Skip to main content

Bercerai Dari Istri? Juga Bercerai Dari Allah - Eksegese Minggu Biasa ke-27 Tahun B

 Bercerai merupakan satu fenomena hubungan antar manusia yang menyita perhatian banyak orang. Tidak sedikit cabang ilmu yang berupaya menjelaskan fenomena ini dari aspek pengalaman manusia dengan berbagai sudut pandang. Keterlibatan banyak ilmu dan ilmuwan yang mencoba menjawabnya , paling tidak mengisyaratkan bahwa bercerai sebagai isu yang menarik pun tidak diterima manusia. Banyak yang mencoba menjawabnya sekaligus mencegahnya. Tidak banyak membuahkan hasil. Artinya bahwa : jawaban ilmiah itu belum dapat menyentuh hakekat terdalam dari perceraian. Harus diakui bahwa manusia secara ilmiah sekalipun hanya membaca sebatas putusnya relasi kasih diantara manusia , khususnya suami istri. Ilmu hanya mencoba menjelaskan seputar manusia saja.

Kitab suci juga berbicara tentang perceraian , selain dari perspektif manusia juga lebih berfokus pada perspektif Allah. Pesan yang mau disampaikan kepada orang beriman melalui bacaan-bacaan minggu ini adalah : Allah itu baik dan Allah menghendaki manusia juga baik. Kebaikan Allah yang diwartakan pada hari ini adalah bahwa Allah tidak ingin manusia bersedih,  berduka cita atau kesepian . Termasuk kesepian karena perceraian. Sebaliknya Allah menghendaki agar manusia bersukacita bersama Allah. Bersukacita bersama Allah hanya terjadi bila manusia kudus seperti Allah sendiri kudus. Bersukacita bersama Allah dapat saja terjadi bersama Allah secara langsung,  tetapi bersukacita bersamaNya secara langsung jarang dirasakan manusia. Allah menggunakan media secara tidak langsung,  melalui alam dan sesama manusia sebagai pecahan diri sendiri. Yang terjadi : manusia masih merasa bahwa Allah jauh dari jangkauan dan menjadi kudus pun juga bukan sesuatu yang utama dalam hidup manusia. Allah juga memahami hal itu, maka kemudian Allah menciptakan yang dekat dengan manusia sebagai yang mewakili diri Allah,  supaya kehadiran Allah dan kekudusan Allah dirasakan manusia.

Injil pada minggu ini mengangkat kasus perceraian yang keliru dipahami manusia. Yesus hendak menegaskan bahwa perceraian itu buruk,  karena perceraian itu akan menimbulkan kesepian dan manusia akan berdukacita. Allah tidak menghendakinya,  karena memang akan ada dua pihak yang diceraikan. Hal ini jarang disadari manusia. Pertama : bercerai dengan Allah yang memberi sukacita , yang memberi alam,  yang memberi sesama manusia. Kedua bercerai dengan manusia yang merupakani tanda kehadiran sukacita Allah yang nyata dalam sentuhan manusia. Bercerai meninggalkan Allah berarti manusia akan menjauh dari Allah. Sama artinya menjauh dari sumber sukacita yang dirindukan semua manusia. Allah tidak menghendaki kesepian dalam duka cita karena Allah itu kasih atau lembut hati.

Yesus mau menunjukkan bahwa yang menjadi fondasi perceraian pada manusia adalah ketegaran hati yang dekat dengan kesombongan.Banyak manusia keliru dengan perceraian. Banyak yang menganggap bahwa perceraian itu sebatas suami-istri. Yang biarawan-biarawati atau yang lajang merasa teks kitab suci minggu ini bukan untuk mereka. Itu keliru. Ini untuk semua manusia. Bercerai tidak hanya dalam arti antara suami dan istri bercerai. Itu sama dengan bercerai dari Allah. Bercerai dari Allah sama dengan bercerai dari sukacita dan bercerai dari kesucian yang menjiwai relasi manusia dengan alam dan menjiwai relasi antar manusia. Siapa saja yang bercerai dari kesucian hidup,  sama dengan bercerai dari Allah sumber Sukacita. Bercerai dari Allah berdampak pada bercerai dari mengalami kehadiran Allah melalui alam.

Penyebab perceraian salah satunya adalah ketegaran hati. Dalam perspektif hidup yang lebih luas banyak tindakan berdosa sebagai penyebab perceraian dalam hidup nyata. Yang tidak berjuang untuk hidup suci cenderung malas, misalnya malas bekerja akan bercerai dari alam dan bercerai dari kecukupan hidup tubuh. Yang tidak berjuang untuk hidup Suci akan mudah marah, membenci, iri hati, sombong, rakus, egois, tidak jujur. Yang seperti ini akan bercerai dari hidup sukacita bersama istri atau suami, anak, teman dan siapapun. Dengan kata lain berdosa menyebabkan manusia jauh dari kesucian dan jauh dari kasih Allah langsung maupun jauh dari sukacita hidup bersama alam dan sesama manusia.

Bila sudah terlanjur salah - satu dengan yang lain, misalnya marah, cemberut,  lekas-lekas lah bertobat untuk memulihkan kesucian. Tetapi bertobat itu tidak sama dengan mengingat-ingat dosa. Melainkan orang beriman diharapkan semakin maju untuk tidak berdosa - dan  melupakan dosa. Yang diingat hanyalah kebaikan. Berbuat baik itu membuat hidup bersukacita. Bersukacita berarti orang beriman mengalami surga - , surga adalah tempat orang tersenyum dan tertawa. Demikian pula dengan berbagi senyum dan berbagi Sukacita. Itu lebih tinggi nilainya dan lebih berguna daripada berdoa. Apa lagi berdoa saat orang sudah meninggal dunia. Tidak banyak berguna. Setialah selama dia hidup : itu jauh lebih penting dari pada setia waktu dia mati.

Isilah hidup kita dengan kebaikan atau kesucian waktu masih hidup sehingga ketika dia (sesama/pasangan/teman, satau siapapun) meninggal, orang beriman sudah tuntas melakukan semua kebaikan yang membuat hidup bersama penuh Sukacita. Dengan demikian ruang bagi perceraian itu semakin sempit. Meninggal dunia pun tidak menyedihkan karena kematian tidak lebih dari kesatuan yang sempurna dengan sumber atau kesatuan yang sempurna dengan kesucian. Binalah kesucian supaya tidak ada ruang untuk berpisah.


Cuplikan dari Buku  Eksegese Orang Jalanan,  karya Porat Antonius 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2

 

_edian_

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...