Skip to main content

Efata : Terbukalah - Eksegese Minggu Biasa 23 Tahun B

Petang datang menjelang. Masa mudaku sudah lewat. Tetapi menyesal kemudian tak ada gunanya. Banyak orang seperti itu : menyesal. Mengapa menyesal? Salah satunya adalah karena memilah dan memilih. Ternyata kemudian - yang dipilih itu salah dan yang tidak dipilih justru yang menghidupkan.

Sama juga dalam kehidupan beriman. Orang beriman memilah dan memilih. Dalam memilih, apalagi berdasarkan pengetahuan sendiri, dapat saja salah. Sebagai contoh antara berdoa - apalagi bernovena - atau mengurusi anak yang membutuhkan perhatian. Ketika keliru ,yang terjadi adalah anak bertumbuh dalam sikap cuek terhadap orang tua.

Demikian juga dengan perjuangan mengalami Allah.Banyak yang memilah misalnya lebih utama ke Yerusalem daripada di lingkungan sendiri. Waktu mengalami kesulitan di lingkungan, tak satupun tetangga yang membantu. Ini bisa membuat penyesalan. Hari ini orang beriman diingatkan agar manusia tidak memilih dan tidak memilah dengan ukuran sendiri.

Allah datang dan terus datang dengan cara yang sulit ditebak manusia. Allah datang tidak untuk membinasakan manusia. Sebaliknya , Allah datang untuk membebaskan manusia. Allah juga datang untuk mengingatkan tentang apa yang tepat dilakukan manusia yaitu jangan memilah sesama manusia hanya karena apa yang melekat pada tubuh seperti yang terjadi di bacaan ke-2, Yakobus 2:1-5.

Bisa saja Allah datang dalam rupa manusia, dalam rupa orang miskin yang berpakaian tidak menarik. Allah berpihak pada orang yang dipandang remeh oleh dunia agar manusia yang secara duniawi tidak mengalami dunia ,sama seperti yang dialami orang yang berkecukupan,  tidak merasa diri sebagai manusia kelas dua. Allah datang secara sederhana tidak mengejek yang kaya dan juga tidak melestarikan kemiskinan.

Dengan bertemu Yesus maka orang tuli dan gagap sembuh. Orang itu sembuh ketika Yesus berkata : Terbukalah, Efata. Perkataan Yesus Ini mengandung tiga makna : pertama sebagai apresiasi Allah atas sikap terbuka mereka dan perjuangan mereka - yakni orang yang membawa orang tuli dan gagap itu. Ini adalah sikap Iman bahwa mereka mendengar bahwa Allah itu kasih. Mereka dengan kelemahannya berjuang untuk bertemu Allah yang kasih itu. Allah tidak menolak yang datang kepada Yesus hanya karena cacat secara duniawi. Kedua Sebagai ajakan. Yesus mengajak agar senantiasa membuka diri untuk bertemu Allah yang setiap saat berkeliling tanpa peduli posisi dan keadaan di dunia. Di mata Allah semua manusia sama. Dengan bertemu Allah penderitaan dihapuskan. Yang ketiga Sebagai perintah. Perkataan itu mengandung perintah yang menunjukkan bahwa : Ikutilah Yesus karena Yesus lah yang punya otoritas penuh dalam membebaskan manusia dari keterbatasan,  termasuk mengalami dunia. - Efata, Terbukalah hai dunia,  bahwa semua orang berhak mengalami kasih Allah termasuk mengalami dunia yang diciptakan Allah.

Ketika hidup orang beriman tidak lagi memilah maka orang beriman akan mengalami kehadiran Allah dalam berbagai rupa. Ketika Allah membawa kasih melalui orang asing dan yang berkeyakinan lain : orang beriman mengalaminya. Ketika Allah datang melalui istri tersayang atau suami tersayang : orang beriman pun tetap mengalaminya. Ketika datang melalui yang menjengkelkan : orang beriman juga masih mengalami kehadiran Allah. Dengan demikian hapuskanlah sikap keliru yaitu  memilah.  Sambutlah semua yang dialami karena semua yang terjadi merupakan bentuk kehadiran Allah. Semua itu terjadi di agar orang beriman semakin teguh menjadi ahli waris kerajaan surga dalam berbagai situasi dan kondisi.

Orang beriman tidak boleh terkecoh. Kalau ada yang membuat orang beriman marah , itulah juga salah satu media Allah supaya orang beriman bisa mengampuni. Dengan mengampuni,  orang beriman mendapatkan ganjaran. Ganjaran ini akan benar-benar nyata kalau orang beriman melakukannya. Jadi yang Allah minta adalah : Efata , Terbukalah.  Terbukalah sebab Allah datang tidak hanya dalam bentuk yang mulia. Kesederhanaan bahkan kemiskinan pun sebagai media keadilan Allah. Tidak memilah sama dengan mengalami kehadiran Allah dalam berbagai rupa. Itulah beriman. Mengalami Allah secara total.


Cuplikan dari Buku  Eksegese Orang Jalanan,  karya Porat Antonius 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2

 

_edian_

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...