Skip to main content

Mau Damai? Hindari Menilai - Eksegese Minggu ke 25 Tahun B

Semua manusia berkeinginan untuk hidup damai dengan diri sendiri dan damai dengan orang lain. Manusia menggunakan banyak cara untuk mengalami damai itu. Minggu ini kitab suci menunjukkan jalan untuk mendapatkan damai secara mikro, individu atau kelompok kecil.  Bacaan pertama menggambarkan orang fasik yang mencoba menghadang orang baik. Bacaan kedua berbicara tentang iri hati dan mementingkan diri sebagai sumber dari kekacauan dan segala perbuatan jahat yang mengusik Kedamaian. Bacaan Injil bercerita tentang Yesus yang yang berkata kepada muridNya bahwa anak manusia akan diserahkan ke tangan manusia yang akan membunuh dia, Lalu bangkit Pada hari ketiga. Para murid tidak menangkap perkataan itu dan juga tidak menanyakannya.  Para murid tidak damai karena mereka hanya mendengar pembunuhanNya saja dan melupakan kebangkitanNya.

Bacaan pada minggu ini ingin mengatakan bahwa menilai itu adalah salah satu hambatan mengalami Allah. Banyak manusia tidak mengalami Allah karena salah menilai dan karena salah memilih ukuran dalam menilai juga. Kesalahan menilai terjadi karena ukuran yang dipakai itu bukan ukuran Allah Tetapi ukuran sendiri yang diambil dari pengalaman atau pikiran sendiri. Itulah yang terjadi dengan para murid Yesus.

Menilai merupakan hambatan dalam bertindak kasih. Supaya jangan sibuk menilai , Datanglah kepada Yesus dan dengar apa kata Yesus. Tetapi tidak hanya sampai disitu hanya mendengar saja , setelah mendengar yang dikatakan Yesus - lalu melakukan apa yang dikatakanNya. Jangan pula berusaha mengerti yang disampaikan Yesus itu. Biasanya pengertian itu akan diperoleh setelah yang dikatakan Yesus itu dilakukan dengan tekun.

Menilai adalah juga hambatan dalam bertindak bijak dan baik . Yang menilai selalu mengkalkulasi untung dan rugi dari perbuatan-perbuatannya. Dalam keluarga juga sama.  Yang sibuk menilai dan menghakimi tidak mempunyai kesempatan mengasihi satu dengan yang lain.

Jangan menilai tetapi dengarlah Allah.Yang mendengar Allah dengan sukacita dan melakukannya dengan sukacita akan mendapatkan yang terbesar. Yang mendengar Allah juga mendapat ukuran yang benar. Yang menyambut siapa saja lebih nikmat karena tidak terjebak dalam kesimpulan sendiri yang salah. Silakan mencoba dan rasakan manfaatnya.

 

 

Cuplikan dari Buku  Eksegese Orang Jalanan,  karya Porat Antonius 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2

 

_edian_

 

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...