Skip to main content

Modal Dasar Beriman - Eksegese Minggu biasa ke 24 Tahun B

 Doctus cum libro. Ungkapan latin ini mengajarkan bahwa kepandaian - dalam arti memiliki banyak pengetahuan - itu merupakan buah dari membaca. Yang berarti pula bahwa, semakin rajin membaca , semakin berpengetahuan. Dan sebaliknya. Manusia belajar tidak hanya dengan membaca. Manusia juga belajar dengan mendengarkan. Yang banyak mendengarkan orang berpengetahuan akan ikut berpengetahuan. Ketika tidak dapat membaca, dengarlah. Bila diresapi dengan kesungguhan hati, mendengarkan itu sama pada semua manusia. Membaca merupakan perkembangan kemudian dalam kehidupan - pun dalam peradaban manusia. Selain, itu sebenarnya, ketika membaca sekalipun, kegiatan mendengarkan itu ikut berperan atau membaca sambil mendengarkan. Yang berpengetahuan dan yang sungguh berpengetahuan adalah yang melakukan keduanya. Pengetahuan saja tidak cukup. Pengetahuan itu harus nyata dalam tindakan. Seorang ahli pertanian, misalnya, dikatakan berpengetahuan tentang pertanian bila menghasilkan karya seperti buku atau mempunyai lahan pertanian yang hasilnya jauh melampaui yang bukan ahlı pertanian. Hal yang sama terjadi pada bidang apapun juga. Termasuk beriman. Itulah yang disampaikan Kitab Suci pada hari Minggu ini. Membaca ya, mendengarkan ya.

Bagaimana dengan orang beriman? Orang beriman sekarang ini mengalami krisis modal beriman atau ekstrim sekali boleh dikatakan tidak mempunyai modal dasar beriman. Ibarat berdagang tetapi orang beriman tidak mempunyai suntikan modal yang kuat. Masalahnya bukan pada pemilik modal tetapi orang beriman tidak mempunyai akses. Akses kepada sang pemilik modal itu terhalang oleh alam pikiran manusia orang beriman sendiri. Dominasi alam pikiran manusia sendiri berdampak negatif. Semakin parah lagi ketika jauh dari sang pemilik modal maka bila sudah negatif tidak langsung dikoreksi sehingga sikap dan ekspresi berimannya tetap saja dengan diri sendiri, dengan cara sendiri dan segalanya serba sendiri. Mengandalkan diri sendiri akibatnya jauh dari Allah, jauh dari Yesus sebagai pemilik modal beriman. Ceritanya akan berbeda kalau mendengar Allah sebagai modal dasar beriman itu. Sebagi contoh kalau sakit. Kalau orang beriman mendengar Allah dan berada bersama Yesus, maka cara melihat tentang sakit dapat dikoreksi dengan mendengar Allah atau dengan berada bersama Yesus. Dengan mendengar Allah dan berada bersama Yesus, orang beriman melihat sakit itu tidak lagi secara negatif atau tidak lagi melihat sakit sebagai penderitaan. Tetapi orang beriman akan melihatnya secara positif sebagai kesempatan yang mendatangkan rahmat.

Pikiran orang beriman keliru - untuk tidak mengatakan : jauh dari benar. Karena itu orang beriman harus berada dekat dengan Yesus supaya Yesus yang mengubah pikiran dan menggantikannya dengan pikiran Allahi seperti Petrus misalnya. Orang beriman harus membina kebersamaan dengan Yesus sehingga ketika mengalami kemenduaan, kembali diluruskan oleh Yesus.

Allah sesungguhnya tetap sama, memperdengarkan suara-Nya kepada semua orang, terutama kepada yang setia mengikuti-Nya. Tetapi ketika suara-Nya yang langsung disampaikan ke telinga tidak dapat didengar, maka orang beriman sudah diwarisi Kitab Suci sebagai salah satu sarana mendengar Allah. Bagaimana orang beriman memperlakukan Kitab Suci itu?

Manusia sampai kapanpun akan jauh dari spiritual meaning kitab suci bila mengandalkan pisau analisis buah berpikir manusia. Manusia terjebak dalam analisis teks dengan segala macam teori : teori sejarah, teori linguistik, teori semiotika, teori makna, Teori Sosial, teori antropologi, teologi, hermeneutika,; mau tidak mau dipakai sebagai pisau analisis yang cocok dengan kebutuhan pikiran. Cobalah membaca nya sambil mendengarkan karena makna spiritual akan disampaikan roh ketika membaca sambil mendengarkan Nya.

Spiritual meaning yang akan menjadi pedoman untuk menciptakan hidup yang bermakna sejalan dengan kehendak Allah hanya akan terjadi atau tercapai dengan bekerja bersama Roh Kudus. Roh roh kudus tidak dapat berkarya di dalam diri manusia yang mengandalkan pikiran olah otak yang daging.

Spiritual meaning dan Life meaning dari teks kitab suci hanya akan terjadi pada manusia yang berjuang suci sesuai sifat Allah yang suci. Berjuanglah untuk hidup Suci untuk memahami spiritual meaning dan Life meaning dari teks kitab suci sambil memperkaya diri dengan ilmu lain yang membantunya untuk memahami aspek manusiawi dari teks kitab suci.

Allah menghendaki agar Sabda Nya nyata sebagai pedoman hidup setiap orang beriman atau setiap orang. Allah tetap bahkan selalu membantu manusia dengan cara yang sederhana antara lain : berjumpa dengan manusia lain yang berpengalaman dalam menggunakan kitab suci sebagai pedoman hidup. Allah tidak sekali-kali membatasi sabdaNya dengan cara hanya dapat dimengerti orang yang belajar semua ilmu yang berhubungan dengan teori teks. Allah Setia membuka dan menuntun setiap orang yang ingin memahami sabdaNya yang tertuang dalam Kitab Suci. Kuncinya hanya satu , yakni : Berjuanglah agar hidup Suci karena Allah dan sabdaNya juga suci adanya.

Yang dibutuhkan dari manusia adalah sikap Setia mendengarkan dan setia melakukan kebajikan atau tindakan-tindakan Suci atau tindakan yang menyucikan diri.

Tindakan-tindakan itu pun tidak harus dalam tindakan yang nantinya tercatat dalam dokumen resmi gereja. Mulai saja dari tindakan-tindakan yang membahagiakan orang sekitar seperti : orangtua, anak, saudara, atau sahabat. Pun cukup bila hanya sampai di sana. Cukup bila dalam kurun waktu tertentu hanya atau dua tindakan yang mampu melakukan satu membahagiakan orang lain. Selanjutnya, tinggal berjuang agar setiap saat, setiap kesempatan ditambah dengan satu yang kecil membahagiakan orang sekitar. Semakin hari, apalagi semakin dewasa, tidak terasa sudah banyak kebajikan atau tindakan hidup suci yang dilakukan. Semakin suci semakin jelas dan terang suara Roh yang menuntun hidup dan semakin terang memahami teks Kitab Suci, terutama memahami spiritual meaning dan life meaning teks Kitab Suci. Mulailah saja dari satu tindakan suci yang mudah dan dapat dilakukan dengan tulus. Pada waktunya tidak hanya Yesaya yang mendengarkan suara Allah dan tegar membaca hidup secara Allahi. Setiap orang berhak mendapatkannya sama persis seperti Yesaya.


Cuplikan dari Buku  Eksegese Orang Jalanan,  karya Porat Antonius 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2

 

_edian_

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...