Baik orang beriman maupun yang tidak beriman sama-sama saling mencintai satu sama lain. Sebenarnya ada satu hal yang membedakan hal saling mengasihi antara yang beriman dari yang tidak beriman. Perbedaan itu sesungguhnya membedakan mutu kasih juga. Yang membedakan adalah : percaya dan bersandar pada Allah sebagai sumber kasih. Itu hanya terjadi pada orang beriman. Yang tidak beriman hanya bersandar pada pengetahuan manusia sendiri.
Bacaan pada hari Minggu ini menggambarkan kasih yakni mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia sama seperti mengasihi diri sendiri. Ada dua arah kasih itu. Yang pertama kepada Tuhan Allah Yang Esa. Artinya kasih manusia hanya ditujukan kepada satu Allah dan satu Tuhan. Bagaimana mengasih Allah itu? Yakni beriman teguh pada Allah. Menjalankan perintahNya. PerintahNya tertulis dalam kitab suci, lalu selalu belajar mendengarkan suara Tuhan. Jika belum mampu mendengarkan , lakukan apa yang terekam dalam kitab suci dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Karena itulah bentuk mengasihi Allah. Yang kedua adalah mengasihi sesama manusia. Sesama manusia itu adalah bagian dari diri sendiri : alter-ego.
Manusia umumnya terdiri atas jiwa dan raga. Mengasihi juga berhubungan dengan jiwa dan raga. Kebutuhan raga atau tubuh dipenuhi dengan baik seperti makanan - minuman yang baik, tempat tinggal layak atau pakaian yang layak. Demikian juga dengan jiwa , setiap manusia berupaya untuk memberikan yang terbaik untuk jiwanya, seperti ketenangan, kedamaian, dihargai, diterima dan diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk diri sendiri dan juga untuk orang lain. Itulah artinya mengasihi diri sendiri - namun juga mengasihi orang lain. Jika dilakukan persis seperti itu, maka akan membawa hidup manusia tidak jauh dari kehidupan Kerajaan Allah.
Namun kadang-kadang manusia menjauh dari kasih Allah karena lebih mengasihi diri sendiri secara egoistik daripada mengasihi sesama manusia seperti yang ditawarkan kitab suci. Ini terjadi karena tidak banyak manusia yang sungguh ta'at dan total pada perintah-perintah Allah. Masih banyak manusia yang takwa kepada alla yang lain : ilmu pengetahuan; yang cenderung menakar relasi antara manusia dalam ukuran untung rugi. Manusia sendiri menderita dan penderitaan ini menimpa semua orang tanpa kecuali. Sekarang banyak manusia yang menderita atau sakit secara fisik secara sosial dan sakit secara psikologis. Tanpa disadari, banyak orang yang mencari jawabannya dengan murni takwa pada alla ilmu pengetahuan. Masalah jarang terselesaikan tuntas bahkan semakin parah. Hanya sedikit yang mencoba menemukan jawabannya pada relasi kasih antar manusia atau adanya relasi kasih yang luntur antara manusia dengan Allah.
Sekedar contoh : banyak kasus penyakit fisik kronis yang muncul akibat lunturnya kasih. Ketika suami istri kurang takwa kepada Allah Yang Esa dan kurang takwa melakukan perintahNya, maka relasi antara suami-istri yang berlandaskan kasih juga luntur. Rumah tangga bentrok dan masing-masing mencari makanan sendiri - sendiri sesuai selera sendiri -sendiri diluar rumah. Kemudian muncul penyakit jantung, darah tinggi, diabetes, kanker dan sebagainya yang secara alla ilmu pengetahuan tidak terjawab tuntas. Beda sekali pada keluarga yang mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia dengan sepenuh hati sepenuh jiwa, sepenuh akal-budi dan sepenuh kekuatan. Keluarganya cenderung luput dari penyakit fisik kronis yang membuat mati berkali-kali. Kalaupun tetap mati, kematian itu hanya sekali ketika putus napas.
Mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama merupakan dua sisi yang berbeda dari mata uang yang sama sebagai satu kesatuan. Mengasihi Tuhan bukan lah mengasihi Tuhan kalau tidak dilanjutkan dengan mengasihi sesama. Tetapi mengasihi sesama harus didahului mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati - jiwa - akal budi dan kekuatan. Mengapa? Manusia bukanlah Sumber Kasih. Manusia hanyalah terminal untuk menyalurkan kasih itu untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Mengasihi diri dan orang lain dengan tepat guna dan tepat sasaran hanya dan jika hanya berhasil lewat : mencintai Tuhan dengan Takwa dan tekun melakukan semua perintah perintahNya. Lakukanlah dengan sungguh-sungguh, sukacita Kerajaan Allah tidak jauh dari kehidupan sehari-hari. Kuncinya atau hukumnya: kasih. Taatlah pada hukum yang satu ini, mengasihi Tuhan dengan total , takwa dan taat melakukan perintahNya lalu dilanjutkan dengan mengasihi sesama manusia dalam ukuran kasih yang sudah diterima dari Allah. Lakukan saja. Kerajaan Allah yang sudah mendekat akan semakin dirasakan dalam hidup sehari-hari disini didunia ini.
Cuplikan dari Buku Eksegese Orang Jalanan, karya Porat Antonius
Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2
_edian_
Comments
Post a Comment