Skip to main content

Berpikir Sebagai Energi - BHSO Pontianak - Makasar 11 Sep 2021

Oleh Porat Antonius 

Berpikir sebagai energi untuk diri kita sendiri dan untuk orang lain. Berpikir akan menentukan kesehatan untuk tubuh kita dan kesehatan relasi dengan orang lain. Selama ini anggota SKK sudah berhasil menghindari yang negatif, namun lebih banyak fokus pada makanan (sebagai hal yg negatif - catatan). Menghindari racun makan sudah jadi kebiasaan SKK. Tidak hanya relasi diri dan orang lain, berpikir juga berpengaruh dalam relasi dengan Tuhan. Apa itu berpikir? Sederhananya, berpikir adalah kita berbicara tentang apa saja dengan diri sendiri. Kemauan, perasaan, dan sebagainya dituangkan dalam bentuk pikiran. Bentuknya bisa menghakimi diri sendiri, menghakimi orang lain, mencela, memuji orang lain, dan seterusnya. Apa yang diekspresikan ke luar bermula dari berpikir. 


Ada tiga sisi berpikir, yakni berpikir positif, netral, dan negatif. Berpikir positif tentang diri sendiri, kita pasti bersukacita. Kalau bersukacita, energi itu akan keluar ke orang lain. Ketika bertemu orang lain, maka orang itu juga bersukacita. Berpikir percaya diri juga demikian. Dituangkan dalam ekspresi hidup yang meyakinkan dan orang lain juga percaya bahwa kita sanggup melakukan sesuatu. 

Berpikir yang netral, misalnya, kita mau ke rumah teman, mau mengunjungi keluarga, dan sejenisnya. Tetapi berpikir netral seperti itu sekalipun, tetap saja energinya akan sampai ke orang lain. Teman itu akan tahu kita akan datang. Itu yang kerap disebut telepati. 


Yang negatif, misalnya, kalau kita menghakimi diri kita miskin. Menempatkan diri miskin, efeknya tidak hanya ke kita, orang lain juga menghindari kita. Pada orang lain yang berpikir positif, akan menimbulkan rasa belas kasihan. Pengalaman macam itu terjadi pada orang yang mengalami bencana alam. Tetapi kalau kemiskinan itu hasil kerja kita sendiri, respons orang akan masa bodoh. Biarin aja. Berpikir negatif lain adalah kalau kita membenci orang, orang itu juga pasti akan merasa, kita membenci orang itu. 


Pada anak, misalnya, kalau ibu berpikir negatif tentang anak maka si anak akan meresponsnya juga negatif. Apa yang kita pikirkan pasti akan terjadi karena energi berpikir itu mendahului tindakan. Karena itu, berpikir positiflah pada anak. Percayakan anak untuk leluasa mengambil sikap. Relasi negatif yang sering terjadi adalah orang tua dan anak seperti atasan dan bawahan, memilah-milah, menghakimi. Misalnya, kasus hubungan antara mertua dan mantu yang sering jadi masalah dalam banyak keluarga. Dalam ajaran Khatolik, "Apa yang dipersatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia”. Dalam kenyataannya yang sering dilakukan adalah apa yang ditetapkan di gereja, di rumah diceraikan oleh keluarga. Keluarga memilah: ini anak saya, ini anak mantu. Di TDM, apa dipersatukan di gereja dikuatkan di rumah. Anak mantu adalah anak sendiri. 


Relasi yang negatif dengan orang lain akan membuat wajah kita menakutkan buat orang. Bukan lagi imago Dei tapi imago satan. Tetapi kalau berpikir positif ke orang lain, kita belum datang saja orang sudah tunggu. SKK sudah berpikir positif. Yang perlu buat anggota SKK adalah jangan terantuk pada batu yang sama. Mungkin kita tidak sadar, karena kita masih berpikir negatif pada orang. Selain itu, kita tidak boleh overdosis berpikir positif tentang diri sendiri karena dengan begitu, kita menyedot dari orang lain dan akhirnya kita selalu melihat kurang pada orang. Banyak orang yang tidak tahu tentang orang lain, tetapi berani menghakimi orang. Percayalah pada orang lain, karena mereka juga citra Allah. Ini adalah penyebab dosa yang kita lakukan tiap hari. 


Berpikirlah positif karena dari situlah sukacita kita menyembuhkan. Jangan sampai menderita kanker sukacita. Buku Bahasa sebagai Rumah Kita Bersama yang ditulis Opa, mau mengatakan bahwa apa yang keluar dari mulut kita adalah anugerah. Berkatalah yang benar. Kalau kita tidak tahu bahwa itu adalah benar atau salah, pilihlah diam. Atau lakukan observasi dulu sebelum mengambil sikap. Buku itu juga meminta kita untuk mengerti orang lain karena memahami bahwa orang bisa salah ngomong dan sikap karena otaknya rusak akibat salah makanan. 


Bahasa sebagai anugerah bagi kita di SKK adalah distributor yang sah dari anugerah itu. Anugerah itulah yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Buku itu akan menjadi refleksi bagi banyak orang karena kita akan membawa anugerah pertobatan. Bagi yang tidak paham, tidak usah dipahami. Yang penting dibaca, nanti Tuhan akan tambahkan pengertian. 


Manusia bisa berpikir positif dan bertindak positif karena manusia diberikan kemampuan untuk berpikir positif dan bersikap positif. Manusia diberikan kemampuan itu, homo capax. Tuhan tidak pernah memberikan sesuatu yang tidak sesuai dengan kapasitas kita. Kalau yang ada pada kita mau habis, Tuhan akan menambahkannya. Percayalah, dengan percaya kita mempunyai harapan akan sehat, sembuh, sukses, dan seterusnya. Atas dasar percaya itu kita mendapatkan cinta Tuhan. Percaya, Harapan, dan Cinta.



TEAM BHSO KOCAR KACIR.

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...