kasus dr. Erlyn. Dia divonis berbagai macam penyakit: kanker darah, kanker otak, gagal ginjal. Ketika penyakit itu dia baca dari ukuran medis dan dunia, ia makin menderita. Pertemuan dengan Opa Anton membuat dr Erlyn membaca penyakit itu sebagai sakit wajib. Melalui sakit itu dia menjadi gerbang hidup untuk tercatat sebagai orang yang tetap berkarya, meskipun menurut ukuran dunia mustahil dia bisa bekerja. Kemudian, dia menerima penyakit itu dan sembuh. Walaupun keluarganya meninggalkan dia, dr. Erlyn tetap setia. Buahnya, dia mendapat seorang ayah dan ibu yang lain (Opa dan Oma di Kupang). Selain opa dan oma, dr. Erlyn bisa berkarya karena dia didampingi oleh Pendamping lain dari Atas. Karena itu, dr. Erlyn wajib tersenyum. Banyak yang keliru membaca sakit seperti ini dan menghabiskan demikian banyak tindakan medis. Orang tidak paham jenis sakit itu adalah pemberian sakit dari atas, tidak ada gunanya diobati karena tidak akan sembuh. Karena itu, terimalah ketika kita mengalami sakit itu. Mungkin sakit itu adalah sakit yang wajib kita pikul.
Sakit itu akan menjadi-jadi, ketika kita berdosa. Misalnya, sakit dibuat sebagai alasan rasional untuk tidak berkarya. Padahal, banyak orang yang cacat kaki dan tangan, tetapi ketika mereka menerimanya maka tangan buntung, kaki buntung, justru berubah menjadi karya besar. Situasi yang sama terjadi dalam konteks lain. Contoh, banyak orang Indonesia menjadikan penjajahan sebagai alasan untuk tidak maju. Alam yang tidak ramah dijadikan sebagai alasan untuk tidak berkarya. Coba tengok Israel. Mereka jadikan alam yang kering dan tandus sebagai alasan untuk berkarya. Karena itu, Israel dianugerahi kemampuan yang luar biasa untuk membuat alamnya yang ganas menjadi anugerah. Kalau kita sudah membaca sakit kita sebagai anugerah jangan mengeluh. Karena ketika kita mengeluh, itu akan menjadi dosa. Kitapun akan gagal mengalami kesembuhan. Contoh kita disini adalah dokter Erlyn yang tidak pernah mengeluh dengan pekerjaan. Dia harusnya menjadi contoh untuk banyak orang. Ia menunjukkan bahwa tidak perlu tanya Tuhan maunya apa, tapi isi setiap detik dengan kebajikan.
Sakit karena kebodohan sendiri.
Ada sakit yang tidak bisa diterima karena kesalahan kita sendiri. Kita bodoh karena gagal membaca reaksi tubuh. Seharusnya, kita tahu makanan itu salah dari cara tubuh bereaksi. Kemudian, jiwa kita salah diberi nutrisi karena gosip, marah, dendam. Kalau sakit karena kebodohan sendiri, jangan pernah mengeluh. Banyak orang yang sudah diberitahu jangan makan racun, tetapi masih juga bodoh. Demikian juga, orang yang diberi kecerdasan, sibuk mengkritik dunia, tetapi tidak menyalurkan kecerdasannya dengan menulis. Maka kecerdasannya diambil. Lalu dia jadi bodoh dan gagal terkenal, malah dicemooh dan diremehkan orang. Ketika itu terjadi, terimalah itu sebagai kesalahan kita sendiri.
Kesimpulannya adalah sakit itu wajib diterima. Sakit yang terjadi karena rahmat wajib disyukuri. Sakit karena kebodohan juga wajib disyukuri, karena dengan sakit itu kita diajak untuk bertobat. Kalau tidak bertobat, kita tidak akan sembuh.
SKK selama 15 tahun menjadi saksi banyak orang yang sembuh. Banyak yang sembuh karena bertobat dari mengandalkan ilmu pengetahuan. Kalau tidak bertobat mengkonsumsi makanan itu, jangan pernah mimpi untuk sembuh. Kalau tidak bertobat dari jiwa kita yang buruk, jangan bermimpi untuk sembuh. Kalau tidak bertobat dari mengabaikan Tuhan, jangan pernah bermimpi untuk sembuh.
NB;
Bacalah dgn sungguh2 pesan ini sebagai refleksi kehidupan kita shg dapat menguatkan iman didalam menghadapi sitiasi apasaja.
Comments
Post a Comment