Skip to main content

Kiamat Versi Allah dan Versi Manusia - Eksegese Minggu Biasa ke-33 Tahun B

Banyak orang yang sejak kecil mendengar kisah tentang dunia kiamat. Banyak versinya. Tetapi yang sama pada semua kisah itu adalah gambaran yang menakutkan. Bumi hancur,  langit runtuh,  manusia pontang-panting mencari keselamatan. Kitab suci juga berkisah tentang dunia kiamat. Kitab suci pun menyisipkan gambaran dunia kiamat yang menakutkan , sama seperti gambaran dunia. Tetapi gambaran kitab suci tentang dunia kiamat berbeda dalam satu hal yaitu  : Keselamatan yang datang atas inisiatif Allah.

Bacaan-bacaan pada hari Minggu ini mengandung beberapa pesan sebagai bekal dalam kehidupan beriman. Pertama : Persepsi manusia tentang kiamat berbeda dengan persepsi Allah tentang kiamat. Persepsi manusia : kiamat itu menakutkan. Berbeda dengan Allah. dalam persepsi Allah kiamat yang sesungguhnya adalah kiamat jiwa. Itulah yang yang sangat dijaga dikawatirkan dan tidak diharapkan Allah. Artinya Allah tidak menghendaki manusia mengalami kehancuran,  kelumpuhan dan kematian jiwa. Selain itu , versi Allah : pada akhir zaman itu adalah peristiwa penyelamatan. Yesus datang menyelamatkan dunia dan menyelamatkan manusia.

Kedua perbedaan antara orang beriman dan orang yang tidak beriman. Orang beriman tidak mengalami kelumpuhan,  kehancuran,  dan kematian jiwa karena malaikat datang melayani. Akan ada cahaya untuk orang beriman. Orang beriman tidak mengalami kiamat jiwa, karena kiamat jiwa sudah diambil Yesus untuk satu kali saja.

Ketiga Yesus tetap datang. Yesus datang untuk meneguhkan orang beriman dan membebaskan orang yang akan mengalami kiamat jiwa dan tersesat.

Keempat Yesus hadir untuk memberi contoh kebijaksanaan. Kebijaksanaan Yesus membuat dirinya tidak tersentuh dosa. Kebijakan Yesus berarti kekudusan. Dosa ditaklukan Yesus dengan kebijaksanaan sebagai Anak Manusia utusan Allah.

Kebijaksanaan itu mengutamakan orang lain,  menganggap orang lain lebih penting. Jadi yang baik itu seperti Yesus. Yesus mengorbankan dirinya demi manusia. Itulah bijaksana. Jika orang beriman memiliki jiwa bersama Yesus orang beriman itu akan bijaksana,  dan pasti akan selalu bebas dari kiamat. Bebas dari kiamat sehari-hari.

Contoh nyata dalam paguyuban SKK : Banyak yang sudah mengalami bebas dari kehancuran tubuh,  kehancuran ekonomi dan sebagainya. Itu karena berjuang mempraktekkan kebijaksanaan. Bijaksana terhadap makan,  mengonsumsi makanan. Hasilnya sehat dan hemat. Hal yang lain adalah : Misalnya ada saudara yang ingin dibebaskan dari rasa takut akan ganasnya kanker dan stroke , lalu hadir saudara lain yang bersedia membebaskan dari ketakutan akan penyakit-penyakit itu. Itu berarti saudara-saudara dalam paguyuban SKK sedang bertumbuh menjadi bijaksana.

Terang dalam bacaan di atas bahwa yang bijaksana seperti itu sudah terdaftar dalam kitab kehidupan. Yang terdaftar akan bebas dari kiamat. Bebas dari ketakutan. Orang beriman tidak sibuk dengan ada tidaknya dunia kiamat tetapi melakukan kebijaksanaan.

Tidak bijaksana dalam hidup merupakan akibat dari negative thinking. Berniat untuk berbuat baik menjadi hambatan karena berpikir apa komentar orang lain. Padahal satu saja sikap yang baik :  membina ketulusan. Yang membina ketulusan mengabaikan penilaian orang lain tentang baik buruk dan benar salahnya. Bahwa yang dilakukan itu berbeda tidak sesuai dengan ukuran orang lain itu urusan orang lain. Kalau mau menyesuaikan dengan yang dikehendaki oleh semua orang,  maka sudah pasti tidak berkesempatan melakukan kebaikan. Yang bagus itu berbuat saja dan berbuat dalam ketulusan.

Jadi jangan sampai tindakan kebaikan dihambat oleh Apa-pendapat-orang-lain. Terhadap satu hal akan muncul bermacam-macam pendapat. Tentang kebaikan misalnya, ada rupa-rupa pendapat tentang kebaikan sejak dari kebudayaan helenis sampai dengan kebudayaan modern. Lebih baik bertindak satu hal baik yang kecil,  daripada sibuk berdiskusi atau mendengarkan pandangan apalagi yang rumit tentang kebaikan. Itulah bijaksana.

Berilah. Berbuatlah dengan tulus dan Terimalah juga dengan tulus. Pemberian yang tulus juga harus diterima dengan ketulusan. Tidak menerima pemberian yang tulus itu juga berdosa. Berdosa Karena orang beriman sudah menyakiti hati orang lain. Tetapi yang menerima dengan tulus atas pemberian yang tulus itulah kebajikan karena membuka ruang bagi orang lain bersukacita. Kita pun akhirnya juga bisa bersukacita karena melihat saudara yang bersukacita. Dengan demikian terciptalah suatu komunitas yang bersukacita. Selamat mencoba dan rasakan surga di bumi. The heaven on earth . It comes to happens on your hands



 Cuplikan dari Buku  Eksegese Orang Jalanan,  karya Porat Antonius 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2

 

_edian_

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...