Skip to main content

Sakit Wajib dan Sakit Karena Kebodohan - BHSO Ruteng Semarang 27 Nov 21

 Apakah hidup sebagai manusia, wajib sakit? Sampai-sampai ada orang yang harus minum obat seumur hidup. Sebetulnya, ada sakit yang wajib dan ada yg tidak.

Sakit yang Wajib.
Kita wajib sakit dan menerimanya kalau sakit itu diberikan dari atas. Banyak cerita dalam Gereja Katolik, mereka yang bergelar santo dan santa pasti mempunyai sakit yang disebut stigma. Biasanya sakit yang seperti itu, tidak menjadi penghalang bagi kehidupan normal. Contohnya, seorang biarawati yang masih dikenal oleh banyak orang di Bandung. Namanya Sr. Fransina yang menderita kanker paru. Tidak banyak yang tahu sakitnya itu. Tetapi  Opa Anton dan dr. Maksi tahu. Banyak orang yang cemas dan prihatin dengan sakit seperti itu.  Tetapi si suster itu menerima dan tidak mau diobati. Dia juga tidak mau orang lain tahu dia sakit apa. Dia tetap rutin menjalankan tugasnya sebagai biarawati dan menjalankan tugasnya sebagai bidan. Dia mengalami sakit itu, karena melalui itu dia mempunyai mata ketiga untuk dia bisa melihat Bunda Maria yang sesekali berkunjung ke RS Boromeus. Ketika diberitahu seperti itu, Suster Fransina meneteskan air mata. Tapi dia tidak terima, kenapa dia hanya lihat Bunda Maria sepintas.

Contoh lain adalah kasus dr. Erlyn. Dia divonis berbagai macam penyakit: kanker darah, kanker otak, gagal ginjal. Ketika penyakit itu dia baca dari ukuran medis dan dunia, ia makin menderita. Pertemuan dengan Opa Anton membuat dr Erlyn membaca penyakit itu sebagai sakit wajib. Melalui sakit itu dia menjadi gerbang hidup untuk tercatat sebagai orang yang tetap berkarya, meskipun menurut ukuran dunia mustahil dia bisa bekerja. Kemudian, dia menerima penyakit itu dan sembuh. Walaupun keluarganya meninggalkan dia, dr. Erlyn tetap setia. Buahnya, dia mendapat seorang ayah dan ibu yang lain (Opa dan Oma di Kupang). Selain opa dan oma, dr. Erlyn bisa berkarya karena dia didampingi oleh Pendamping lain dari Atas. Karena itu, dr. Erlyn wajib tersenyum. Banyak yang keliru membaca sakit seperti ini dan menghabiskan demikian banyak tindakan medis. Orang tidak paham jenis sakit itu adalah pemberian sakit dari atas, tidak ada gunanya diobati karena tidak akan sembuh. Karena itu, terimalah ketika kita mengalami sakit itu. Mungkin sakit itu adalah sakit yang wajib kita pikul.
Sakit itu akan menjadi-jadi, ketika kita berdosa. Misalnya, sakit dibuat sebagai alasan rasional untuk tidak berkarya. Padahal, banyak orang yang cacat kaki dan tangan, tetapi ketika mereka menerimanya maka tangan buntung, kaki buntung, justru berubah menjadi karya besar. Situasi yang sama terjadi dalam konteks lain. Contoh, banyak orang Indonesia menjadikan penjajahan sebagai alasan untuk tidak maju. Alam yang tidak ramah dijadikan sebagai alasan untuk tidak berkarya. Coba tengok Israel. Mereka jadikan alam yang kering dan tandus sebagai alasan untuk berkarya. Karena itu, Israel dianugerahi kemampuan yang luar biasa untuk membuat alamnya yang ganas menjadi anugerah. Kalau kita sudah membaca sakit kita sebagai anugerah jangan mengeluh. Karena ketika kita mengeluh, itu akan menjadi dosa. Kitapun akan gagal mengalami kesembuhan. Contoh kita disini adalah dokter Erlyn yang tidak pernah mengeluh dengan pekerjaan. Dia harusnya menjadi contoh untuk banyak orang. Ia menunjukkan bahwa tidak perlu tanya Tuhan maunya apa, tapi isi setiap detik dengan kebajikan.


Sakit karena kebodohan sendiri.
Ada sakit yang tidak bisa diterima karena kesalahan kita sendiri. Kita bodoh karena gagal membaca reaksi tubuh. Seharusnya, kita tahu makanan itu salah dari cara tubuh bereaksi. Kemudian, jiwa kita salah diberi nutrisi karena gosip, marah, dendam. Kalau sakit karena kebodohan sendiri, jangan pernah mengeluh. Banyak orang yang sudah diberitahu jangan makan racun, tetapi masih juga bodoh. Demikian juga, orang yang diberi kecerdasan, sibuk mengkritik dunia, tetapi tidak menyalurkan kecerdasannya dengan menulis. Maka kecerdasannya diambil. Lalu dia jadi bodoh dan gagal terkenal, malah dicemooh dan diremehkan orang. Ketika itu terjadi, terimalah itu sebagai kesalahan kita sendiri.

Kesimpulannya adalah sakit itu wajib diterima. Sakit yang terjadi karena rahmat wajib disyukuri. Sakit karena kebodohan juga wajib disyukuri, karena dengan sakit itu kita diajak untuk bertobat. Kalau tidak bertobat, kita tidak akan sembuh.
SKK selama 15 tahun menjadi saksi banyak orang yang sembuh. Banyak yang sembuh karena bertobat dari mengandalkan ilmu pengetahuan. Kalau tidak bertobat mengkonsumsi makanan itu, jangan pernah mimpi untuk sembuh. Kalau tidak bertobat dari jiwa kita yang buruk, jangan bermimpi untuk sembuh. Kalau tidak bertobat dari mengabaikan Tuhan, jangan pernah bermimpi untuk sembuh.

NB;
Bacalah dgn sungguh2 pesan ini sebagai refleksi kehidupan kita shg dapat menguatkan iman didalam menghadapi sitiasi apasaja.

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...