Skip to main content

Allah Menghukum Manusia Dengan Kasih Nya : Minggu ke 16 Tahun B

 Kasih, yang diwujudkan dalam bentuk saling melayani dengan tulus, akan menyatukan dan menghidupkan. Sebaliknya, tanpa kasih, yang lain - terutama yang lemah- akan mati dan hidup tercerai-berai satu dengan yang lain. Allah sebagai sumber kasih melalui Kitab Suci minggu ini, selain memberikan contoh kasih untuk peduli kepada yang lemah, terus mengalirkan kasih itu kepada manusia. Tugas manusia adalah menimba Kasih dengan cara terus berelasi dengan sumber dan menyalurkannya kepada yang membutuhkannya.

Bacaan pada Minggu ini menggambarkan Allah sebagai sumber kasih itu, juga mengingatkan manusia bahwa Allah terus mengalirkan kasihNya kepada manusia ketika manusia tidak lagi mendapatkan kasih dari sesama yang dipercayakan Allah kepada orang yang ditetapkanNya sebagai gembala. Carilah Allah, termasuk mencarinya ditempat Allah tersembunyi untuk beristirahat.

Allah yang melihat manusia tercerai-berai tanpa pendamping lalu mengambil alih penyelamatannya sendiri tanpa menghukum yang ditugaskan sebagai gembala. Kepedulian Allah itu kemudian ditunjukkan melalui darah yang menyatukan manusia dengan manusia dan yang menyatukan manusia dengan Allah melalui Yesus Kristus. Yesus pun menunjukkan kasih itu dengan menjadikan karya pelayanan kepada yang mencariNya sebagai bentuk istirahatNya. Orang-orang yang mencari Yesus tetap dilayaniNya. Itulah kasih yang tidak mengenal lelah yang dicontohkan Yesus kepada para muridNya.

Yesus mengajarkan muridnya untuk memandang melayani dan istirahat sebagai satu kesatuan. Yesus memberi contoh bahwa melayani setiap orang yang membutuhkan kasihNya merupakan satu bentuk istirahat. Dengan kata lain, melayani itu merupakan istirahat yang tertinggi apalagi melayani orang yang membutuhkan kasihNya.

Apakah manusia mengalami kasih Allah? Jawabannya ya dan tidak sekaligus. Salah satu contoh manusia yang mengalami kasih secara langsung misalnya : Bunda Teresa. Bunda Teresa menghabiskan seluruh energi hidupnya untuk menolong orang-orang yang menderita di Kalkuta. Sesungguhnya ini merupakan buah dialog dan perjumpaannya dengan sumber kasih. Sumber Kasih mengajaknya untuk menjadikan dirinya sebagai media manusiawi yang dapat menerjemahkan kasihNya ke dunia supaya KasihNya seperti yang digambarkan dalam kitab suci sungguh dialami manusia bahwa Allah peduli dengan manusia yang tercerai-berai dari kasih sesamanya.

Itulah kisah Bunda Teresa yang menjadi perpanjangan tangan Allah untuk menyebarkan kasih kepada manusia.

Jika melihat permusuhan yang terjadi di seluruh dunia di antara sesama manusia, maka pengalaman akan kasih Allah itu itu sebagai hal yang tidak dialami manusia. Kenapa bukan kisah Bunda Teresa yang semakin banyak berkembang? Dengan bercermin pada apa yang dibacakan pada minggu ini sebenarnya secara implisit jawabannya: Manusia baik yang domba maupun yang gembala tidak peduli satu dengan yang lain dan menjadikan dirinya sebagai sumber. Manusia hidup tanpa kasih saling melayani apalagi menimba kasih Allah. Gembala sibuk dengan dirinya sendiri dan domba juga sibuk dengan dirinya sendiri tanpa berusaha menjalin relasi kasih satu dengan yang lain.

Banyak contoh kasus yang menggambarkan perilaku manusia umumnya yang lebih berkiblat kepada pengalaman sendiri atau pengalaman manusiawi ketika berhadapan dengan kesulitan hidup. Ketika dunia mengalami kekeringan atau kelaparan, manusia menyembah ahli yang berpengalaman dalam menangani masalah yang relatif sama tanpa sedikitpun bergeming untuk berhubungan dengan Allah sebagai sumber kasih. Demikian juga dengan sakit, banyak manusia yang menyalahkan alam, seperti virus sebagai penyebabnya, dan mencari jawabnya pada temuan ilmu pengetahuan meskipun jawaban itu hanya pernah berhasil pada binatang eksperimen.

Orang beriman diharapkan tidak demikian orang beriman berjuang dengan segala macam cara mencari sumber kasih itu. Carilah Sumber Kasih itu bahkan sampai ke tempat persembunyianNya. Yesus yang kasih itu tidak akan terus bersembunyi. Yesus yang kasih itu akan terus menggantikan modus istirahatNya dengan terus melayani mereka dan yang berjuang mencariNya. Orang beriman adalah murid Yesus yang baru. Sama artinya dengan murid Yesus yang terdepan yang memberi contoh melayani sesama secara total.

Dengan terus menimba dari Allah, setiap orang akan seperti Bunda Teresa yang siap menyalurkan kasih Allah kepada yang tercerai-berai dari kasih sesama manusia. Yang dilakukan Bunda Teresa itu jelas unik. Yang dapat dilakukan oleh setiap orang di lingkungan masing-masing tidak perlu seunik itu. Tetapi keunikannya justru terletak pada mencegah ke tercerai-berai an supaya manusia tidak mengalami seperti yang dilayani Bunda Teresa. Yang sudah terlanjur mengalami seperti yang dilayani Bunda Teresa pun tidak perlu cemas. Allah akan memilih yang lain untuk menjadi perpanjangan tangan Allah, seperti Bunda Teresa. Yang terpenting adalah setia beriman pada Allah dan setia melakukan kebajikan kasih.

Dengan saling melayani, manusia bersatu. Manusia sungguh bersatu dengan sesama manusia dan tidak lagi mati konyol atau menderita atau tercerai-berai. Manusia juga akan bersatu dengan Allah. Yang diperjuangkan manusia adalah kesatuan di antara sesama yang akan terjadi dengan kasih saling melayani. Kesatuan dengan Allah sudah diambil alih Yesus dengan darahNya di kayu salib. Agar manusia kuat dalam saling melayani dengan kasih, berjuanglah terus mencari Yesus, bahkan sampai di tempat persembunyianNya, dalam arti terus berhubungan dengannya setiap saat dan setiap kesempatan. Lakukanlah dengan tekun. Buahnya akan nyata dalam bentuk kesatuan dengan sesama manusia dan kesatuan dengan Allah di sini - di dunia ini.

 

Cuplikan dari Buku  Eksegese Orang Jalanan,  karya Porat Antonius 

Lebih lengkap lagi dapat dibaca di Buku Eksegese Orang Jalanan Tahun Liturgi B, Buku Jilid 2

 

_edian_

 

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...