Skip to main content

Quo Vadis: Menyalibkan Diri - Anton Porat - BHSO Medan 240721

 Tentang situasi kita saat ini, bagi yang beragama Kristen barangkali pernah mendengar kisah Santo Petrus ketika dia hendak kabur dari kota Roma karena akan disalibkan oleh Kaisar Nero. Di tengah jalan dia bertemu Yesus. Tergopoh-gopoh Petrus bertanya, Quo Vadis. Jawab Yesus: Romam vado iterum crucifigi. Artinya, saya mau ke Roma untuk disalibkan sekali lagi. Mendengar jawaban Yesus, Petrus malu dan dia kembali ke Roma. Untuk menunjukkan kesungguhannya, dia disalibkan dengan kepala ke bawah.

Cerita ini masih relevan dengan situasi saat ini. Kita sakit karena kita kabur dari makan di rumah dan makan di luar  rumah. Kita cari hidup mewah. Sebenarnya anggota SKK sudah berjumpa dengan Yesus yang bangkit. Mungkin kita lupa bertanya pada Dia, Quo Vadis?

Selama ini, anggota SKK memang tidak disalibkan seperti Petrus. Tetapi kita berhasil menyalibkan makan makanan enak. Kita diminta taat racun tubuh dan jiwa.

Mengapa Petrus disalibkan dengan kepala ke bawah. Kita diminta kembali melihat ke bumi langsung. Makan makanan yang alamiah. Contoh Petrus adalah contoh orang yang mencari keselamatan dalam kesederhanaan. Bukan kemewahan. Yang benar adalah yang sederhana (Simplicium sigilum veri).

Bersyukurlah anggota SKK yang telah bertemu Yesus dan dipanggil untuk hidup sederhana. Kesederhanaan tidak hanya dalam hal makanan tetapi juga dalam bahasa. Dalam kasus Covid ini, kita mesti bertanya pada Tuhan, quo vadis? Kenapa informasi Covid simpang siur. Karena orang tidak sederhana dan jujur. Misalnya, harusnya katakan dengan jujur kalau vaksin tidak menjamin kesembuhan atau terbebas dari covid. Katakan bahwa ini adalah tindakan darurat yang tidak selalu berakhir baik. Jangan janjikan yang muluk-muluk. Supaya orang masih bergerak mencari alternatif lain.

Pengalaman Petrus mengajarkan kita untuk mengembalikan kepalamu ke bumi. Bukan di langit yang kau cari, bukan di kepalamu yang kau impikan. Tapi kejujuran dan kesederhanaan ada di bumi. Dengan kaki ke atas dan kepala ke bawah, Petrus mau katakan bahwa tidak usah melihat kepala yang di atas yang dipandang cerdas. Lihatlah kaki karena punya kecerdasan yang sama dengan otak. Ketidakjujuran dan kemewahan yang kita impikan dari otak ditancapkan ke dalam tanah. Kesederhanaan diangkat ke langit dengan mengarahkan kaki ke atas. Selama ini, Allah ditaruh di kaki yg dianggap rendah karena kita mengutamakan pikiran yg seolah-olah ada di atas. Karena itu, Petrus membalikkan kepalanya yang sombong itu ke bumi, menenggelamkannya ke bumi, dan mengikuti apa kata bumi terhadap hidupnya. Pandanglah ke tanah, banyak yang bisa belajar dari kesederhanaan dan kejujuran bumi.

Saya minta anggota SKK utk belajar mencintai keheningan, karena suara dari luar frekuensinya tinggi. Suara Tuhan/Malaikat berfrekuensi rendah. Karena kita sering bersuara frekuensi tinggi, sulit mendengar suara berfrekuensi rendah. Karena itu dalam bacaan gereja katolik minggu lalu, carilah keheningan. Yang dimaksud Yesus adalah keheningan dalam pelayanan. Misalnya, orang sibuk kerja dengan sungguh hati, pasti lupa jam. Lupa lapar. Pelayanan atau berbuat baik adalah keheningan dari orang beriman. Makin kita baik, makin mampu kita mendengar suara Tuhan.

Cari Tuhan. Mudah-mudahan seperti Petrus, kita bisa ketemu Tuhan di persimpangan antara otak dan hati.

NB;
Kiranya pesan Opa Anton ini bukan hanya sekedar dibaca ttp dpt di sharingkan di group masing2 drpd bahas yg lain.
TEAM BHSO KOCARKACIR.

Comments

Popular posts from this blog

DAMAI itu DAM – AI (I in English) - BHS Klaten (Part2) - 25 Mei 2025

Apakah Damai ada padamu? Pertanyaan renungan Opa mengawali aktivitas ngopi pagi di BHS SKK Klaten. Pertanyaan ini memperlihatkan pentingnya damai yang pasti sudah sangat sering didengar baik dari mimbar agama maupun mimbar kehidupan lainnya. Damai memang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita baik sebagai pribadi dalam keluarga, komunitas keagamaan maupun komunitas social dan komunitas kategorial lainnya. Kali ini Opa menjelaskan damai dari dan dalam ritus agama dan terlebih pada ritus kehidupan.  DAMAI DALAM RITUS HIDUP. Ritus keagamaan bagi banyak dari kita sudah dilakukan secara sungguh-sungguh. Meskipun demikian ritus agama terbatas. Ritus yang tidak terbatas justru ada dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sendirian pun ritus hidup tetap berlangsung.  RITUS DAMAI DALAM BERPIKIR. Ketika berpikir ritus hidup tetap terjadi, saat itu kita bisa memandang ke dalam diri , apakah dalam berpikir damai ada dalam pikiranmu. Kalau pikiranmu berisi kecemasan maka kedamaian tida...

TEMPUS ET SPATIUM ATAU SPACE AND TIME - BHS Klaten (Part 1) - 24 Mei 2025

Satu Kebenaran yang diakui dan diterima oleh semua pemikir dari dahulu kala adalah Tempus dan spatium. Kedua hal ini bahkan diterima sebagai Rahmat tertua dan karenanya diterima sebagai kebenaran tertua hingga sekarang. Spatium dan Tempus atau space and time adalah dasar dari segenap kebenaran lain karena seluruh peristiwa hidup yang lain terjadi di atas space and time. Dengan kata lain space dan time adalah fondasi seluruh kebenaran tentang manusia. Siapa yang menggunakan space dan time sesuai  dengan hakekatnya sebagai dasar maka dia hidup. Manusia sudah cukup berhasil menggunakan space. Dia membagi space sesuai fungsinya walaupun amburadul. Jika kita berhenti pada kelihaian membagi space maka kita baru masuk ke Sebagian kecil dari Rahmat. Rahmat yang terbesar ada pada time/tempus.  TEMPUS, NON SPATIUM, GRATIA EST.  Karena Rahmat terbesar ada pada tempus maka kita paham bahwa Tempus, non spatium, gratia est atau sering disingkat Tempus Gratia Est – Waktu adalah Rahmat. ...

Menuju Kesaktian Jiwa - NMCC - 3 Mei 2025

Semakin dan terus bertumbuh menjadi ciri Komunitas SKK terlebih setelah merayakan Syukur atas HUT  ke 18. Bergerak dari upaya, terus menyehatkan jiwa yang berperan sangat vital dalam menyehatkan tubuh (Corpus Sanum in Menten Sanam) menuju Kesaktian Jiwa dalam membangun candi-candi kehidupan (Opa membandingkan dengan kesaktian Bandung Bondowoso ketika membangun 1000 candi). Beberapa Upaya menumbuhkan kesaktian jiwa yang akan terus diperjuangkan komunitas SKK seperti terlihat nyata pada perjuangan untuk 1. Makan sekali sehari. Kekisruhan yang terjadi pada pagi hari karena persoalan makan bahkan Opa mengatakan bahwa dosa paling banyak terjadi pada pagi hari karena sibuk mengurus makan dan minum. maka dosa pagi akan hilang seirama berkembangnya pola makan sekali sehari. Orang tidak lagi ribut dan rebut soal makan di pagi hari. Ada banyak waktu dan ruang untuk berbuat sesuatu yang lebih bermakna demi pertumbuhan kesaktian jiwa dari pada sekedar meributkan makan dan minum semata. Makan...