Kita diminta jangan takut. Kalau kita takut, banyak hal yang buruk terjadi pada kita. Bersukacitalah. Sebenarnya dalam ilmu kedokteran, sukacita sudah diakui sebagai obat dan sudah dirumuskan dalam apa yang disebut Placebo. Dari bahasa Latin, placebo domino in regione vivorum. Secara mudahnya diterjemahkan “Saya bersukacita karena Allah hadir dalam hidup dalam hidupku”.
Namun belakangan ini muncul istilah Nocebo, menakut-nakuti. Orang ditakuti-takuti dengan penyakit sampai harus makan obat seumur hidup. Tidak disadari banyak orang, bahwa pandemi sekarang ini adalah wujud nocebo. Diekspos kemana-mana virus ini sudah ada varian baru, varian ini dan itu. Itu semua meningkatkan ketakutan kita. Karena itu, makin banyak yang menderita karena makin cemas. Apalagi, setelah vaksin pertama kena covid, vaksin kedua masih takut. Masih takut lagi maka ditambah dengan booster. Akhirnya tubuh kita penuh vaksin. Ini semua praktek nocebo.
Saya minta anggota SKK tidak perlu takut. Sebagai warga negara silahkan ikuti aturan negara. Tetapi hati kita jangan ikuti himbauan yang bikin kita ciut. Hati kita tetap bersukacita.
Hingga hari ini, pada dasarnya nyawa manusia masih belum ditentukan oleh Covid. Mungkin mekanismenya bisa melalui itu. Tetapi sesungguhnya yang mengambil nyawa adalah Tuhan.
Buat SKK, bersukacitalah, banyak minum air, jaga racun dan pratekkan autophagy. Olahraga juga autophagy, karena keringat membuang racun.
Lalu, setialah pada iman masing-masing. Orang katolik harus menjadi orang katolik yang baik, orang islam harus menjadi islam yang baik, orang Protestan harus menjadi protestan yang baik dan seterusnya. Hindari saling menilai orang lain, tapi sibuklah dengan berbuat kebaikan.
Supaya kita dapat bersukacita, jadilah orang baik. Kalau kita jadi orang pembohong, tidak ada sukacita. Orang yang bersukacita adalah orang jujur. Mukanya tidak hilang. Orang yang tidak jujur kehilangan muka, karena itu dia sibuk cari muka supaya kebohongannya tidak terungkap.
Menjadi anggota SKK tidak berarti tidak sakit. Sakit juga perlu karena melalui sakit kita bertumbuh. Seperti anak kecil, kalau mau tambah pintar, akan sakit. Nah, kalau orang dewasa sakit maka yang bertumbuh adalah kerohaniannya. Melalui sakit itu kita dibawa ke refleksi rohani untuk memiliki iman akan Allah. Sakit adalah rahmat. Memang, ada sakit yang membutuhkan bantuan karena ada parasit yang menumpang. Sehingga tubuh kita perlu didukung vitamin. Coba lihat obat-obatan SKK, sebagian besar vitamin. Tentu saja tubuh tetap sakit namun kita tidak dikuasai oleh parasit. Karena itu, meskipun sakit, tetaplah sukacita agar sakit itu menghadirkan rahmat.
Buku yang akan beredar ini adalah pertanggungjawaban ilmiah dan iman dari SKK kalau suatu saat dicap sebagai aliran sesat. Tema buku ini menggerakan kita semua untuk menggunakan bahasa sebagai anugerah. Kita satu dalam bahasa sebagai rumah bersama. Bahasa membuat kita terbentuk sebagai negara. Bahasa itu pula yang jadi sarana untuk menguatkan kita agar jangan takut. Jangan gunakan bahasa untuk menakuti-nakuti. Gunakan bahasa sebagai sarana sukacita. Bahasaa adalah anugerah.
Sharing Anggota SKK :
Selama satu bulan kami sekeluarga menderita sakit. Kami tidak terkonfirmasi Covid-19, tapi berdasarkan gejalanya kami bisa diduga Covid-19.
Kami tidak panik, tenang, lapor opa, minum obat dari opa. Tidak minum obat lain selain yang dianjurkan Opa.
Kami merefleksikan bahwa Tuhan punya maksud dengan pengalaman sakit, seperti kalau kita sehat. Kita tidak dapat mengandalkan kekuatan semata-mata pada manusia. Sakit bagi kami mengajari kami rendah hati, tidak terjebak racun jiwa kesombongan.
Dengan pengalaman sakit, kami menjadi lebih solider pada orang yang sakit. Sakit tidak perlu ditakuti, jika terkena sikapi dengan penuh sukacita, karena itulah cara Tuhan menunjukkan kasihnya kepada kita.
Jalan hidup kita dalam SKK ini adalah rahmat, bukan karena aku yang memiliih jalan hidup di SKK ini, tapi panggilan Allah.
Jangan membenci Covid-19. Karena saat kita membenci sesuatu, sebetulnya kita sudah bersikap negative dalam hati. Kalau kita kena ya terima saja, jalani dengan penuh sukacita.
Saat sakit kami saling mendukung dalam keluarga, kami mensyukurinya secara bersama, Saling bekerja sama dalam keluarga itu penting.
Sakit dan sehat adalah berkat Tuhan. Tidak perlu takut menghadapi virus. Ini akan membantu sistem imun kita. Kita harus selalu mengandalkan Allah. Sakit dan sehat adalah berkat, cara Allah menyapa manusia. Saat sehat pun sakit kita harus tetap mensyukuri. Sebab itu cara Allah untuk menyapa manusia.
NB;
Bacalah dgn sepenuh hati pesan2 ini sebagai bahan refleksi hidup shg dapat menguatkan iman kita dalam menghadapi situasi apapun terutama masa pandemi ini.
TEAM BHSO KOCARKACIR.
Comments
Post a Comment